Restrukturisasi Pertamina, Kapal Subholding Siap Membelah Lautan

Proses restrukturisasi organisasi Pertamina secara resmi rampung pada 1 September 2021 setelah penandatanganan sejumlah dokumen legal dilakukan. Sementara itu, keenam subholding Pertamina tersebut diresmikan pada 10 September 2021 oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.

Muhammad Ridwan

13 Sep 2021 - 19.38
A-
A+
Restrukturisasi Pertamina, Kapal Subholding Siap Membelah Lautan

Gedung PT Pertamina (Persero). Istimewa

Bisnis, JAKARTA — Layaknya perusahaan migas internasional, PT Pertamina (Persero) secara resmi telah menyelesaikan proses restrukturisasi organisasi dengan membentuk enam subholding yang akan memimpin seluruh unit bisnisnya.

Dengan adanya subholding, gerak perusahaan pelat merah itu diyakini bakal makin lincah ke depannya.

Proses restrukturisasi organisasi Pertamina secara resmi rampung pada 1 September 2021 setelah penandatanganan sejumlah dokumen legal dilakukan. Sementara itu, keenam subholding Pertamina tersebut diresmikan pada 10 September 2021 oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina memiliki tiga tugas yang harus dilakukan secara paralel, yakni harus menyediakan dan mendistribusikan untuk seluruh masyarakat Indonesia dan juga industri.

Di sisi lain, Pertamina juga ditantang untuk melakukan pengembangan dan melangkah lebih jauh untuk menjawab energi transisi.

“Bagaimana cara kami melaksanakan? Kami membagi kapal besar Pertamina dengan membuat enam kapal-kapal kecil yang kita sebut subholding. Ada yang bertugas hari ini, ada yang bertugas untuk transisi menjajaki di laut yang berbeda, dan ada yang harus berpindah kapalnya di lautan sebelah,” ujar Nicke.

Dalam industri migas, langkah restrukturisasi bisnis dengan pembentukan holding telah diterapkan oleh sejumlah perusahaan migas internasional yakni Petronas, PTT, British Petroleum, dan ExxonMobil.

Petronas, misalnya, perusahaan asal Negeri Jiran itu membagi proses bisnisnya menjadi lima subholding yakni subholding hulu, hilir, gas, penjualan dan distribusi, serta bisnis logistik.

Sementara itu, BP sebagai perusahaan dengan pendapatan US$274,7 miliar membagi bisnisnya dalam empat subholding yang terdiri atas subholding bisnis regional, marketing dan kilang, pelumas, dan bisnis logistik.

Nicke mengatakan kunci utama keberhasilan jalannya subholding Pertamina adalah integrasi yang dilakukan oleh holding dalam hal operasional dan komersial serta mengawasi tugas-tugas yang diberikan oleh negara.

Pertamina sebagai holding akan tetap ramping dengan fungsi integrasi. Selain itu, Nicke mengungkapkan bahwa untuk mengintegrasikan seluruh sumber daya manuasia yang ada, Pertamina harus memastikan program digitalisasi berjalan dengan membuat Pertamina Integrated Control Command Center (PICC).

Subholding ini harus ada di masa kini, di masa transisi, dan di masa depan. Kehadiran PICC menjadi salah satu inovasi untuk menjadi global energy champion.”

Dengan adanya PICC, imbuhnya, Pertamina bisa menerapkan satu strategi secara menyeluruh demi memberikan efisiensi sekaligus mengurangi kemungkinan adanya penyalahgunaan wewenang, sehingga akuntabilitas Pertamina Group tetap terjaga.

PICC merupakan pusat big data Pertamina yang memiliki empat fungsi yakni pertama sebagai integrator dan koordinator atas aktivitas memonitor operasional, baik yang bersifat core, critical maupun supporting process.

Kedua, PICC akan menjadi single source of truth yang diperlukan baik di lingkungan internal Pertamina Group dengan data terintegrasi.

Lalu ketiga, PICC berfungsi melakukan analisa data menjadi informasi, mendeteksi data, anomali, menguji kehandalan data serta menyusun ringkasan eksekutif dan rekomendasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan.

