Harga Logam Dasar dan Logam Mulia Masih Rentan Terkoreksi

Harga logam mulia dan logam dasar terus menguat sejak awal tahun. Namun, harga komoditas tersebut diproyeksi bakal terkoreksi pada akhir tahun.

17 Mei 2021 - 14.13
A-
A+
Harga Logam Dasar dan Logam Mulia Masih Rentan Terkoreksi

Pabrik baja di Jiaxing, Provinsi Zhejiang, China - Reuters/William Hong

Bisnis, JAKARTA - Harga logam dasar dan logam mulia kembali melesat pada awal pekan ini. Setelah sepekan terakhir cenderung menurun akibat sejumlah sentimen negatif. 

Seperti harga bijih besih yang kembali ke atas US$ 200 per ton. Dilansir dari Bloomberg pada Senin (17/5/2021), harga  bijih besi berjangka di Singapura terpantau naik 2,4 persen ke level US$ 206,55 per ton pada pukul 10.23 waktu setempat. 

Kenaikkan tersebut terjadi setelah harga bijih besi anjlok 11 persen dalam dua hari terakhir. Sedangkan kontrak komoditas tersebut di Dalian Commodity Exchange (DCE) terpantau naik 2 persen setelah turun ke batas hariannya pada Jumat pekan lalu.  

Meningkatnya harga bijih besi dipengaruhi oleh lonjakan produksi baja di China. Seperti diketahui, bijih besi merupakan bahan baku untuk membuat baja. 

Data dari pemerintah setempat menyebutkan total output baja pada April 2021 naik menjadi 97,9 juta ton. Jumlah tersebut membawa total output baja secara year to date (ytd) di China menjadi 375 juta ton, naik 16 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Lonjakan produksi tersebut terjadi di tengah menurunnya persediaan bijiih besi di pelabuhan-pelabuhan China. Di sisi lain, peningkatan produksi menunjukkan adanya penguatan permintaan baja. 

Meskipun Pemerintah China tetap berkomitmen mengurangi polusi udara yang dihasilkan dari industri pembuatan baja. Salah satu caranya dengan membatasi produksi di pusat produksi baja yang berada di Kota Tangshan. 

Pemerintah Negeri Panda itu juga melakukan inspeksi pabrik secara nasional serta pemangkasan kapasitas pabrik. Meski begitu, permintaan baja dari negara-negara lain tetap tinggi. Hal itu pun turut berperan dalam mengurangi cadangan bijih besi dan mendorong kenaikkan harga komoditas tersebut.

Adapun Director Iron Ore Research Pty, Philip Kirchlechner, mengatakan pemerintah China bakal melanjutkan intervensinya pada industri baja. Biarpun kebijakan tersebut cukup dilematis karena Pemerintah China berupaya mempertahankan kebijakan urbanisasi yang membutuhkan baja atau bijih besi dan mempertahankan konsumsinya. 

"Di sisi lain, pemerintah China ingin mengontrol polusi dan harga bijih besi," kata Kirchlechner dilansir dari Bloomberg pada Senin (17/5/2021).

Hal itu pun membawa sentimen positif tidak hanya pada bijih besi, tetapi juga pada laju harga tembaga. Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (17/5/2021), harga tembaga di London Metal Exchange (LME) sempat naik 1,1 persen ke level US$ 10.350 per metrik ton. 

Meskipun meningkat, harga tembaga belum mencapai rekor tertinggi pada 10 Mei 2021 yang mencapai US$ 10.747,50 per mentrik ton. Lonjakan harga tersebut ditopang oleh terganggunya rantai pasokan global dan masifnya stumulus sejumlah negara yang memicu kenaikkan permintaan komoditas. 

Harga tembaga sempat turun setelah China berupaya mengintervensi. Namun, harga komoditas itu kembali menguat setelah ada permintaan dari China yang merupakan konsumen tembaga terbesar di dunia. 

Hal itu terlihat dari data industri China pada April 2021 menunjukkan adanya rekor produksi untuk alumunium dan baja. Meskipun pemulihan ekonomi di negara tersebut masih lambat. 

Di sisi lain, katalis positif harga tembaga juga datang dari aksi 97 persen pekerja tambang BPH Group di Santiago, Chile menolak penawaran gaji terakhir dan memilih mogok kerja. Hal tersebut langsung mengganggu proses produksi dan meningkatkan harga tembaga. 

Di sisi lain, harga logam mulia juga kembali menguat. Harga emas spot pada pukul 13.20 WIB menguat 0,61 persen menjadi US$ 1.854,69 per troy ounce. Sedangkan harga emas Comex kontrak Juni 2021 naik 0,87 persen ke posisi US$ 1.854 per troy ounce

Kenaikan harga emas terjadi karena kekhawatiran terhadap tingginya kasus Covid-19 di sejumlah negara. Laporan Monex Investindo Futures menyatakan emas berpotensi dibeli untuk menguji level resisten US$ 1.838 selama harga tidak mampu menembus level support di kisaran US$ 1.814 per troy ounce

"Bila harga emas mampu menembus level support tersebut maka harga emas berpeluang dijual menargetkan level support selanjutnya US$ 1.811," ujar Monex dalam laporannya. 

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim memproyeksi harga emas dunia akan terus menguat. "Harga emas dunia sudah menyentuh level resisten I di US$ 1.850 per troy ounce, ini tanda-tanda positif," ujar dia. 


Sejumlah Analis Proyeksi Harga Komoditas Rentan Terkoreksi 

Meski harga sejumlah komoditas kembali meningkat, namun potensi koreksi tetap di depan mata. Apalagi harga komoditas dinilai sudah meningkat terlalu tinggi.

Laporan Analis Morgan Stanley yang ditulis Susan Bates pada Senin (17/5/2021) menyatakan sejumlah komoditas dinilai telah melampaui level harga yang dapat dijustifikasi oleh kondisi fundamentalnya. Lebih lanjut, Bates mengatakan harga-harga komoditas mencatatkan reli terkuat dalam periode 12 bulan sejak pertengahan 1970-an lalu seiring dengan tekanan inflasi.

Namun, ia menilai faktor risk and reward pada senitmen itu perlahan mulai melandai. Menurut dia, risiko downside akan semakin besar mendekati akhir tahun ini pada sejumlah komoditas.

Namun, titik balik reli komoditas masih sulit dipastikan. "Bijih besi, logam dasar, logam mulia, komoditas biji-bijian, gas alam Eropa, serta LNG berpotensi mengalami koreksi," kata dia. 

Potensi koreksi pun diprediksi oleh Worldbank yang menyebut kenaikkan harga komoditas tidak akan berlanjut secara signifikan pada 2022. Hal itu sejalan dengan harga logam yang naik tipis. 

Di sisi lain, prospek harga komoditas masih sangat bergantung pada perkembangan pandemi. "Adanya potensi risiko tambahan terbalik jika peluncuran vaksin terlalu cepat dan pertumbuhan kuat di Amerika Serikat akan menghasilkan spill-over signifikan secara global," ujar Bank Dunia dalam laporan Commodity Outlook April 2021. 

(Reporter : Lorenzo Anugrah Mahardhika, Farid Firdaus & Febrina Ratna Iskana)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.