Free

Aukus Belah Asean, Pancing Kemarahan Prancis, dan Ganggu China

Kritik muncul di tengah kekhawatiran bahwa aliansi tiga negara dalam Aukus dapat memprovokasi China dan memicu konflik di kawasan Pasifik.

John Andhi Oktaveri

21 Sep 2021 - 21.31
A-
A+
Aukus Belah Asean, Pancing Kemarahan Prancis, dan Ganggu China

Pembicaraan virtual antara pemimpin negara anggota kerja sama pertahanan trilateral AUKUS yang terdiri atas Australia, United Kingdom (Inggris), dan United States (Amerika Serikat)./au.usembassy.gov

Bisnis, JAKARTA - Kehadiran forum kerja sama keamanan tiga negara antara Australlia, United Kingdom (Inggris) dan United State (Amerika Serikat) menimbulkan reaksi berbeda di Asia Tenggara.

Sementara itu, Prancis sebagai salah satu negara anggota Uni Eropa menunjukkan kemarahana atas munculnya Aukus. Dunia internasional juga menilai aliansi tersebut dapat menjadi provokasi yang memancing China berlaku agresif.

Di Asia Tenggara, Filipinan menyatakan dukungannya terhadap Aukus. Dukungan terhadap Aukus menjadi jalan bagi pemerintahan Duterte dalam menghadapi China terutama dalam sengketa di Laut China Selatan.

Berbeda dengan Filipina, dua negara di Asia Tenggara yakni Indonesia dan Malaysia memiilih sikap yang lebih berhati-hati.

Pulau Pagasa, bagian dari Kepulauan Spratly yang disengketakan di kawasan Laut China Selatan dan berada di seberal barat Filipina (20/7/2011)./Reuters-Rolex Dela Pena - Pool

Filipina mendukung kemitraan pertahanan baru antara AS, Inggris, dan Australia dengan harapan bisa menciptakan keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifi.

Dikenal sebagai Aukus, aliansi tersebut akan membuat Australia mendapatkan teknologi kapal selam bertenaga nuklir sebagai bagian dari perjanjian yang dimaksudkan untuk menanggapi pertumbuhan kekuatan China.

"Peningkatan kemampuan sekutu luar negeri harus bertujuan untuk memulihkan dan menjaga keseimbangan daripada mengacaukannya," kata Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (21/9/2021).

Pernyataan Locsin tersebut berbeda dengan sikap Indonesia dan Malaysia, yang mewaspadai keberadaan kapal selam tenaga nuklir di tengah persaingan negara adidaya yang berkembang di Asia Tenggara.

Malaysia menyatakan keprihatinan atas kesepakatan nuklir Australia dengan AS dan Inggris tersebut.  Laut China Selatan terus menjadi sumber ketegangan. Akibatnya Amerika Serikat bersama mitranya seperti Filipina dan sekutu Barat secara teratur melakukan operasi "kebebasan navigasi" yang ditanggapi dengan marah oleh China.

China melihat langkah itu sebagai campur tangan pihak luar di perairan yang diklaim sebagai miliknya. Sementara itu, Filipina dan Vietnam menuduh China melecehkan para nelayan mereka.

Periode pemulihan hubungan yang singkat hampir berakhir tahun ini sehingga Filipina marah atas adanya ancaman dari ratusan kapal milisi maritim China di dalam zona ekonomi eksklusifnya.

"Kedekatan wilayah membuat waktu respons singkat sehingga dengan demikian meningkatkan kapasitas militer sekutu dekat dan sekutu Asean untuk menanggapi ancaman terhadap kawasan atau menantang status quo. Kondisi itu membutuhkan peningkatan kemampuan Australia, ditambah dengan sekutu militer utamanya, untuk mencapai kemampuan tersebut," ujar Locsin.

KEMARAHAN PRANCIS 

Prancis merespons kelahiran Aukus dengan meminta dukungan Uni Eropa (UE) untuk menunda rencana kesepakatan perdagangan UE-Australia. Hal itu merupakan bentuk hukuman kepada Australia yang membatalkan kontrak 12 kapal selam buatan Prancis.

Kontrak kapal selam senilai A$90 miliar (£48 miliar) itu adalah inti dari kerja sama Prancis-Australia di kawasan Indo-Pasifik. Akan tetapi, Australia malah memilih untuk membentuk pakta AS-Inggris-Australia dengan membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir yang akan dikirimkan antara tahun 2030 dan 2040.

Presiden Prancis Emmanuel Macron/Reuters

Presiden Komisi UE Ursula von der Leyen mengomentari pertikaian diplomatik tersebut dengan mengatakan bahwa Prancis telah diperlakukan secara tidak dapat diterima oleh AS, Australia, dan Inggris dan bahwa banyak pertanyaan tetap tidak terjawab.

Para menteri luar negeri Uni Eropa akan membahas krisis tersebut di sela-sela sidang umum PBB di New York.

Sedangkan, putaran pembicaraan perdagangan UE-Australia berikutnya dijadwalkan bulan depan, dan masih harus dilihat seberapa dalam negara-negara UE lainnya ingin terlibat terkait hilangnya kontrak komersial Prancis dengan Australia.

Menteri Perdagangan Australia Dan Tehan membantah bahwa pertikaian keamanan akan meluas ke dalam kesepakatan perdagangan bebas yang direncanakan dengan mitra dagang terbesar ketiga Australia.

