Titik Cerah Pembalikan Kinerja Industri Pertekstilan

Perbaikan kinerja industri pertekstilan lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal alih-alih kebijakan pemerintah untuk mengendalikan impor.

Reni Lestari

1 Nov 2021 - 18.43
A-
A+
Titik Cerah Pembalikan Kinerja Industri Pertekstilan

Pedagang menata kain tekstil dagangannya di Cipadu, Kota Tangerang, Banten, Kamis (16/4/2020). ANTARA.

Bisnis, JAKARTA — Perbaikan kinerja manufaktur yang ditunjukan oleh lonjakan angka purchasing managers' index (PMI) pada Oktober tecermin di industri tekstil dan produk tekstil (TPT).

Perbaikan tersebut, selain karena pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), juga dipengaruhi faktor eksternal seperti turunnya pasokan barang impor dari China.

Krisis energi China dan kemacetan pengapalan membuka pasar baru yang mau tidak mau harus diisi oleh pelaku industri domestik sehingga mengerek aktivitas produksi.  

"Produksi kami naik lumayan banyak terutama ketika sudah selesai PPKM, dan yang paling penting demand-nya naik cukup besar di dua bulan terakhir karena kondisi dunia," kata Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta, Senin (1/11/2021).

Redma melanjutkan, rata-rata angka utilisasi industri berada di kisaran 60%—90%. Selain itu, kinerja tekstil yang moncer juga tidak terpengaruh naiknya harga kapas di pasar dunia karena adanya substitusi ke bahan polyester dan rayon.

Redma menggarisbawahi perbaikan kinerja ini lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal alih-alih kebijakan pemerintah untuk mengendalikan impor.

Meski demikian, dia tetap berharap pemerintah melakukan mekanisme kontrol impor sehingga membuka peluang perluasan pasar domestik bagi pelaku usaha.

"Kami harap ini jadi pelajaran, kalau mau investasi naik, aktivitas industri lancar, kasih kami market, pasti jalan, yang penting impornya dikendalikan," ujarnya.

Dia pun optimistis kinerja industri tekstil akan menorehkan capaian positif sepanjang tahun ini, meski terkontraksi pada dua kuartal pertama 2021. Kinerja kuartal III dan IV diprediksi bakal tumbuh sehingga menutupi kontraksi sepanjang semester pertama tahun ini.

Sebelumnya, pada kuartal II/2021, secara year on year (YoY) sektor tekstil dan pakaian jadi mencatatkan kontraksi 4,54%. Sementara itu, quarter to quarter (QtQ) tumbuh 0,43%.

Tekstil dan pakaian jadi menjadi satu-satunya sektor di industri pengolahan nonmigas yang terkontraksi pada triwulan kedua tahun ini.

Demikian pula dengan kuartal pertama 2021, dimana tekstil mencatatkan rapor merah dengan kontraksi paling dalam di antara sektor manufaktur lainnya, yakni sebesar 13,28%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.