Optimisme Kenaikan Permintaan Poles Prospek Harga Minyak

Optimisme kenaikan permintaan memoles prospek harga minyak di pasar global. Simak penjelasannya.

Duwi Setiya Ariyanti

2 Nov 2021 - 13.24
A-
A+
Optimisme Kenaikan Permintaan Poles Prospek Harga Minyak

Optimisme kenaikan permintaan memoles prospek harga minyak di pasar global. (Antara)

Bisnis, JAKARTA— Prospek harga minyak di pasar global diselimuti sentimen positif dari optimisme kenaikan permintaan.

Dikutip dari Markets Insider, Selasa (2/11/2021) pukul l2:47 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mencapai US$83,97 per barel atau naik 0,12 persen. Sejak dibuka pada level US$83,61 per barel, harga minyak acuan asal Texas itu sempat menyentuh titik tertingginya yakni US$84,35 per barel.

Sementara itu, harga minyak Brent mencapai US$84,69 per barel atau naik 0,17 persen. Harga minyak Brent pada perdagangan hari ini menyentuh US$84,45 per barel pada pembukaan perdagangan dan sempat berada pada US$85,09 per barel sepanjang perdagangan hari ini.

Tim Analis Monex Investindo Futures dalam hasil risetnya menyebut bahwa pada perdagangan hari ini, harga minyak bakal berada pada rentang level support US$83,65 per barel hingga US$82,1 per barel. Lalu, pergerakan di level resistance berada pada rentang US$84,1 per barel hingga US$85,4 per barel.

“Harga minyak tampak naik di awal sesi Selasa (2/11/2021) tertopang harapan naiknya permintaan minyak mentah walau kabar China membuka cadangan minyak mentah negaranya,” katanya.

Dikutip dari S&P Global Platts, pasar minyak masih dibayangi sentimen bullish. Dari sisi pasokan, produksi yang berasal dari negara kartel minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) masih terganggu akibat krisis listrik yang melanda Nigeria dan Libya yang berimbas pada produksi tambahan 100.000 barel per hari (bph).

Berikutnya, pelaku pasar menantikan hasil pertemuan OPEC+ untuk menetapkan target kenaikan produksi. Adapun, OPEC+ telah menetapkan kenaikan 400.000 bph sebulan pada Juli 2021.

 

Sentimen bullish juga datang dari kondisi kurang investasi di industri hulu minyak dan gas yang membuat produksi terbatas.

“Harga minyak reli setelah OPEC+ gagal mencapai target produksinya dan Kuwait serta Irak yang memberikan sinyal dukungan terhadap rencana kenaikan produksi bertahap 400.000 bph,” tutur analis pasar senior di Oanda, Edward Moya.

Dengan kondisi ini, bahkan harga minyak bisa terus menanjak hingga tahun depan. Kalangan analis dari Bank of America menyebut harga minyak bisa mencapai US$120 per barel pada akhir Juni 2022.

Secara teknis, kondisi di pasar minyak sejalan dengan faktor fundamentalnya. Hal itu dijelaskan oleh analis ING, Warren Patterson dan Wenyu Yao dalam hasil risetnya. Mereka menuturkan bahwa secara teknis pergerakan harga minyak WTI menunjukkan pelebaran pola backwardation dalam beberapa pekan terakhir akibat volume persediaan minyak yang rendah di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, Amerika Serikat.

Dalam laporan terbarunya, Badan Informasi Energi Amerika Serikat (Energi Information Administration/EIA) mencatat persediaan minyak di Cushing, Oklahoma turun ke 27,3 juta barel.

Kalangan analis yang disurvei oleh S&P Global Platts menyebut bahwa mereka berharap bahwa total minyak mentah siap jual naik 300.000 barel dalam sepekan menjadi 431,1 juta barel.

Kenaikan itu berasal dari kenaikan jangka pendek sebesar 3,5 juta barel yang biasanya terlihat pada pekan terakhir Oktober. Dengan demikian, stok persediaan minyak mentah komersial 6,3 persen di bawah rata-rata lima tahunan, mengacu pada data EIA.

Sementara itu, total persediaan bensin ditargetkan turun 900.000 barel menjadi sekira 214,7 juta barel sedangkan persediaan hasil penyulingan bisa turun sebesar 1,5 juta barel ke 123,6 juta barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.