Kupon ORI021 Kembali Turun, Minat Investor Bakal Tetap Tinggi

Kendati kupon yang ditawarkan pemerintah terhadap instrumen obligasi ritel ORI021 kembali turun dibanding seri sebelumnya, minat investor diperkirakan tidak akan surut, lantaran kondisi return pasar keuangan secara umum memang sedang rendah.

Lorenzo Anugrah Mahardhika

21 Jan 2022 - 17.52
A-
A+
Kupon ORI021 Kembali Turun, Minat Investor Bakal Tetap Tinggi

Obligasi Ritel Indonesia/Istimewa

Bisnis, JAKARTA — Pemerintah kembali menurunkan besaran kupon untuk seri baru instrumen surat berharga negara (SBN) ritel, yakni obligasi ritel indonesia seri ORI021 yang mulai ditawarkan pekan ini. Meskipun demikian, daya tarik instrumen ini dinilai masih akan tetap tinggi.

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan pada Kamis (20/1) mengumumkan kupon atau imbal hasil ORI021 sebesar 4,9 persen per tahun. Level kupon ini lebih rendah dibanding seri sebelumnya ORI020 sebesar 4,95 persen.

Kupon ORI021 juga akan menjadi yang terendah sepanjang sejarah jika dibandingkan dengan penawaran seri ORI terdahulu

ORI021 akan ditawarkan mulai 24 Januari hingga 17 Februari 2022. Jenis kupon ORI021 adalah tetap (fixed rate) dan memiliki tenor 3 tahun. ORI021 dapat diperdagangkan kembali (tradeable) di pasar sekunder sebelum jatuh tempo 3 tahun.

Senior Economist Samuel Sekuritas, Fikri C Permana, mengatakan minat investor terhadap ORI021 akan tinggi seiring dengan tingkat likuditas pasar yang kini sedang optimal, terlihat dari tingkat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di industri perbankan yang masih tinggi.

Fikri memaparkan, investor ritel masih terus mencari instrumen dengan return yang optimal dan aman di tengah tren suku bunga yang masih cenderung rendah.

Selain itu, keuntungan yang didapatkan investor dari ORI021 akan lebih menarik dibandingkan dengan instrumen sejenis seperti deposito. Hal ini ditopang oleh penurunan pajak penghasilan (PPh) untuk bunga obligasi bagi investor dalam negeri yang baru diberlakukan.

“Investasi pada deposito memiliki imbal hasil sekitar 2,5 persen hingga 3,5 persen dan pajak yang sebesar 20 persen. Sementara itu, keuntungan investasi pada ORI021 hanya akan dipotong pajak sebesar 10 persen,” jelasnya, Jumat (21/1).

Di sisi lain, dengan makin baiknya literasi masyarakat terhadap investasi SBN ritel, serapan pada ORI021 diyakini akan tetap optimal.

“Dengan kupon yang lebih rendah dari seri pendahulunya seperi ORI020 atau ORI19, saya prediksi jumlah penjualan ORI021 sekitar Rp15 triliun,” katanya.

Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menyebutkan, instrumen SBN ritel seperti ORI021 masih akan dicari oleh masyarakat. Menurutnya, dengan kupon sebesar 4,9 persen, ORI021 masih cukup menarik dikoleksi investor ritel mengingat suku bunga acuan yang rendah.

Instrumen ritel dinilai selalu menarik karena perbandingannya dengan suku bunga deposito yang trendnya akan tetap rendah seiring dengan likuditas perbankan yang masih melimpah.

Ia menjelaskan, ORI sebelumnya ditawarkan dengan kupon 4,95 persen mengingat kondisi suku bunga penjaminan LPS masih 4 persen dan suku bunga deposito sebesar 3,4 persen. Sementara itu, suku bunga penjaminan LPS kini menurun menjadi 3,5 persen dan suku bunga deposito berada di kisaran 3 persen.

“Dari sisi bottom line, kupon 4,9 persen masih sangat menarik untuk investor ritel,” jelasnya saat dihubungi terpisah.

Selain itu, dengan tenor ORI yang pendek, investor ritel juga bisa memitigasi risiko penurunan harga obligasi lebih besar. Hal tersebut dapat terjadi bila nantinya Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan.

Handy melanjutkan, penjualan ORI021 tidak akan berbeda jauh dengan seri pendahulunya. Hal ini mengingat tingkat kupon yang selisihnya tidak besar dengan seri ORI020 atau ORI019.

“Seri ORI sebelumnya bisa sampai Rp15 triliun, menurut saya kemungkinan permintaan ORI021 akan di sekitar angka tersebut juga,” tambahnya.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan respon masyarakat terhadap ORI021 akan positif. Ia mengatakan, kupon ORI021 cukup menarik karena lebih tinggi dari SBN ritel yang terakhir ditawarkan di akhir tahun lalu, yaitu sukuk tabungan seri ST008 dengan kupon 4,8 persen.

Menurutnya, prospek positif ini seiring dengan animo investor ritel yang sedang tinggi terhadap produk SBN ritel.  Ia memaparkan, para investor ritel cenderung masih menahan belanja dan lebih memilih untuk berinvestasi.

