Menanti Harga Minyak Rebound di Tengah Tsunami Covid-19 di India

Beragam sentimen negatif terus menerus  menekan harga minyak. Alhasil, harga komoditas itu terus turun dalam sepekan terakhir. 

14 Mei 2021 - 14.39
A-
A+
Menanti Harga Minyak Rebound di Tengah Tsunami Covid-19 di India

Ilustrasi, kegiatan pengeboran sumur migas.

Bisnis, JAKARTA - Harga minyak terus menerus turun sejak tsunami Covid-19 menerjang India. Meski begitu, harga minyak diperkirakan bisa bangkit kembali dalam waktu dekat ini. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (14/5/2021), harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat turun 4 sen menjadi US$ 63,78 per barel. Pada hari sebelumnya, harga minyak tersebut sudah turun 3,4 persen mendekati level US$ 64 per barel.

Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Juni 2021 sempat anjlok 3,3 persen pada hari Kamis (13/5/2021) dan kembali turun 0,1 persen pada hari ini ke posisi US$ 66,97 per barel.

Harga minyak sebenarnya sudah mulai turun pada awal Maret 2021. Adapun dalam sepekan terakhir, harga minyak dunia telah turun 1,7 persen.

Penurunan tersebut menjadi anomali karena International Energy Agency (IEA) menyatakan konsumsi minyak dunia telah menghabiskan sebagian besar surplus pasokan yang sempat menumpuk pada masa awal pandemi virus corona.  Namun, laporan IEA tersebut tidak dapat mengangkat harga minyak.

Pasalnya, muncul beragam sentimen negatif yang menekan harga minyak.  Salah satunya yaitu kekhawatiran inflasi di Amerika Serikat (AS) yang dapat memicu Federal Reserve (The Fed) menaikan suku bunga.

Jika suku bunga meningkat, dolar AS bakal ikut terangkat. Hal itu bakal menyebabkan tekanan terhadap harga minyak karena harganya menjadi lebih mahal bagi negara pembeli yang memegang mata uang lainnya. Alhasil, permintaan minyak dikhawatirkan bakal menurun.

"Harga minyak mentah terus menurun ketika para investor menekan tombol jeda bersama siklus perdagangan komoditas-komoditas super," kata Analis pasar senior di OANDA, Edward Moya, dilansir Antara pada Jumat (14/5/2021).

 

Peluang Kenaikan Harga Minyak 

Selain itu, sentimen negatif datang dari pernyataan Presiden AS Joe Biden yang mengharapkan stasiun pengisian bahan bakar Colonial Pipeline mulai kembali normal pada pekan ini. Hal itu bisa menyebabkan permintaan minyak global berkurang.

Maklum saja, pipa minyak tersebut merupakan jaringan bahan bakar utama di negara tersebut. Setiap harinya jaringan pipa tersebut mampu mengangkut 100 juta galon bahan bakar.

Dengan matinya jaringan pipa tersebut selama seminggu, wilayah Virginia hingga Florida kekurangan bensin. Selain itu, dua kilang di AS terpaksa berhenti beroperasi. Bahkan maskapai penerbangan terpaksa merombak waktu operasi pengisian bahan bakar. 

Di sisi lain, permintaan minyak terus turun seiring meningkatnya kasus virus  corona di India. Padahal, negara itu merupakan importir minyak mentah terbesar ketiga di dunia. 

Para tenaga medis pun belum dapat memproyeksi kapan infeksi tersebut bakal mencapai puncaknya. Sedangkan negara-negara lain khawatir atas penularan varian Covid-19 yang telah menyebar ke seluruh dunia. 

Kekhawatiran tersebut diproyeksi bakal mengurangi permintaan minyak. Namun, pengaruh Covid-19 diperkirakan hanya sementara.

Harga minyak justru dapat kembali terangkat dalam waktu dekat. "Dampaknya, bagaimanapun, diperkirakan relatif singkat dan paruh kedua tahun ini akan melihat kebangkitan yang sehat dari pertumbuhan permintaan minyak," ujar PVM dalam sebuah catatan. 

(Newswire & Lorenzo Anugrah Mahardhika)   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.