Budidaya Laut, Raksasa Tidur di Sektor Perikanan

Indonesia memiliki potensi besar kelautan dan perikanan besar sekitar US$1,3 triliun, dan terbesarnya adalah subsektor budidaya. Akan tetapi, baru sedikit dari potensi itu yang termanfaatkan. Diperlukan upaya keras untuk membangunkan raksasa tidur.

Fatkhul Maskur

15 Nov 2021 - 16.20
A-
A+
Budidaya Laut, Raksasa Tidur di Sektor Perikanan

KKP terus mendorong pembudidaya untuk mengembangkan berbagai komoditas ikan laut, salah satunya adalah Bawal Bintang. - Foto KKP

Bisnis, JAKARTA - Indonesia memiliki potensi besar kelautan dan perikanan besar sekitar US$1,3 triliun, dan terbesarnya adalah subsektor budidaya. Akan tetapi, baru sedikit dari potensi itu yang termanfaatkan. Diperlukan upaya keras untuk membangunkan raksasa tidur.

Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDM KKP) menyebutkan luas lautan Indonesia mencapai 6,4 juta kilometer persegi. Dengan luas tersebut, total potensi ekonominya mencapai US$1,3 triliun per tahun atau lebih dari enam kali lipat dari APBN 2021 yang senilai US$196,43 miliar.

Prof Rokhmin Dahuri, Menteri Kelautan dan Perikanan 2001–2004, mengatakan subsektor perikanan budidaya layak sebagai prime mover, leading sector, atau sektor unggulan di tengah pandemi seperti sekarang.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, yang mana 75% total wilayahnya berupa laut dan 28% wilayah daratnya berupa ekosistem perairan tawar (danau, bendungan, sungai, dan rawa), Indonesia memiliki potensi produksi perikanan budidaya terbesar dunia.

Menurutnya, Indonesia memiliki potensi perikanan budidaya sekitar 100 juta ton per tahun, namun hingga kini baru dimanfaatkan sekitar 16%. “Sekarang baru sekitar 16%, masih sangat sedikit. Makanya masih bisa kita dorong terus agar lebih meningkat di tahun-tahun mendatang,” jelas Prof Rokhmin.

Disamping itu juga, secara definisi perikanan budidaya bukan hanya menghasilkan protein hewan berupa ikan, udang , moluska. Tetapi sekali lagi bahan baku raw material berbagai jenis industri pun bisa disediakan oleh perikanan budidaya makanya potensi perikanan budidaya luar biasa. 

“Masa depan perikanan kita ada di perikanan budidaya. Makanya pentingnya adanya perencanaan yang matang guna terus menggarap potensinya sehingga produktivitas perikanan budidaya kita bisa terus meningkat,” ujar Rokhmin.

Potensi Kepri

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan instansinya berupaya keras memaksimalkan daerah potensial untuk pengembangan budidaya ikan. Subsektor perikanan budidaya ini diibaratkan sebagai raksasa yang sedang tertidur (the sleeping giant). 

Oleh karena itu, diperlukan sinergi untuk membangunkan raksasa tersebut. Komoditas ikan laut sangat potensial, baik untuk pasar dalam maupun luar negeri. 

Ia mengatakan, KKP terus mendorong pembudidaya untuk mengembangkan berbagai komoditas ikan laut, salah satunya adalah Bawal Bintang. Pasalnya, teknologi budidayanya telah dikuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. 

“Salah satunya komoditas  ikan bawal bintang yang pasarnya juga besar, baik di pasar lokal maupun ekspor. Oleh karena itu, pengembangan usaha budidaya Bawal Bintang masih terbuka untuk dikembangkan dalam berbagai skala usaha,” ujar Dirjen saat melakukan Tebar Ikan Kakap Putih sebanyak 10 ribu ekor dan Panen Bawal Bintang sekitar 2,5 ton di Desa Pangkil, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (12/11/2021).

