Pandemi Covid-19 mendorong masyarakat hidup dalam era teknologi digital. Hal itu pun membuka ceruk bisnis satelit makin lebar.
Berdasarkan data Assi, kebutuhan satelit untuk konektivitas digital pada 2021—2025 diproyeksikan tumbuh 65%. Selama ini, kapasitas layanan komunikasi baru tersedia sekitar 30 gigabyte per second (Gbps), dari total kebutuhan sebesar 55 Gbps.
Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informatika meluncurkan proyek satelit multifungsi Satria. Proyek tersebut digadang-gadang akan memberikan layanan internet pita lebar (broadband).
Layanan tersebut termasuk akses WiFi gratis, di 150.000 titik pelayanan publik a.l. sekolah, rumah sakit, dan kantor pemerintahan di daerah terpencil.
Presdir PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso mengatakan, proyek strategis yang tengah dibuat di Thales Alenia Space Prancis ini juga menjadi inisiatif untuk mengurangi kesenjangan digital dan memenuhi kebutuhan daring secara cepat.
Selain Satelit Satria, hingga 2024 turut dijadwalkan peluncuran satelit berkapasitas data besar atau high throughput satellites (HTS) milik PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM).
VP Corporate Communication Telkom Pujo Pramono menjelaskan bahwa saat ini proyek pembuatan satelit masih dalam tahap awal untuk pengadaan.“Nilai final perkiraan belanja modal belum dapat dipastikan. Sumber pendanaan direncanakan dari internal atau eksternal Telkom Group,” kata Pujo kepada Bisnis.
Adapun proyek-proyek satelit itu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, korporasi, backhaul, dan konsumer.