Pergerakan Harga Minyak Terbebani Kenaikan Cadangan

Kenaikan cadangan minyak mentah AS membebani pergerakan harga minyak pada perdagangan hari ini. Simak penjelasannya.

Duwi Setiya Ariyanti

3 Nov 2021 - 15.06
A-
A+
Pergerakan Harga Minyak Terbebani Kenaikan Cadangan

Kenaikan cadangan minyak mentah AS membebani pergerakan harga minyak pada perdagangan hari ini. (Antara)

Bisnis, JAKARTA— Pergerakan harga minyak di pasar global pada perdagangan hari ini terbebani oleh kenaikan cadangan minyak Amerika Serikat.

Dikutip dari Markets Insider, Rabu (3/11/2021) pukul 14:41 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mencapai US$82,62 per barel atau terkoreksi 0,46 persen. Harga minyak acuan asal Texas itu sempat menyentuh titik tertingginya yakni US$83,11 per barel setelah dibuka pada US$83 per barel.

Sementara itu, harga minyak Brent menyentuh US$83,49 per barel atau terkoreksi 0,74 persen. Sejak dibuka pada US$84,07 per barel, harga minyak acuan asal Eropa itu sempat menyentuh titik tertingginya yakni US$84,2 per barel.

Tim Analis Monex Investindo Futures mengatakan bahwa harga minyak pada perdagangan hari ini bergerak pada rentang level support US$82 per barel hingga US$80,5 per barel dan level resistance pada US$83 per barel hingga US$84,5 per barel.

Kepala Strategi Pasar IG, Yeap Jun Rong mengatakan reli harga minyak hanya terjadi pada waktu singkat dengan laporan persediaan minyak yang dirilis American Petroleum Institute (API).

API melaporkan bahwa persediaan minyak Amerika Serikat naik 3,6 juta barel secara mingguan. Hal itu kontras dengan persediaan gasoline turun 552.000 barel dan hasil penyulingan naik 573.000.

Angka persediaan minyak mentah itu juga terkonfirmasi oleh data yang dirilis Energy Information Administration (EIA) yang mencatat kenaikan persediaan sehingga menandai pemulihan permintaan yang tak secepat harapan.

“Sepertinya making dekat pertemuan OPEC+, tekanan makin besar dari beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Jepang untuk meningkatkan produksi yang memberikan sentimen tahan pada harga minyak sejalan dengan kenaikan persediaan yang lebih tinggi daripada ekspektasi yang dilaporkan API,” ujarnya seperti dikutip dari S&P Global Platts.

Terlepas dari itu, terdapat dorongan agar OPEC+ menaikkan produksi lebih dari 400.000 barel per hari (bph). Negara konsumen utama seperti Amerika Serikat, Jepang dan India mendorong negara kartel minyak itu untuk mendinginkan harga minyak melalui kenaikan produksi. Adapun, sebelumnya harga minyak memanas akibat krisis gas global, kekurangan pasokan listrik dan kurangnya investasi di sektor hulu minyak dan gas akibat gerakan transisi energi bersih.

Sayangnya, dorongan dari negara konsumen belum mendapatkan sinyal positif. Pasalnya, belum lama ini, Menteri Perminyakan Kuwait menyatakan dukungannya terhadap OPEC terkait dengan kenaikan produksi 400.000 bph. Sementara itu, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman menyebut belum ada tanda kekurangan pasokan minyak mentah sehingga kenaikan produksi lebih tinggi tak diperlukan.

“Kami berharap gangguan dari konsumen utama untuk menaikkan produksi tetap ada hingga OPEC+ menggelar pertemuan bulanannya besok,” tutur analis ING, Warren Patterson dan Wenyu Yao.

Dalam laporannya, mereka menyebut saat ini grup negara kartel minyak itu masih berpegang teguh pada rencana kenaikan produksi 400.000 bph dalam sebulan.

Dengan sentimen itu, analis OCBC Treasury menyebut bahwa harga minyak Brent tetap berada di antara US$80 hingga US$85 per barel dalam jangka pendek.

“Pasar minyak masih berhati-hati dengan pertemuan OPEC+ yang digelar besok dan pertemuan bank sentral AS pada mala mini,” katanya.

Seruan menaikkan produksi sebelumnya dilontarkan Presiden AS, Joe Biden dalam pertemuan puncak iklim. Dia menyebut OPEC menjadi biang keladi naiknya harga minyak dan gas karena enggan menambah volume produksi.

 “Minyak mentah lebih rendah karena tekanan meningkat pada OPEC untuk meningkatkan produksi. Presiden AS Biden memimpin seruan dari negara-negara ekonomi utama agar kelompok itu meningkatkan produksi di luar apa yang telah disepakati,” kata analis dari ANZ, seperti dikutip dari Antara.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.