Vaksin Booster Berpotensi Tambah Daya Dorong Saham KLBF

Kinerja Kalbe Farma diproyeksi semakin solid pada tahun depan seiring beragamnya inovasi dan strategi yang dilakukan perseroan untuk terus bertumbuh.

Redaksi

15 Des 2021 - 15.08
A-
A+
Vaksin Booster Berpotensi Tambah Daya Dorong Saham KLBF

Kantor PT Kalbe Farma Tbk. - kalbe

Bisnis, JAKARTA - PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) terus mencari peluang untuk menorehkan kinerja ciamik pada tahun depan. Emiten farmasi itu pun langsung menangkap peluang pengadaan vaksin booster yang dibuka bagi perusahaan swasta oleh pemerintah. 

Presiden Direktur Kalbe Farma, Vidjongtius, mengatakan perseroan bakal menyiapkan seluruh syarat yang diperlukan untuk dapat mengikuti program vaksin tersebut. Misalkan, vaksin yang diimpor untuk booster itu mesti mendapatkan daftar penggunaan darurat atau emergency use listing (EUL) dari Badan kesehatan Dunia (WHO) dan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari BPOM.

“Kalbe akan menyiapkan semua kebutuhan untuk ikut serta dalam policy booster tersebut,” kata Vidjongtius melalui pesan WhatsApps, Selasa (14/12/2021).

Seiring rencana Kalbe Farma menjadi penyedia vaksin booster, saham emiten dengan kode KLBF itu ikut merangkak naik. Pada penutupan perdagangan Rabu (15/12/2021), saham KLBF telah naik 0,31% menjadi Rp 1.615 per saham. 

Lebih lanjut, Vidjongtius menyebut kebijakan pemerintah untuk mengikutsertakan farmasi swasta dalam vaksinasi booster harus disambut dengan positif. Itu karena dapat mendukung percepatan vaksinasi seluruh masyarakat Indonesia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberi wewenang kepada perusahaan farmasi swasta untuk mengimpor vaksin booster menyusul rencana pemberian vaksin dosis ketiga kepada masyarakat tahun depan. Rencananya program vaksin booster itu bakal dimulai pada Januari 2021.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan kebutuhan vaksin booster itu mencapai 231,4 juta dosis yang akan disuntikan kepada 208,3 juta jiwa. Budi mengatakan pemerintah hanya akan menanggung pengadaan vaksin sebanyak 92,4 juta dosis lewat alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN.

Ihwal pelibatan perusahaan swasta itu, Budi berharap, langkah itu dapat memberi keseimbangan suplai dan harga di pasar nantinya. Di sisi lain, masyarakat dinilai dapat memperoleh sejumlah jenis vaksin yang bervariasi.

Dia juga memastikan seluruh vaksin yang bakal digunakan untuk program booster itu mesti mendapat persetujuan dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO dan izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Setelah mendapat persetujuan dan izin dari WHO dan BPOM, vaksin booster itu mesti memperoleh rekomendasi penggunaan dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Adapun harga eceran tertinggi atau HET ihwal vaksin booster itu bakal diatur lewat Peraturan Menteri Kesehatan atau Permenkes yang masih disiapkan menyusul izin impor bagi perusahan farmasi swasta tersebut.

 

Prospek Cerah KLBF

Sebelumnya, Direktur Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata menyatakan terus melakukan inovasi produk dan layanan. Mulai dari produk yang bersifat preventif, kuratif, diagnostik, hingga digital platform yang ditujukan baik untuk B2B atau B2C.

“Inovasi itu yang membuat Kalbe optimis dapat mencapai pertumbuhan tahun ini menjadi double digit,” kata Bernadus beberapa waktu lalu.

Bernadus menambahkan, strategi inovasi setiap lini bisnis disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya untuk lini bisnis obat resep, Kalbe terus mengembangkan inovasi obat termasuk pengembangan vaksin, melakukan peningkatan kontribusi obat generik di e-katalog serta peningkatan layanan tes diagnostik untuk personal therapy.

Di lini bisnis distribusi dan logistik, Kalbe terus mengembangkan platform digital seperti Emos dan Monstrans serta melengkapi fasilitas produksi lokal untuk produk benang bedah (suture). Pada lini bisnis produk kesehatan, Kalbe terus memperkuat portofolio produk vitamin, suplemen dan herbal, serta pengembangan ekosistem jahe merah.

Sementara itu, di lini bisnis Nutrisi, Kalbe mengembangkan produk nutrisi yang terjangkau serta produk medical nutrition untuk kebutuhan nutrisi khusus. Perseroan juga fokus pada penjualan ekspor kepada beberapa produk inti yang sudah menjadi andalan perseroan. Negara-negara sasaran ekspor pun masih dipusatkan di wilayah Asia Tenggara.

Beberapa produk inti yang menjadi andalan KLBF yaitu produk nutrisi dan beberapa produk OTC. Selain itu, perseroan juga menjalin kerja sama distribusi baru untuk penetrasi pasar yang lebih dalam.

