Free

WFH Buat Mabuk Gawai, Hati-hati Mata Kering!

Pandemi Covid-19 membuat banyak orang bekerja dari rumah. Penggunaan gawai pun meningkat. Harus diwaspadai, hal itu meningkatkan kemungkinan terkena sindrom mata kering.

Redaksi

26 Nov 2021 - 17.25
A-
A+
WFH Buat Mabuk Gawai, Hati-hati Mata Kering!

Ilustrasi/Antara

Bisnis, JAKARTA – Work from home (WFH), yang banyak diterapkan pada masa pandemi Covid-19 ini, berpotensi menimbulkan mata kering akibat terlalu lama menatap layar gawai.

Spesialis mata dr. Damara Andalia, Sp.M. mengemukakan mata kering disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya terlalu lama menatap TV, komputer atau gadget.

Dia menjelaskan bahwa mata kering disebabkan penurunan produksi dan kualitas air mata yang bersifat sebagai pelumas. Bila tidak diatasi, mata kering dapat menimbulkan komplikasi luka terbuka pada lapisan luar pelindung mata yakni kornea.

Situasi pandemi berkepanjangan ini mengharuskan sebagian orang lebih banyak duduk atau berbaring sambil menonton televisi, membaca, dan menatap layar gawai dalam waktu lama, salah satu risiko terjadinya mata kering.

“Gaya hidup seperti itu dapat memicu atau memperberat kondisi mata kering. Paparan pendingin udara secara langsung terlalu lama juga turut memengaruhi,” ucapnya sebagaimana dilansir Antara.

Mata kering bisa dialami oleh orang-orang yang berusia lebh dari 50 tahun, khususnya perempuan pasca-menopause. Namun, dengan gaya hidup digital dengan gawai tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari, mata kering pun dapat dialami oleh dewasa muda, bahkan anak-anak, kata dokter spesialis mata dari Universitas Indonesia itu.

Mata kering pun dapat dipicu oleh faktor lingkungan, seperti debu, kering, berangin, juga asap rokok.

Ini pun dapat terjadi pada orang yang punya riwayat operasi mata, atau memiliki penyakit lain yang memicu mata kering. Faktor lainnya yang dapat menyebabkan mata kering antara lain penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai dengan instruksi dokter mata, serta penyakit metabolik seperti diabetes melitus.

Mata kering punya prevalensi cukup tinggi di Indonesia yakni 27,5% hingga 30,6% dan lebih tinggi pada populasi lanjut usia yakni 5% hingga 30%.

Dia menjelaskan prevalensi mata kering pada penderita kelainan metabolik lebih tinggi dibandingkan dengan populasi biasa yakni lebih dari 20%. "Pasien dengan kelainan metabolik dan mata kering harus ditangani secara sistemik, menyeluruh, tidak cuma di mata," kata Damara.

GEJALA & SOLUSI

Mata kering merupakan fenomena gunung es, diperkirakan masih banyak pasien yang belum menjalani pemeriksaan lebih lanjut, jumlahnya lebih banyak daripada pasien yang sudah berobat dan menjalani terapi tepat dari spesialis mata, sebab tidak semua orang merasakan gejala dari mata kering. Berdasarkan penelitian di RS Jakarta Eye Center, hanya 40% pasien mata kering yang bergejala.

Gejala yang dirasakan antara lain ada rasa mengganjal pada mata, mata berair, mata terasa kering, ada sensasi berpasir, mata terasa lengket, sering kemerahan, muncul kotoran mata, dan sering mengucek mata.

Gejala mata kering bisa dilihat dari abnormalitas pada air mata, mulai dari penguapan air mata, volume air mata, kekentalan air mata dan analisis kelenjar minyak air mata. Tanda lainnya adalah kerusakan pada permukaan mata, di mana ada pewarnaan pada permukaan mata.

Damara mengingatkan masyarakat untuk tidak menyepelekan mata kering, sebab penyakit ini berbahaya apabila tak segera diatasi. Mata kering yang tidak ditangani dengan baik bakal menurunkan kualitas hidup, sebab seseorang menjadi sulit beraktivitas secara normal akibat mata tidak nyaman serta bergantung kepada obat-obatan.

Pada kasus yang berat, mata kering yang tidak ditangani bisa menyebabkan kerusakan pada permukaan mata akibat infeksi. Mata yang kering lebih mudah terinfeksi hal asing, seperti polusi atau bakteri. Kerusakan yang terjadi bisa bersifat ringan hingga berat, temporer, bahkan permanen.

"Mata kering adalah penyakit yang sering ditemui, tapi sifatnya kompleks, sehingga penting untuk mencari tahu secara detail penyebab dan faktor risiko dari mata kering agar dapat ditangani dengan baik," paprnya.

Damara menambahkan pengobatan mata kering memerlukan waktu panjang, tetapi terapi dapat dimulai dengan memodifikasi gaya hidup.

Dia mengajak masyarakat untuk menghindari gaya hidup yang bisa memicu atau memperberat mata kering yakni menerapkan pola hidup sehat dan membatasi menatap layar gawai serta tidak memakai pendingin udara secara berlebihan.

Damara mengingatkan jangan lupa menerapkan metode 20-20-20 untuk mencegah mata lelah, yakni mengistirahatkan mata selama 20 detik dengan menatap ke kejauhan yakni 20 kaki atau 6 meter setiap kali menatap layar selama 20 menit.

Mata juga dapat dirawat sendiri di rumah dengan memberi kompres hangat pada kelopak mata, menjaga kebersihan kelopak mata, cukup mengonsumsi air, serta mengubah kebiasaan, seperti mengatur durasi menatap layar gawai. Jika diperlukan, gunakan tetes mata yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi mata.

POLA HIDUP SEHAT

Sementara itu, dr. Carlinda Nekawaty, medical expert Combiphar, mengemukakan menjaga pola hidup sehat juga merupakan langkah pencegahan. Dia mengingatkan dampak pola hidup tidak sehat dapat memicu sindrom metabolik yang juga berisiko mengakibatkan mata kering.

Sindrom metabolik merupakan sekelompok gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan. Gangguan itu meliputi peningkatan tekanan darah tinggi, penumpukan lemak di perut, serta kenaikan kadar gula darah, kolesterol, dan trigliserida.

"Sindrom metabolik dapat memicu terjadinya peningkatan osmolaritas air mata, sehingga membuat lapisan air mata tidak stabil akibat produksi yang rendah atau penguapan berlebih. Jangan biarkan kondisi mata kering berkembang menjadi penyakit kronis yang parah, hal ini berakibat resisten terhadap pengobatan," kata Carlinda.

Dia memberikan beberapa kiat untuk mengurangi risiko mata kering, di antaranya membatasi konsumsi penggunaan layar karena terlalu lama menatap layar gawai cenderung membuat mata jarang berkedip. Setiap mata berkedip, lapisan air mata yang baru akan terbentuk dan tersebar merata ke seluruh permukaan mata.

Kiat berikutnya adalah mengonsumsi makanan yang mengandung asam lemak Omega-3 seperti sayuran berdaun hijau, minyak zaitun, ikan, kacang-kacangan, telur, dan alpukat.

Langkah selanjutnya adalah aktif berolahraga untuk mengurangi lemak tubuh dan meningkatkan metabolisme. Manfaat lain dari berolahraga yaitu untuk membantu menjaga dan meningkatkan kesehatan mata sehingga mata merasa lebih baik. Meningkatkan aktivitas fisik akan membuat tubuh lebih sehat dan membantu kenyamanan mata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.