Bisnis, JAKARTA — PT Allo Bank Indonesia Tbk., entitas bank di bawah bendera Mega Corpora bakal mengantongi dana sekitar Rp4,8 triliun dari rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue.
Dalam aksi penambahan modal itu, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) menjadi salah satu entitas yang bakal menyerap saham baru yang diterbitkan oleh Allo Bank Indonesia (BBHI).
Dalam prospektus yang dirilis pada Senin (3/1), Mega Corpora yang menguasai 90% saham BBHI, hanya mengambil sekitar 30% dari porsi saham baru yang diterbitkan oleh BBHI. Adapun sisa saham yang tidak diserap, diambil alih oleh investor baru.
Dari daftar calon pemegang saham setelah aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue itu, saham yang tidak diserap oleh Mega Corpora akan diambil alih masing-masing oleh Bukalapak.com, Abadi Investments Pte. Ltd., PT Indolife Investama Perkasa, H Holdings Inc., Trusty Cars Pte. Ltd., dan PT CT Corpora.
BUKA nantinya akan menggenggam 11,49% saham BBHI dan Indolife Investama Perkasa memiliki 6%. (Lihat infografik).
Indolife Investama Perkasa merupakan entitas bisnis yang terafiliasi dengan kelompok bisnis Salim. Masuknya Indolife Investama Perkasa memperkuat basis kepemilikan Salim di bisnis bank milik Mega Corpora.
Sebelumnya, Salim Group lewat PT Indolife Pensiontama merupakan pemegang 6,07% saham di PT Bank Mega Tbk. (MEGA) Indolife Pensiontama juga merupakan pemegang 22,47% saham PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA).
Indolife Pensiontama tercatat sebagai entitas usaha yang dikendalikan langsung oleh taipan Anthoni Salim, CEO PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP).
Nama Anthoni Salim juga tercatat sebagai pemegang 9,2% saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), kelompok bisnis media dan hiburan.
Di sisi lain, EMTK memiliki relasi dengan BUKA dan menjadi pengendali BUKA. Hal menarik lain, pada November 2021, EMTK melalui PT Elang Media Visitama (EMV) mengambil alih 93% kepemilikan saham PT Bank Fama International.
MASUK DIGITAL
BBHI mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menggelar rights issue dengan menerbitkan 10,05 miliar saham baru dengan harga penetapan Rp478 per unit saham. Dari aksi itu, dana yang diperoleh BBHI sebesar Rp4,8 triliun.
Dana yang diperoleh itu akan dipakai untuk memperkuat struktur permodalan agar BBHI bisa masuk dalam Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) 2 dengan modal inti antara Rp6 triliun hingga Rp14 triliun. Hingga September 2021, BBHI memiliki ekuitas Rp1,29 triliun.
Dalam surat jawaban kepada otoritas bursa pada November 2021, manajemen BBHI menyatakan bahwa dana yang diperoleh dari rights issue akan dipakai memperkuat modal inti perseroan yang selanjutnya akan dipakai untuk mengembangkan usaha.
Sebanyak 85% dari rencana bisnis BBHI berupa penguatan infrastruktur teknologi, khususnya untuk layanan perkreditan dan inovasi. BBHI menjadi salah satu bisnis bank Mega Corpora yang disiapkan masuk ke bisnis layanan digital banking.
Dalam kesempatan sebelumnya, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai masuknya sejumlah bank ke bisnis digital banking bertujuan melayani segmen khusus, yang sejauh ini belum terjamah oleh bank konvensional.
Menurutnya, bank digital adalah wujud peralihan dari bank kecil yang sebelumnya bermain di usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
“Dengan harapan mereka bisa menghindari bersaing secara head to head dengan bank-bank besar dan bank lain yang sudah mapan mengelola portofolio UMKM mereka,” kata Amin, Kamis (30/12).
Kepala Ekonom Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menuturkan bahwa ekosistem antara bank dan fintech akan menjadi kunci untuk meningkatkan akses terhadap penyaluran kredit.
Menurut Enrico, bank digital dapat memainkan tiga pilar penting dalam menumbuhkan bisnis ke depan, yakni melalui penguatan artificial intelligence, big data, dan cloud computing. Tiga hal itu diyakini mampu membawa bank digital mengarungi persaingan di industri perbankan.