Bisnis, JAKARTA — Terjadinya perlambatan pada aktivitas di sektor hulu minyak dan gas bumi dikarenakan pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, membuat PT Elnusa Tbk. mengubah portofolio bisnisnya.
Jika komposisi pendapatan entitas anak PT Pertamina (Persero) itu pada semester I/2020 didominasi oleh sektor hulu migas, pada periode yang sama tahun ini berubah menjadi sektor distribusi dan logistik.
"Ini related dengan penyampaian bahwa memang ditantangan di sisi upstream mencari pengganti opportunity di distribusi dan logistik," kata Direktur Sumber Daya Manusia & Umum Tenny Elfrida dalam paparan publik yang digelar pada Jumat (1/10/2021).
Dengan pergeseran komposisi tersebut telah berdampak kepada turunnya laba kotor perseroan menjadi Rp282 miliar pada semester I/2021 atau lebih rendah 33% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp419 miliar.
Dari situ, laba bersih yang dicatatkan emiten berkode saham ELSA itu juga merosot cukup dalam menjadi Rp40 miliar atau turun 69% jika dibandingkan dengan semester I/2020 senilai Rp130 miliar.
"Ini masih imbas dari gross profit karena untuk operating expense sudah kami upayakan ada langkah-langkah efisiensi bukan karena meningkatkan biaya operasi tapi karena imbas menurunnya gross profit kami, karena imbas dari penurunan gross profit yang cukup besar dibandingkan dengan tahun lalu," jelasnya.
Sepanjang semester I/2021, ELSA mencatatkan pendapatan senilai Rp3,71 triliun, atau lebih rendah 5% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp3,89 triliun.
Perseroan optimistis dapat mengantongi laba bersih tahun penuh 2021 sebesar dua kali lipat dari torehan yang telah dicatatkan sepanjang paruh pertama tahun ini senilai Rp40 miliar.
Tenny menjelaskan bahwa perseroan memproyeksikan dapat mengantongi pendapatan senilai Rp7 triliun sampai dengan akhir tahun nanti, dengan mempertimbangkan raihan kontrak yang telah dicapai sampai dengan semester I/2021 senilai Rp6,2 triliun dari tiga lini bisnis utama yakni di sektor hulu migas, hilir migas, dan jasa penunjang migas.
Menurut dia, raihan pendapatan itu sekitar 50% di antaranya akan dikontribusikan dari sektor hilir yakni dengan bisnis distribusi dan logistik, sedangkan sekitar 40% akan dikontribusikan dari lini bisnis di sektor hulu migas dan jasa penunjang hulu migas.
"Ini kami proyeksikan dengan kontrak on hand, optimis pendapatan pada akhir tahun bisa mencapai Rp7 triliun dengan asumsi dan estimasi tentunya operasional di beberapa bulan terakhir dapat kami maintain dengan baik," katanya.
Sementara itu, untuk laba bersih, ELSA mengaku tidak mematok target yang ambisius mengingat masih menantangnya industri hulu migas di Tanah Air seiring dengan masih berlangsungnya pandemi Covid-19.
Tenny mengatakan, ritme operasi yang masih belum berjalan secara normal dan kondisi pandemi Covid-19 yang diprediksi masih belum selesai sampai dengan tahun depan, maka torehan sampai dengan akhir tahun nanti tidak akan jauh berbeda dengan realisasi per semester I/2021.
"Laba bersih ini akan dua kalinya paling tidak dari angka triwulan II kemarin," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Operasi Elnusa Rony Hartanto mengatakan raihan nilai kontrak perseroan per semester I/2021 didominasi oleh sektor jasa logistik sebesar Rp2,9 triliun.
"Itu sudah kami catatkan per Juni beberapa sudah mulai operasi di kuartal IV seperti aset rig kami yang sedang bor di Kalimantan Timur sampai 2023. Mungkin juga pekerjaan yang baru dan logistik mendapatkan kepercayaan untuk TBBM, distribusi dan depot BBM," katanya.