Menanti Langkah BCA di Pasar Modal

Rencana stock split saham BCA dan IPO BCA Digital diproyeksi akan berdampak baik bagi prospek saham serta kinerja BCA. Bahkan, langkah ini diduga awal dari kompetisi sengit emiten bank konvensional papan atas melawan emiten bank digital.

9 Agt 2021 - 21.28
A-
A+
Menanti Langkah BCA di Pasar Modal

Nasabah bertransaksi di ATM BCA/Istimewa

Bisnis, JAKARTA — Rencana manuver PT Bank Central Asia Tbk. di pasar saham dalam beberapa waktu ke depan makin menarik untuk diperhatikan, menimbang emiten ini memiliki rekam jejak kinerja saham yang sangat baik di pasar modal.

Emiten berkode saham BBCA tersebut berencana melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dengan rasio 1:5. Rapat Direksi & Komisaris BCA pada 29 Juli 2021 telah menyetujui aksi korporasi tersebut.

Nilai nominal per unit saham BBCA saat ini adalah Rp62,50, sedangkan nilai nominal per unit saham BBCA setelah stock split akan menjadi sebesar Rp12,5. Dengan aksi korporasi ini, total jumlah saham BBCA akan membesar dari 24,65 miliar saham menjadi 123,27 miliar saham.

Di samping itu, anak usaha BCA yakni, PT Bank Digital BCA pun berencana melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski demikian, rencana ini tampak tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Manajemen BCA mengungkapkan langkah IPO BCA Digital akan terealisasi setidaknya dalam 1 hingga 2 tahun ke depan.

Pengamat Pasar Modal yang juga Founder Indonesia Superstocks Community Edhi Pranasidhi menyampaikan rencana stock split BCA akan disambut baik oleh investor dan fund manager, terutama investor ritel hingga fund manager kelas menengah.

Edhi bahkan menuturkan pihaknya sebenarnya telah sejak setahun lalu memperkirakan bahwa BBCA akan melakukan stock split dengan alasan bahwa upside untuk kenaikan harga sudah terlihat agak terbatas.

Dia menjelaskan, secara psikologis stock split akan membuat saham BBCA yang juga sudah setengah digital lebih menarik dari harga saham bank lain.

Bahkan, BBCA akan lebih menarik ketimbang emiten bank yang mengaku telah digital, tetapi masih memiliki indikator saham seperti price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV) yang mahal.

"Tentu rencana ini akan sangat menarik bagi investor dan akan disambut baik," katanya kepada Bisnis, Minggu (9/8).

Edhi pun berpendapat rencana IPO Bank BCA Digital juga tak perlu menunggu lama. Dengan latar belakang pemegang saham pengendali (PSP) yang kuat yakni BCA, investor pun akan menyerap penuh saham yang dilepas ke publik.

"BCA Digital IPO juga seharusnya akan disambut baik sekali mengingat branding BBCA yang sangat kuat dan profitable," imbuhnya.

Edhi bahkan melanjutkan perhatian investor ke bank-bank besar berpotensi kembali. Terlebih, bank besar seperti BCA memiliki laba yang besar, kenaikan harga yang stabil, dan pembagian dividen yang rutin.

"Ketika euforia berakhir, dan akan sangat mungkin terjadi, ketika mereka sadar bahwa bank-bank incumbent besar dengan kemampuan teknologi digital dan didukung oleh modal hebat ternyata menawarkan outlook dividen yang lebih baik, switching back pasti terjadi," imbuhnya.

Setali tiga uang, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada pun berpendapat kontribusi investor akan lebih maksimal dengan rencana stock split. Reza bahkan tak menampik potensi peningkatan harga akan sangat cepat terjadi ketika stock split efektif.

Dia menyampaikan kinerja paruh pertama BCA pun tampak sudah positif dengan pertumbuhan kinerja kredit dan pertumbuhan laba.

Di samping itu, Reza menuturkan prospek kinerja BCA Group juga tak lagi dapat diragukan dengan pengalamannya menjaga pertumbuhan kinerja dan stabilitas.