Selain itu, prospek ORI021 juga ditopang keringanan PPh bunga obligasi untuk investor dalam negeri yang telah diturunkan menjadi 10 persen. Hal ini akan menjadi pemanis tambahan untuk menarik lebih banyak investor ke instrumen ini.

“Kalau dibandingkan dengan deposito yang pajaknya 20 persen, tentu ORI021 masih lebih menarik dari sisi return bersihnya,” katanya.

Di sisi lain, ia juga mengingatkan risiko ORI021 ditengah prospek kenaikan suku bunga global. Harga ORI021 yang dapat diperdagangkan kembali di pasar sekunder ini bisa menurun juga suku bunga mengalami kenaikan.

Meski demikian, Ramdhan mengatakan instrumen obligasi ritel masih menjadi salah satu opsi aman bagi investor ritel yang ingin menaruh dananya dalam jangka menengah. Selain itu, menurutnya mayoritas profil investor obligasi ritel cenderung menahannya hingga masa jatuh tempo.

“Dengan kupon 4,9 persen menurut saya (ORI021) masih menarik dan penjualannya bisa mencapai kisaran Rp20 triliun sampai akhir masa penawaran,” pungkasnya.

Chief Economist Bank Permata Josua Pardede memperkirakan penerbitan ORI021 cenderung dibayangi oleh sentimen hawkish dari the Fed, apalagi data inflasi AS pada Desember 2021 tercatat kembali meningkat menjadi 7 persen.

Ia menjelaskan, dibandingkan dengan seri ritel lainnya, seri ORI cenderung terdampak sentimen global seiring dengan sifatnya yang dapat diperdagangkan atau tradeable. “Hal ini dapat memicu ketertarikan investor untuk melakukan transaksi jual beli seri ini,” jelasnya.

Selain dari sisi sentimen pasar keuangan, permintaan akan obligasi ritel dipengaruhi oleh solidnya kepercayaan konsumen kelas menengah atas akibat pemulihan ekonomi domestik.

Pada bulan Desember lalu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat berpendapatan ke atas berada pada level 124,1, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 124,9.

Tingginya keyakinan konsumen menengah ke atas mengindikasikan bahwa disposable income dari masyarakat belum terganggu, sehingga diperkirakan masyarakat masih tertarik pada investasi SBN.

Seiring dengan kondisi tersebut, Josua memprediksi jumlah penjualan ORI021 akan berada di kisaran Rp12 triliun - Rp20 triliun.

Josua melanjutkan, berdasarkan tren pada tahun 2021, tingkat kupon obligasi ritel cenderung turun. Hal tersebut seiring dengan upaya pemerintah untuk mengurangi beban pembiayaan bunga APBN.

“Hal ini juga masih menjadi salah satu daya tarik bagi obligasi ritel, mengingat penurunan suku bunga deposito cenderung lebih cepat dibandingkan tren penurunan kupon SBN,” ujarnya.

RENCANA 2022

Adapun, instrumen ORI021 akan menjadi SBN ritel pertama yang ditawarkan pada tahun 2022. Sebelumnya, pemerintah berencana untuk menawarkan tujuh seri SBN ritel sepanjang tahun 2022 dengan target penjualan Rp100 triliun.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, jenis instrumen SBN ritel yang akan diterbitkan masih sama dengan 2021.

Instrumen-instrumen tersebut terdiri dari surat utang negara (SUN) dengan jenis ORI yang dapat diperdagangkan (tradeable) dan savings bond ritel (SBR) yang tidak dapat diperdagangkan (non tradeable)

Sementara, untuk surat berharga syariah negara (SBSN) ritel, pemerintah akan menerbitkan sukuk ritel (SR) yang tradable, sukuk tabungan (ST) yang bersifat non-tradable, serta sukuk wakaf-linked ritel (SWR).

Secara terperinci, pada tahun 2022 pemerintah akan menerbitkan tujuh seri SBN ritel dengan jenis ORI sebanyak dua kali, SR dua kali, satu SBR, dan juga satu ST. Selain itu, satu SWR juga akan diterbitkan pada 2022.

Setelah ORI021, pemerintah akan merilis SR seri SR016 pada 25 Februari hingga 16 Maret 2022. Menyusul SR016, cash waqf linked sukuk (CWLS) seri SWR003 akan dipasarkan pada periode 1 April - 2 Juni.

Selanjutnya, pemerintah akan meluncurkan SBR pada periode 23 Mei - 16 Juni mendatang. Kemudian pada 19 Agustus SR seri SR017 akan mulai ditawarkan. Menurut jadwal tersebut, masa penawaran SR017 akan dibuka hingga 14 September. Kemudian, pemerintah akan kembali memasarkan SBN Ritel jenis ORI dengan seri ORI022 pada 26 September - 20 Oktober.

Seri terakhir yang akan ditawarkan pada tahun 2022 adalah ST seri ST009 pada 28 Oktober hingga 16 November 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.