Perempuan Terpengaruh Paham Radikal Susah Dideradikalisasi

Ketika seorang perempuan sudah terpengaruh paham radikal, upaya deradikalisasi bukan hal mudah untuk dilakukan.

Saeno

25 Jan 2022 - 15.05
A-
A+
Perempuan Terpengaruh Paham Radikal Susah Dideradikalisasi

Ilustrasi - Suasana Mabes Polri di Jalan Trunojoyo, Kabayoran Baru Jakarta Selatan, pascapenembakan oleh tersangka teroris ZA, Rabu (31/3/2021)./Antara

Bisnis, JAKARTA - Penyusupan paham radikal bisa terjadi kepada siapa pun termasuk kepada kaum perempuan. Masalahnya, ketika seorang perempuan sudah terpengaruh paham radikal, upaya deradikalisasi bukan hal mudah untuk dilakukan.

Kaum perempuan dinilai lebih sulit dideradikalisasi atau dinetralkan pemikirannya dari unsur-unsur radikalisme, jika dibandingkan dengan kaum laki-laki. Demikian disampaikan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid.

Serangan seorang perempuan ke Mabes Polri menjadi salah satu peristiwa paling mengagetkan terkait tindakan radikal terduga teroris. Hal itu menjadi contoh betapa radikalisasi bisa mendorong pelaku berbuat nekat menyerang Mabes Polri.

Terkait kasus tersebut, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo membeberkan identitas wanita yang menyerang Mabes Polri pada Rabu 31 Maret 2021 sekitar pukul 16.30 WIB. 

Menurut mantan Kabareskrim Polri itu, perempuan yang menembaki sejumlah anggota Polri secara membabibuta tersebut berinisial ZA berusia 25 tahun. 

Tak hanya ZA, masih ada perempuan lain yang diduga terpengaruh paham radikal dan menjadi terduga teroris, di antaranya di Makassar, Sulawesi Selatan.

Hal itu diketahui dari langkah Tim Detaseman Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri yang melakukan penangkapan terhadap tiga perempuan terduga teroris di wilayah Makassar, Sulawesi Selatan.

"Perkembangan pascabom bunuh diri di Makassar, bertambah tiga tersangka, ketiganya adalah perempuan," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan di Humas Polri, Jakarta, Selasa   Selasa, 30 Maret 2021.

Ramadhan menyebutkan, ketiga perempuan tersebut berinisial MM, M dan MAN. Ketiganya memiliki keterkaitan dengan pasangan suami istri Lukman (L) dan YSF atau Dewi (D), pelaku bom bunuh diri di gerbang depan Gereja Katedral Kota Makassar pada Minggu (28/3/2021).

Terduga MM peran-nya mengetahui persis perencanaan "amaliyah" Lukman dan Dewi dan memberikan motivasi terhadap kedua pasangan suami istri tersebut.

"MM mendapat motivasi 'jihad' dan 'sahid' dari terduga SAS yang sudah ditangkap beberapa hari sebelumnya dan bersama sama sudah ikut pembaiatan," ungkap Ramadhan.

Selanjutnya terduga M merupakan kakak ipar dari SAS yang mengetahui soal kegiatan kajian di Vila Mutiara. Sedangkan terduga MAN, berperan melihat Lukman alias L saat terakhir menggunakan sepeda motor berangkat menuju tempat lokasi rencana bunuh diri, dan juga mengikuti kajian bersama SAS.

Perempuan Mudah Dipapar Radikalisasi

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid mengatakan perempuan paling mudah dipapar radikalisasi. Akan tetapi, lanjutnya, perempuan paling susah dideradikalisasi. Itu terjadi karena perempuan sekitar 90 persen menggunakan perasaan dan 10 persen menggunakan logika dalam segala hal sehingga mudah dibohongi dan dimanipulasi.

Hal itu dikemukakan Nurwakhid ketika tampil sebagai narasumber dalam webinar nasional bertajuk Membangun Harmonisasi Nilai-nilai Berbangsa dan Bernegara pada Generasi Milenial yang disiarkan langsung di kanal YouTube Unas TV, seperti dipantau Antara dari Jakarta, Selasa.

Untuk mengatasinya, Ahmad Nurwakhid menyatakan bahwa BNPT menjadikan pemberdayaan perempuan dan anak sebagai salah satu bidang kegiatan yang menjadi prioritas melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 34 provinsi Indonesia.

Menurut dia, hal itu didasari pada kesepakatan BNPT dalam memandang kaum perempuan sebagai sokoguru atau tonggak terdepan dalam melindungi anak dan keluarganya dari paparan radikalisme dan terorisme.

Oleh karena itu, pencegahan terpaparnya perempuan oleh paham radikal dan terorisme harus dioptimalkan. 

Nurwakhid menyampaikan tiga indikator untuk mengetahui terpapar atau tidaknya seseorang dengan radikalisme dan terorisme. 

Indikator yang pertama, kata Ahmad Nurwakhid, seperti yang umum diketahui dan selalu digaungkan adalah tindakan mengafirkan orang lain yang dianggap berbeda dari kelompok radikal tersebut. 

Kedua, mereka bersikap intoleran terhadap keberagaman yang ada. 

Ketiga, seseorang yang telah terpapar radikalisme ataupun terorisme akan senantiasa bersikap anti terhadap pemerintahan yang sah.

"Arti anti terhadap pemerintahan yang sah di sini bukan berarti pihak oposisi dan bersifat kritis. Oposisi diperbolehkan di negara demokrasi asalkan konstruktif, yaitu menjadi pengawas dan penyeimbang. Perilaku kritis yang membangun pun wajib. Saat melihat sesuatu yang tidak benar, kita wajib mengkritisi," kata Ahmad Nurwakhid.

Sebaliknya, lanjut dia, arti anti terhadap pemerintahan yang sah sebagai indikator terpaparnya seseorang radikalisme dan terorisme merupakan perasaan membenci dengan membangun ketidakpercayaan pada masyarakat terhadap negara, pemerintah, atau pemimpin yang sah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.