Bisnis, JAKARTA - Tren positif harga logam industri ternyata tak bisa berlangsung lama. Intervensi pemerintah China langsung menurunkan harga komoditas tersebut.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (14/5/2021)0, harga bijih besi berjangka di Singapura sempat turun hingga 8,7 persen menjadi US$ 192,55 per ton. Sedangkan harga bijih besi di Dalian Commodity Exchange (DCE) turun 5,6 persen setelah anjlok 9 persen pada Kamis kemarin.
Salah satu sentimen yang menekan harga komoditas itu ialah kebijakan Pemerintah Daerah Tangshan, China, yang melarang perusahaan menyebarkan info yang dapat menaikkan harga bijih besi. Pemerintah daerah tersebut bahkan mengeluarkan ultimatum berupa pencabutan izin atau dilarang beroperasi bai perusahaan yang memanipulasi harga.
Kebijakan tersebut cukup berpengaruh pada harga bijih besi. Pasalnya, produksi baja di Tangshan mencakup 14 persen dari total output baja di China.
Di sisi lain, kebijakan tersebut juga menyebabkan harga sejumlah logam industri ikut ambrol. Pada penutupan perdagangan di bursa London pada Kamis (13/5/2021), harga tembaha turun 0,99 persen.
Untuk harga alumunium mius 1,17 persen. Sedangkan harga timah terkoreksi hingga 1,53 persen.
Tekan Emisi Karbon
Adapun langkah Pemerintah Tangshan itu merupakan kelanjutan dari pernyataan Perdana Menteri China, Li Keqiang, pada pekan lalu yang meminta adanya kebijakan pengendalian harga komoditas. Pasalnya, harga komoditas pada pekan lalu naik sangat signifikan.
"Pemerintah [China] sangat prihatin tentang dampak pad aprofitabiltias produsen," ujar analis dari Shanghai East Futures Co. Wang Yue terkait pergerakan harga bijih besi, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (14/5/2021).
Laporan dari Huatai Futures Co., menyebut harga bijih besi telah mencapai puncaknya baik secara jangka menengah dan jangka panjang. Sepanjang tahun berjalan 2021, harga bijih besi menguat hingga 47,18 persen.
Bahkan harga bijih besi di bursa Singapura menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah di kisaran US$ 226 per ton pada Senin (10/5/2021).
Adapun kebijakan pemeirntah China tidak hanya mengintervensi harga logam industri yang sudah kelewat tinggi. Pemerintah Negeri Panda tersebut juga tengah berupaya menekan emisi karbon.
Kebijakan tersebut juga dinilai sebagai penyebab dari turunnya harga bijih besi. "Permintaan untuk bijih besi kemungkinan melunak ketika pembatasan produksi dilakukan untuk mendukung kebijakan lingkungan China," seperti dikutip dari laporan tersebut.
(Reporter : Lorenzon Anugrah Mahardhika & Finna U. Ulfah)