Free

Mengenal Charlene de Carvalho-Heineken, Sang Pewaris Raksasa Bir

Charlene de Carvalho-Heineken, pemegang saham terbesar produsen bir Heineken, tercatat sebagai taipan dengan kekayaan senilai US$17,5 miliar.

4 Jun 2021 - 13.22
A-
A+
Mengenal Charlene de Carvalho-Heineken, Sang Pewaris Raksasa Bir

Charlene de Carvalho-Heineken

Bisnis, JAKARTA — Ketika sang ayah meninggal pada Januari 2002, Charlene de Carvalho-Heineken mengambil alih perusahaan keluarga, produsen bir terbesar di Eropa.

Meski tak memiliki latar belakang pendidikan bisnis, anak tunggal Freddy Heineken dan Lucille Cummins ini tak bisa menolak.

Heineken yang berbasis di Amsterdam, Belanda, kini beroperasi di 70 negara dan menjual lebih dari 300 merek minuman termasuk Amstel, Tiger, dan Strongbow Apple Ciders. Pada tahun lalu, perusahaan ini mengantongi pendapatan US$22,5 miliar.

Charlene, pemegang saham terbesar perusahaan itu, tercatat sebagai taipan dengan kekayaan senilai US$17,5 miliar.

Menurut Bloomberg Billionaires Index, Charlene merupakan orang terkaya ke-115 di dunia dengan pertumbuhan kekayaan mencapai US$1,41 miliar sepanjang tahun ini.

Heineken menempati peringkat ke-3 pembuat bir terbesar dunia, di belakang Anheuser-Busch InBev dan SABMiller.

Charlene tumbuh di kota pesisir Belanda Noordwijk dan merupakan anak tunggal yang sangat pemalu dan manja.

Ayahnya, Freddy Heineken, adalah seorang salesman flamboyan yang menciptakan botol hijau Heineken.

Pada usia 20 tahun, Charlene meninggalkan Belanda dan belajar bahasa Prancis di Jenewa, serta fotografi di New York City.

Kemudian, dia bekerja untuk sebuah biro iklan di London. Dia juga pernah magang di Heineken Paris.

Pada 1970-an, dia pergi ke Universitas Harvard, dan kemudian memberontak terhadap orang tuanya dengan menunda Harvard Business School untuk bergabung dengan tim ski Inggris di Olimpiade 1968 di Grenoble, Prancis.

Heineken Holding N.V./Ilustrasi-theheinekencompany.com

Charlene sebenarnya memiliki sedikit keinginan untuk terlibat dalam bisnis keluarga. Tetapi hal berubah ketika pada 1988, saat ayahnya mengundang untuk bergabung dengan dewan perusahaan induk Heineken.

Ketika Freddy meninggal pada 3 Januari 2002, pertumbuhan laba Heineken melambat, dan sahamnya menurun.

Charlene dibantu suaminya yang seorang bankir, Michel de Carvalho, merombak Heineken terutama pada empat bidang, yakni citra perusahaan, neraca, akuisisi, dan pemilihan anggota dewan serta eksekutif kunci.

Ketika mereka melihat Heineken kehilangan peluang di pasar global, Charlene dan Michel mendesak dewan direksi untuk menggantikan CEO Thony Ruys dengan Van Boxmeer yang kemudian bekerja di beberapa pasar berkembang.

Van Boxmeer yang berusia 53 tahun telah meregangkan neraca dengan cara yang tidak akan pernah dilakukan Freddy.

Pada 2010, Heineken membeli Femsa Cerveza, pembuat bir terbesar kedua di Meksiko. Pembelian senilai US$7,6 miliar itu menambahkan 20.000 karyawan ke Heineken.

Sebagai putri tunggal, Charlene kini memiliki lima orang anak. Meski belum memutuskan pewaris Heineken selanjutnya, tetapi putra tertua mereka, Alexander menjadi kandidat terkuat.

Charlene membimbing anak-anaknya dengan nasihat untuk mengikuti hasrat dan kemampuan diri.

“Kamu mungkin akan lebih baik jika mengikuti hasrat daripada melakukan apa yang seharusnya kamu lakukan,” kata dia.

Nasihat yang pahit dari wanita yang baru menemukan hasratnya pada bisnis lebih lambat dari yang dia inginkan.

“Mungkin merupakan kesalahan untuk tidak mengambil pendidikan bisnis. Saya pikir itu mungkin memberi saya rasa hormat yang harus saya perjuangkan,” ujarnya. (Reni Lestari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.