"Kita juga perlu digarisbawahi bahwa nasabah Bank BCA banyak, loyal, dan kuat. Pasar mereka besar dan tumbuh kuat," katanya.

Reza pun menyampaikan integrasi Bank Digital BCA dengan induk usahanya akan tetap kuat.

"BCA punya kemampuan menata bisnis dengan sangat baik. Kalau ada IPO, maka sahamnya pun akan sangat bersaing dengan bank-bank digital lainnya," imbuhnya.

BCA membukukan laba bersih paruh pertama tahun ini senilai Rp14,45 triliun, tumbuh 18,10% secara tahunan atau year-on-year (YoY).

Kredit tercatat naik 0,8% dari posisi awal tahun ini atau year-to-date (YtD). Segmen Korporasi dan KPR masing-masing naik 2,1% dan 3,8% YtD, sedangkan kredit komersial dan UKM tetap dapat dipertahankan secara baik.

Dari sisi pendanaan, rasio dana murah atau current account and saving account (CASA) tumbuh 8,3% YtD, sejalan dengan peningkatan nilai transaksi.

Saham BBCA per Senin (9/8) tercatat berada pada posisi Rp31.000, turun 3,2% dari posisinya 3 bulan lalu. PER emiten bank swasta terbesar Tanah Air ini tercatat 26,44 kali dengan market cap Rp764,31 triliun.

SASAR MILENIAL

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan stock split merupakan salah satu upaya perseroan untuk lebih aktif menyasar investor dan nasabah milenial.

Dia bahkan memastikan upaya yang dilakukan tidak akan kalah gencarnya dengan apa yang dilakukan bank-bank digital saat ini.

"Tentu kami akan lebih aktif. Kami mau merambah nasabah retail dan [investor] millenial," katanya.

Pasar milenial ini menurutnya berkembang dengan pesat. Perseroan pun melihat BBCA memiliki kemampuan  untuk menarik perhatian milenial tersebut dengan berbagai produk menarik.

"Pasarnya tentu akan sama, tetapi kami memiliki produk yang besar," imbuhnya.

Di sisi lain, Jahja menyampaikan perseroan berharap pasar saham juga dapat lebih aktif lagi dengan aksi korporasi ini.

"Hal ini juga sebagai bentuk dukungan kami untuk meningkatkan likuiditas perdagangan di pasar modal dalam negeri,” katanya.

Lebih lanjut, Direktur BCA Vera Eve Lim meyakini Bank BCA Digital akan cepat mendapat perhatian nasabah sekaligus investor.

Dia menyampaikan Bank Digital BCA telah memiliki aplikasi Blu, dan terus mendorong kolaborasi dengan berbagai pelaku ekonomi digital nasional.

"Buat blu, untuk lakukan itu tidak susah karena di BCA kita sudah lama jalankan ini. Jadi, ini dengan warna yang sangat berbeda dan menyasar terutama ke anak muda. Saya pikir ini momentum bagus untuk BCA," katanya.

Terkait dukungan modal terhadap BCA Digital, lanjutnya, bukan menjadi hal yang dikhawatirkan. Sebab, BCA selalu siap untuk mendukung permodalan anak usahanya tersebut.

Terlebih BCA juga menyiapkan untuk BCA Digital dapat melantai di Bursa dalam 1-2 tahun mendatang. Adapun modal inti BCA Digital per 31 Maret 2021 sebesar Rp1,37 triliun.

Menurutnya, untuk bank bisa bertumbuh membutuhkan banyak hal. Kebutuhan bank digital bukan hanya soal teknologi, tetapi juga dukungan induk usaha yang selalu siap mengatasi kendala yang dihadapi.

"Blu pada hari pertama lahir saja sudah di-support dengan call center yang kelasnya sekelas dengan Halo BCA. Jadi, nggak usah khawatir bertransaksi melalui blu. Saya yakin apa yang sudah didapatkan di BCA akan kelihatan di blu dan mungkin akan lebih menarik karena itu sesuai dengan lifestyle milenial," imbuhnya. (Reporter: M. Richard)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.