Kepulauan Riau (Kepri) merupakan salah satu provinsi yang didorong untuk mengembangkan potensi budidaya ikan laut yang dimilikinya itu. Di samping itu, Kepri sangat dekat dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, sebagai pasar ekspor.

Di kedua negara itu, permintaan bawal bintang cukup tinggi. Untuk itu, dengan anugerah potensi budidaya laut ini diperlukan komitmen membangun lebih optimal lagi sektor perikanan budidaya di wilayah ini, agar sektor perikanan budidaya makin memberikan nilai lebih terhadap pembangunan ekonomi daerah pada khususnya, dan kemajuan ekonomi nasional pada umumnya.

Tebe mengapresiasi semangat anak-anak muda di Desa Pangkil Kabupaten Bintan Kepri, bagaimana embrio usaha budidaya ikan ini dikembangkan oleh anak-anak muda dan mereka dapat mengelola Koperasi Budidaya Laut Kepri dengan baik. “Anak-anak muda ini jagoan dalam hal revolusi industri 4.0. Jadi bagaimana kita mengawinkan ekologi, ekonomi dan inovasi teknologi ini, agar ekonomi biru bisa dicapai dalam waktu singkat.”
 
Apalagi, di tengah kondisi pemulihan ekonomi setelah pandemi, diharapkan sektor perikanan menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Selain sebagai penopang ketahanan pangan, sektor perikanan digadang-gadang menjadi salah satu sektor pemulihan ekonomi nasional. 

Oleh karena itu, KKP berusaha keras untuk terus meningkatkan produktivitas perikanan khususnya perikanan budidaya di daerah potensial. Kepri salah satu daerah yang akan kita kembangkan untuk budidaya ikan laut.

Kepri juga merupakan salah satu daerah produsen budidaya ikan kerapu. Oleh karenanya, KKP terus mendorong agar selama masa pandemi, semakin banyak perusahaan yang melakukan ekspor ikan kerapu karena kerapu merupakan salah satu komoditas andalan untuk ekspor kelautan dan perikanan nasional. 

Ikan kerapu merupakan salah satu komoditas andalan di Kepri. Untuk itu, ini peluang emas, karena dengan ekspor yang terus meningkat dipastikan akan menggerakkan ekonomi masyarakat pesisir, dan geliat ekonomi masyarakat pada umumnya. Ditambah lagi, saat ini market demand untuk kerapu di negara tujuan ekspor kembali terbuka dan menunjukkan tren yang mulai meningkat. 

Selain ikan kerapu, komoditas ikan laut yang sangat diminati di pasar ekspor adalah ikan kakap, komoditas ikan tersebut banyak diminati pasar internasional seperti Amerika Serikat dan Eropa. Merujuk data dari Pemprov, letak  geografis 98 persen wilayah Kepulauan Riau merupakan perairan yang mana panjang garis pantainya mencapai 8.564 kilometer. 

Potensi lestari sumber daya perikanannya mencapai 1,1 juta ton per tahun. Kepri sangat potensial untuk pengembangan budidaya ikan laut. “Di sini saya ingin sampaikan, melihat kondisi wilayah Kepri, KKP ingin memaksimalkan pengembangan budidaya ikan laut di daerah ini,” papar Tebe.

Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad menambahkan potensi laut di Kepri yang besar itu harus dioptimalkan. Menurutnya, modal dasar untuk mengoptimalkan potensi ini adalah semangat yang luar biasa dari masyarakat pembudidaya itu, di samping diperlukan adanya dukungan pemerintah.
 
“Saya apresiasi semangat usaha anak anak muda di Desa Pangkil. Ada embrio usaha budidaya ikan laut berkembang yang diolah oleh anak anak muda dan ada Koperasi Budidaya Laut Kepri yang berbadan hukum dan tentunya bukan hal yang mudah dalam mengolahnya. Saya berharap embrio ini bisa berkembang di desa-desa dan pulau-pulau lainnya,” harap Ansar.

