Menakar Faedah Serat Optik RI-Eropa via Portugal

Indonesia tengah menegosiasikan penggelaran serat optik internasional yang terhubung langsung dengan negara-negara Eropa, via Portugal.

Leo Dwi Jatmiko

5 Nov 2021 - 09.39
A-
A+
Menakar Faedah Serat Optik RI-Eropa via Portugal

Ilustrasi sistem komunikasi kabel laut/istimewa

Bisnis, JAKARTA — Rencana Indonesia membangun serat optik yang terhubung ke negara-negara Eropa via Portugal diadang oleh sejumlah kendala dalam hal pengembangan ekosistem konektivitas antarkedua wilayah.

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan ekosistem yang terbangun harus menguntungkan baik bagi Indonesia maupun Portugal.  

Ekosistem tersebut juga memerlukan skema pengenalan produk layanan, jalur penarikan serat optik yang aman, serta sumber daya manusia digital yang memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Selain itu, Indonesia juga harus menjadi bagian dari rencana keberlanjutan bisnis (business continuity planning) baik di Portugal secara khusus, maupun di Eropa secara umum.

Tantangan lainnya, kata Ian, adalah jarak.  Indonesia dan Eropa—termasuk Portugal—dipisahkan oleh benua Amerika. 

“Jalur penarikannya lewat mana saja? Soalnya ada jangkar, gunung api bawah laut, dan lain-lain. Biasanya ada landing di beberapa negara atau pun pulau,” kata Ian, Jumat (5/11/2021). 

Ian mengatakan Indonesia sejatinya membutuhkan infrastruktur yang menghubungkan Indonesia dengan Eropa, untuk memotong biaya konektivitas. 

Jika kerja sama dengan Portugal terjalin, maka kedua wilayah akan diuntungkan karena dapat lebih cepat berinteraksi. 

Sebelumnya, pemerintah menyatakan Indonesia tengah menegosiasikan penggelaran serat optik internasional yang terhubung langsung dengan negara-negara Eropa, via Portugal.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, terkait dengan rencana tersebut, mengatakan telah menemui Duta Besar Portugal untuk Indonesia Maria João Falcão Poppe Lopes Cardoso untuk mendiskusikan lebih lanjut perihal pemanfaatan serat optik.

Menurut Johnny, proyek tersebut rencananya akan menghubungkan jaringan serat optik domestik Indonesia dengan Amerika Serikat, lantas dihubungkan lagi ke Eropa melalui Portugal.  

“Portugal sendiri memiliki jaringan antara Portugal dengan Cross Atlantic atau hingga Brasil, Amerika Selatan,” kata Johnny.

Dalam hal pemilihan Portugal sebagai hub, Johnny beralasan negara beribu kota Lisabon memiliki pangkalan data yang bisa menjadi hub  Indonesia. Mereka juga memiliki banyak talenta digital yang dapat membantu transformasi digital.

Sebaliknya, Indonesia saat ini sedang membangun infrastruktur telekomunikasi secara besar-besaran untuk memangkas kesenjangan digital di Tanah Air.

“Kami harapkan Indonesia dan Portugal bisa meneruskan kerja samanya di bidang digital dengan lebih baik,” kata Johnny. 

Indonesia dengan Portugal, lanjutnya, sudah memiliki payung kerja sama yang ditandatangani pada 2014.

NILAI KEEKONOMIAN

Di sisi lain, berbagai kalangan menilai pembangunan serat opitk yang menghubungkan langsung Indonesia dengan  Portugal belum tentu memiliki nilai keekonomian. 

Pemerintah perlu memastikan bahwa serat optik yang dibangun benar-benar terhubung dengan negara-negara Eropa lainnya, tidak hanya Portugal.  

Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) Galumbang Menak mengatakan saat ini belum ada kabel serat optik yang langsung menghubungkan Indonesia dengan Eropa melalui Portugal. 

Seandainya pemerintah menjalin kerja sama dan membangun serat optik, dia sangsi serat optik tersebut nantinya benar-benar akan melayani seluruh Eropa. Jika hanya Portugal, maka nilai keekonomiannya kurang menarik. 

“Namun, jika Portugal itu dihubungkan ke Spanyol kemudian Eropa, itu baru menarik,” kata Galumbang. 

Mengenai pembangunan serat optik, menurutnya, nantinya pemerintah Indonesia dan Portugal cukup menarik serat optik dari Portugal ke Amerika Serikat. 

Dari Amerika Serikat ke Indonesia dapat menggunakan serat optik yang telah tersedia atau serat optik Bifrost-Echo. 

Sekadar informasi, Bifrost dan Echo adalah sistem komunikasi kabel laut (SKKL) yang dibangun oleh Facebook untuk menghubungkan Amerika Serikat, Indonesia dan Singapura. 

Facebook bekerja sama dengan Alphabet Google dan XL Axiata untuk membangun Echo. Proyek ini ditargetkan rampung pada 2023. 

Semenetara Bifrost, Facebook memilih berkolaborasi dengan anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin), yaitu PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) dan Keppel, dengan proyeksi pada 2024 selesai pembangunan.

“Jadi tinggal ditarik dari Amerika Serikat ke Portugal sehingga ada rute langsung,” kata Galumbang. 

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif mengatakan makin banyak serat optik yang masuk ke Indonesia, makin bagus. 

Sebagian besar SKKL internasional mendarat di Singapura, sebelum masuk ke Indonesia. Dengan tidak langsung mendapat ke Indonesia, maka data internet harus ‘transit’ terlebih dahulu di suatu lokasi, yang berdampak pada latensi. 

Melalui penggelaran jaringan yang langsung terhubung dari Eropa via Portugal, risiko latensi dapat ditekan seiring dengan berkurangnya negara ‘transit’. 

“Kalau ada yang langsung ke Indonesia maka memotong satu rantai menurut saya bagus,” kata Arif. 

Di sisi lain, jaringan serat optik yang menghubungkan Indonesia dengan Eropa dibutuhkan untuk beberapa kegiatan nonkomersial seperti penelitian. 

Kika ingin digunakan untuk komersial, Eropa harus memiliki konten menarik, seperti Netflix yang berada di Amerika Serikat. 

Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) Ariyanto A. Setyawan mengatakan konektivitas langsung Indonesia—Eropa penting dibangun khususnya untuk akses konten yang bukan over the top (OTT) ataupun komersial. 

Untuk melakukan kegiatan komersial, Eropa harus memiliki konten yang menarik, yang laku di pasar Indonesia, sebagaimana tayangan Netflix diterima oleh masyarakat dalam negeri. 

Dengan adanya konten menarik maka jaringan serat optik yang dibangun akan terisi dan tidak sia-sia. 

Kika tidak memiliki konten, konektivitas Indonesia—Eropa itu dapat digunakan untuk pendidikan atau kegiatan nonkomersial lainnya.

“Misalnya, untuk konektivitas antarperpustakaan, penelitian bersama, dan kebutuhan industri khusus,” kata Ariyanto. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.