Terlebih lagi, pabrik baru Kalbe di Myanmar sudah selesai dan mendapatkan sertifikasi BPOM setempat akan mulai berproduksi pada akhir tahun ini dan langsung berjualan. Menurutnya, pertumbuhan ekspor perseroan diharapkan tetap stabil hingga akhir tahun ini, walaupun sempat terganggu pandemi Covid-19 yang membuat lockdown beberapa negara.

Adapun KLBF mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp19,09 triliun pada kuartal III/2021, tumbuh sebesar 11,7 persen dibandingkan dengan sembilan bulan pertama tahun 2020. Divisi distribusi & logistik meraih peningkatan penjualan bersih sebesar 23,9 persen dari Rp5,49 triliun menjadi Rp6,81 triliun, serta menyumbang 35,7 persen terhadap total penjualan bersih perseroan.

Divisi obat resep KLBF membukukan peningkatan penjualan sebesar 11,2 persen dari Rp3,77 triliun menjadi Rp4,19 triliun, serta menyumbang 21,9 persen dari total penjualan bersih perseroan. Divisi produk kesehatan meraih peningkatan penjualan sebesar 7,6 persen menjadi Rp2,91 triliun dengan kontribusi sebesar 15,3 persen terhadap total penjualan bersih.

Penjualan bersih divisi nutrisi tercatat sebesar Rp5,17 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2021, mengalami pertumbuhan penjualan sebesar 1,1 persen dari pencapaian di tahun sebelumnya dan menyumbang 27,1 persen dari total penjualan bersih Kalbe hingga September 2021.  

Laba bersih KLBF pun mencapai Rp2,28 triliun per kuartal III/2021, naik 12,8 persen dibandingkan Rp2,02 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.

 

 

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Mimi Halimin, pun mempertahankan pandangan positif dengan optimisme yang lebih tinggi terhadap kinerja KLBF. "Kami percaya bahwa kinerja solid tahun penuh 2021 KLBF juga akan berlanjut di kinerja tahun depan karena kami juga masih percaya bahwa setiap divisi bisnis KLBF masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh di masa depan," kata Mimi.

Dia percaya inisiatif KLBF meningkatkan partisipasinya dalam obat generik tidak bermerek akan menjadi pendorong pertumbuhannya penjualan divisi obat resep tahun depan. Selanjutnya, peningkatan kontribusi dari onkologi KLBF dan produk biologi juga akan membawa katalis positif bagi divisi ini.

"Potensi permintaan yang lebih tinggi untuk vitamin, suplemen dan produk herbal karena meningkatnya kesadaran kesehatan akan memberikan dampak positif bagi divisi kesehatan konsumen KLBF," urainya.

Sementara itu, inisiatif KLBF untuk memperluas portofolio produk ke segmen produk yang terjangkau dapat mendukung pertumbuhan divisi nutrisi. Mirae merevisi estimasi pendapatan tahun penuh 2021 dan tahun penuh 2022 terhadap KLBF, terutama karena pandangan yang lebih optimistis dalam obat resep dan divisi distribusi & logistik.

"Kami memperkirakan 2021 dan 2022 KLBF pendapatan mencapai sekitar Rp25,7 triliun tumbuh 11 persen dan Rp28,7 triliun atau tumbuh 11,8 persen masing-masing," jelasnya.

Risiko yang mungkin datang dari minat beli konsumen yang lebih lambat dari perkiraan, implementasi kebijakan JKN yang kurang baik, pengembangan vaksin yang gagal atau tertunda, dan volatilitas nilai tukar rupiah yang lebih tinggi dari perkiraan.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto, juga menilai KLBF menunjukkan kinerja yang lebih baik ke depan. Hal itu didukung oleh pemulihan ekonomi dan berlanjutnya peluncuran program pemerintah program vaksinasi yang akan meningkatkan optimisme.

"Di tahun yang ditandai dengan pemulihan, kami berharap KLBF mendapat manfaat dari yang baru produk khusus dan meningkatnya kesadaran akan gaya hidup sehat," paparnya.

Meskipun tekanan pada margin kotor dari perubahan bauran produk, Danareksa percaya perusahaan akan terus melakukan upaya efisiensi dalam rangka mempertahankan pertumbuhan pendapatan. Danareksa mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga yang tidak berubah sebesar Rp1.900 berdasarkan price to earning (PE) ratio rata-rata 5 tahun sebesar 30 kali.  

Sementara itu, Mirae mempertahankan penilaian beli dengan rekomendasi target harga yang lebih tinggi di level Rp1.960. "Kami menurunkan target kami harga dengan menerapkan target P/E sebesar 28,6 kali dari rata-rata P/E forward 5 tahun sebesar 26,7 kali pada EPS 2022 kami," ungkap Mimi.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

(Nyoman Ary Wahyudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.