Terakhir, PICC merupakan sistem yang memiliki otoritas untuk menindaklanjuti keadaan anomali yang ditemukan sekaligus memberikan rekomendasi bagi manajemen tertinggi di Pertamina Group.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyebut langkah restrukturisasi bisnis Pertamina dilakukan untuk menggenjot kinerjanya agar dapat bersaing di pasar global.

“Dengan kekuatan subholding ini, Pertamina memposisikan diri untuk bersaing tidak hanya di pasar domestik namun juga di pasar global sesuai dengan road map transformasi Kementerian BUMN,” ucap Erick.

SVP Human Capital Management PT Pertamina Lelin Eprianto memberikan pemaparan kepada Menteri BUMN Erick Thohir, Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat mengunjungi ruang Pertamina Intergrated Command Center. ANTARA/HO-Pertamina

Gebrakan-gebrakan di Pertamina terus didorong oleh pemerintah agar bisa mencapai target untuk memiliki nilai kapitalisasi pasar US$100 miliar dan menjadi Global Energy Champion pada 2024.

Erick mengatakan pembentukan subholding dapat mendorong anak usaha Pertamina di masing-masing sektor bisnisnya dapat bergerak lebih luas. "Terbentuknya organisasi yang fokus, agile, lean, efisien, dan streamlining decision making untuk menjadikan operational excellence," jelasnya.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan restrukturisasi bisnis dengan model pembentukan subholding sudah lazim dilakukan oleh perusahaan-perusahaan migas internasional berskala besar.

Dia menuturkan langkah pembentukan subholding telah berhasil diterapkan oleh perusahaan migas yang salah satunya adalah Petronas.

Menurut Mamit, melalui pembagian menjadi enam subholding, diharapkan Pertamina dapat lebih fokus terhadap bisnis unit masing-masing. Sebelum restrukturisasi bisnis, imbuhnya, ruang gerak Pertamina terlalu sempit karena kapasitasnya yang terlalu besar.

"Dengan adanya subholding ini maka kinerja Pertamina akan semakin fokus, jelas, efisien, birokrasi cepat," katanya kepada Bisnis, Senin (13/9/2021).

Kapal pengangkut minyak Pertamina Prime. / Istimewa

Mamit menambahkan, portofolio bisnis yang dijalankan masing-masing subholding bisa menjadi lebih berkembang seiring dengan lebih cepatnya pengambilan keputusan.

"Persaingan dalam memberikan yang terbaik bagi perusahaan akan semakin berkembang dan menjadi lebih sehat kembali," jelasnya.

Sependapat, Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan pada era globalisasi saat ini membuat persaingan bisnis menjadi sangat ketat, dan ketidakpastian kondisi pasar menuntut perusahaan yang tidak hanya effisien, tapi juga lebih lincah dan bergerak cepat mengikuti perkembangan di luar dengan keputusan-keputusan harus diambil secara cepat dan akurat.

Untuk itu, pengambilan keputusan yang cepat menjadi pendorong utama pembentukan subholding oleh perusahaan-perusahaan migas internasional. Hal tersebut dinilai dapat memangkas proses birokrasi di internal.

"Jadi reorganisasi ini banyak benefitnya dan ini sudah lama tertunda menurut saya," katanya kepada Bisnis, Senin (13/9/2021).

Di sisi lain, Pertamina sebagai salah satu perusahaan besar membutuhkan anggaran investasi yang tidak sedikit. Pembentukan subholding di Pertamina dapat menjadi solusi untuk menambahkan suntikan dana investasi dari luar melalui penawaran umum perdana saham (IPO) pada anak-anak usahanya.

Tidak hanya itu, IPO dapat memperbaiki pengelolaan manajemen perusahaan dengan mengedepankan transparansi keuangannya.

"Pertamina juga membutuhkan pendanaan yang sangat besar untuk mengelola aset-aset mereka dari hulu sampai hilir, dengan reorganisasi ini, fundraising bisa dapat lebih mudah dilakukan, terutama dengan opsi IPO," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.