Hasil panen ikan bawal bintang sekitar 2,5 ton di Desa Pangkil itu membuktikan mereka bisa bertahan tumbuh di tengah pandemi Covid-19, memenuhi kebutuhan restoran restoran di Batam. Selain orientasinya pasar domestik, komoditas mereka didorong menembus pasar ekspor.

KKP melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) DJPB, Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam selama 2021 telah memberikan bantuan kepada Kabupaten Bintan antara lain berupa bantuan benih ikan kakap putih sebanyak 12.000 ekor, benih ikan bawal bintang sebanyak 5.000 ekor dan calon induk sebanyak 634 ekor terdiri dari ikan kakap, bawal bintang dan kerapu. 

Selain itu juga melakukan pembinaan kepada masyarakat pembudidaya ikan terkait penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). Keberhasilan yang terlihat hasil binaan BPBL Batam antara lain berkembangnya Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) pengelondongan ikan yaitu HSRT Kudus Jaya dan Harapan Desa.

Selain itu hasil bantuan benih ikan yang telah diberikan kepada kelompok pembudidaya ikan hingga saat ini masih memenuhi permintaan ikan laut untuk restoran restoran secara kontinyu.

Bawal Hibrida

Tb Haeru mengatakan untuk mewujudkan produksi perikanan budidaya laut, KKP melakukan berbagai macam terobosan. Salah satunya yang kini menuai keberhasilan adalah pengembangan benih ikan bawal hibrid secara massal sekaligus terus memproduksi kedua parent stock induk/calon induk bawal hibrida, yaitu  Bawal Emas dan Bawal Bintang. 

Bawal hibrida merupakan hasil perkawinan silang (cross breeding) antara induk betina bawal emas dengan induk jantan bawal bintang. BPBL Batam juga telah berhasil memiliki induk produktif bawal emas saat ini 60 ekor, sedangkan untuk calon induknya terdiri dari calon induk ukuran 800 gram sebanyak 55 ekor serta calon induk ukuran 200 gram sebanyak 1.000 ekor.

"Saya memberikan apresiasi sekaligus bangga dengan keberhasilan BPBL Batam yang telah berhasil memproduksi benih bawal hibrida serta bawal emas, yang notabene sulit dipijahkan. Keberhasilan ini diharapkan mampu mendukung galur murni Bawal Emas dan Bawal Bintang bisa terus terjaga kemurniannya. Hal ini membuktikan bahwa saat ini status pengembangan teknologi perbenihan untuk memproduksi benih unggul kian dinamis," kata Tebe.

Peluang pasar ikan bawal seperti ikan Bawal Bintang dan Bawal Emas cukup besar, termasuk di pasar ekspor. Usaha budidaya ikan bawal masih terbuka untuk berbagai skala usaha. Bawal hibrida mempunyai keunggulan pada ketebalan daging, pertumbuhannya lebih cepat, serta tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi. 

Tentunya budidaya ikan bawal hybrd ini sangat membantu pembudidaya dalam hal biaya produksi dan pendapatannya. Diharapkan budidaya ikan bawal hybrid ini ke depannya dapat menyebar di luar wilayah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), sehingga percepatan nilai produksi ikan laut meningkat secara signifikan.

Dalam rangka mendukung program terobosan untuk pengembangan komoditas perikanan budidaya, dilakukan melalui pendekatan blue economy yang mencakup tiga komponen, yakni ekologi agar generasi mendatang bisa terus menikmati sumber daya alam melimpah, ekonomi, dan inovasi teknologi. 

Inovasi teknologi BPBL Batam telah berhasil memproduksi benih bawal hibrida dapat memudahkan pembudidaya dalam usaha budidaya ikan bawal karena meningkatkan produktivitasnya dan income-nya. Capaian dan inovasi ini diharapkan tidak berhenti. Unit Pelayanan Teknis (UPT) DJPB harus mampu membenihkan secara massal dan bisa didistribusikan ke wilayah Indonesia. 

Ini baru satu komoditas, masih banyak komoditas lain yang bisa dikembangkan sehingga raksasa tidur subsektor perikanan budidaya itu akan terbangun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Fatkhul Maskur

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.