“Ini bisnis seperti biasa dalam negosiasi kami tentang perjanjian perdagangan bebas (FTA),” katanya seperti dikutip TheGuardian.com, Selasa (21/9/2021).

Dia menambahkan, semuanya menunjukkan fakta bahwa Uni Eropa dan Australia akan melanjutkan FTA.

Panggil Duta Besar

Prancis sebelumnya  memanggil duta besarnya untuk Washington dan Canberra sebagai protes yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sedangkan, menteri angkatan bersenjatanya, Florence Parly, yang saat ini berada di Mali, telah menunda pertemuan yang direncanakan minggu ini dengan menteri pertahanan Inggris, Ben Wallace.

Percakapan melalui telepon yang direncanakan antara presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang diminta oleh Biden belum dimasukkan ke dalam agenda.

Macron, yang akan menghadapi pemilihan presiden tahun depan, tetap bungkam atas pelecehan komersial dan diplomatik yang ditimbulkan pada negaranya. Kesepakan dalam Aukus telah membuat strategi Prancis untuk Indo-Pasifik, berdasarkan kerja sama dengan Australia dan India, berantakan.

Akan tetapi, pengacara yang bertindak untuk pemerintah Prancis dan Grup Angkatan Laut yang didukung negara sudah menyiapkan klaim kompensasi besar-besaran atas Australia. Negara itu dianggap melanggar klausul yang tertulis dalam kontrak yang pertama kali ditandatangani pada 2016.

Opsi Prancis lainnya termasuk menjual kapal selam bertenaga nuklir ke India atau membujuk AS, Australia dan Inggris membatalkan pakta keamanan Aukus.

Sementara itu, PM Inggris Boris Johnson bersikeras pakta tersebut tidak dimaksudkan untuk tujuan eksklusif. Menurutnya, Inggris dan Prancis memiliki hubungan sangat penting dan tidak dapat dihancurkan. Dia berjanji akan berbicara dengan semua sekutu tentang bagaimana membuat pakta Aukus bekerja sehingga tidak eksklusif, tidak memecah belah.

Johnson mengklaim pakta itu sebagai cara yang masuk akal untuk berbagi teknologi tertentu tanpa memusuhi negara lain.

PROVOKASI PERANG

Inggris dan AS dihujani kritikan internasional atas kesepakatan kapal selam nuklir dengan Australia. Kritik muncul di tengah kekhawatiran bahwa aliansi tiga negara dalam Aukus dapat memprovokasi China dan memicu konflik di kawasan Pasifik.

PM Inggris Boris Johnson mengatakan kepada anggota parlemen, bahwa perjanjian pertahanan bernama Aukus “tidak dimaksudkan untuk bermusuhan” dengan China.

Ilustrasi-Kapal perusak radar milik Angkatan Laut China Hull 568 saat menjalani misi latihan tempur di Laut China Selatan, 18 Juni 2020./Antara- HO/ChinaMilitary

Tetapi, Beijing menuduh ketiga negara mengadopsi "mentalitas perang dingin". China memperingatkan bahwa kesepakatan itu akan merugikan kepentingan mereka sendiri kecuali jika dibatalkan.

Pendahulu Johnson sebagai perdana menteri, Theresa May, mempertanyakan apakah pakta itu berarti Inggris dapat terseret ke dalam perang dengan China yang semakin tegas terkait Taiwan. Pasalnya, AS menuntut kehadiran Inggris yang lebih besar di Pasifik.

Di Washington, Menteri pertahanan AS Lloyd Austin menjelaskan, bahwa pemerintah telah memilih untuk merapatkan barisan dengan Australia dalam menghadapi perilaku China yang agresif.

Austin mengatakan, dia telah berdiskusi dengan para menteri Australia terkait “kegiatan destabilisasi yang dilakukkan China dan upaya Beijing untuk memaksa dan mengintimidasi negara lain yang bertentangan dengan aturan dan norma yang telah ditetapkan” sebagaimana dikutip TheGuardian.com, Jumat (17/9/2021).

“Sementara kami mencari hubungan yang konstruktif dengan [China], kami akan tetap melihat secara tegas menghadapi upaya Beijing untuk merusak tatanan internasional yang mapan. Perjanjian Aukus yang menyebut AS dan Inggris akan berbagi teknologi sensitif dengan Australia untuk memungkinkannya mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir pertamanya," ujarnya.

Pakta itu digambarkan oleh penasihat keamanan nasional Inggris Stephen Lovegrove sebagai "kolaborasi kemampuan paling signifikan di dunia di mana pun dalam enam dekade terakhir".

Ditanya tentang implikasi pakta ini terhadap sikap yang akan diambil Inggris jika China berusaha menyerang Taiwan, Johnson memberi jawaban berikut. 

"Inggris tetap bertekad untuk membela hukum internasional dan itu adalah pesan kuat yang akan dikirim kepada mitra di seluruh dunia. Pesan kuat itu akan dikirim kepada pemerintah di Beijing." 

Beijing telah mengambil sikap yang semakin agresif terhadap Taipei, yang telah lama menerima dukungan militer dari AS. Unjuk kekuatan militer sering terjadi dan bulan ini China mengirim 19 pesawat.

Di antara pesawat itu termasuk pengebom berkemampuan nuklir ke “zona identifikasi pertahanan udara” Taiwan pada malam latihan perang tahunan Taipei. (Fitri Sartina Dewi, Nancy Junita)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.