Harga Minyak Jatuh Usai Muncul Keraguan Vaksin Tangkal Omicron

Bos Moderna meragukan vaksin Covid-19 manjur terhadap varian baru virus corona, Omicron.

Hadijah Alaydrus

1 Des 2021 - 09.27
A-
A+
Harga Minyak Jatuh Usai Muncul Keraguan Vaksin Tangkal Omicron

Kapal tanker bersandar pengilangan minyak Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat../Antara - Reuters

Bisnis, JAKARTA - Munculnya varian baru virus corona, Omicron, telah memukul harga minyak mentah. Tekanan terhadap harga komoditas itu pun semakin dalam seiring munculnya keraguan terhadap vaksin Covid-19.

Keraguan tersebut berasal dari CEO Moderna Inc yang menyatakan kepada Financial Times bahwa vaksin Covid-19 tidak mungkin efektif melawan varian virus corona, Omicron, seperti halnya terhadap varian Delta. Hal itu pun langsung mendorong kekhawatiran pasar keuangan dan mengganggu permintaan minyak.

"Ancaman terhadap permintaan minyak adalah nyata," kata Louise Dickson, Analis Pasar Minyak Senior di Rystad Energy seperti dilansir dari Antara  pada Rabu (1/12/2021).

Menurut Dickson, gelombang penguncian lainnya dapat mengakibatkan hingga 3 juta barel per hari permintaan minyak hilang pada kuartal pertama 2022. Itu karena pemerintah memprioritaskan keselamatan kesehatan daripada rencana pembukaan kembali wilayah. Kebijakan tersebut pun sudah diterapkan oleh Australia yang menunda pembukaan wilayah kembali hingga Jepang yang melarang pengunjung asing.

Harga minyak mentah berjangka Brent pun langsung merosot US$2,87 atau 3,9 persen menjadi US$70,57 per barel, setelah mencapai level terendah intraday di US$70,22 per barel, sekaligus level terendah sejak Agustus.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga berakhir US$3,77 atau 5,4 persen lebih rendah, menjadi US$66,18 per barel. WTI sempat turun ke posisi terendah sesi di US$64,43 per barel, juga terendah sejak Agustus.

Penurunan harga minyak pada awal Desember itu melanjutkan kejatuhan harga sejak minyak yang anjlok sekitar 12 persen pada Jumat (26/11/2021), bersama dengan kejatuhan pasar lainnya di tengah kekhawatiran varian Omicron. Secara bulanan, harga minyak pada November tercatat  turun paling tajam sejak Maret 2020, awal dari lockdown yang meluas karena pandemi. Brent anjlok bulan ini sebesar 16,4 persen, sementara WTI terjun 20,8 persen.

Di sisi lain, Kepala Federal Reserve Jerome Powell mengatakan Bank Sentral AS kemungkinan akan membahas percepatan pengurangan pembelian obligasi skala besar pada pertemuan kebijakan berikutnya. Kebijakan tersebut kemungkinan dijalankan di tengah ekonomi yang kuat dan ekspektasi bahwa lonjakan inflasi akan bertahan hingga pertengahan tahun depan.

Mengikuti komentar Powell, harga minyak, terutama minyak mentah berjangka AS, turun bersama indeks-indeks utama saham AS, yang turun lebih dari 1,0 persen. Premi pada kontrak berjangka minyak mentah acuan untuk pemuatan dalam satu bulan di atas kontrak untuk pemuatan dalam waktu enam bulan-metrik yang diawasi ketat oleh pedagang - menyempit secara dramatis pada Selasa (30/11).

Seperti diketahui, semakin tinggi premi pada kontrak pemuatan bulan depan dibandingkan kontrak pemuatan kemudian, struktur pasar yang dikenal sebagai backwardation, semakin kuat pandangan bahwa pasar mengalami defisit pasokan. Backwardation adalah kondisi pasar di mana harga kontrak berjangka atau berjangka komoditas diperdagangkan di bawah harga spot yang diharapkan pada saat kontrak jatuh tempo.

Backwardation enam bulan Brent menyempit menjadi sekitar US$1,50 per barel, terendah sejak Maret. Sementara itu, backwardation enam bulan WTI turun menjadi sekitar US$1,90 per barel, terendah sejak September.

Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu mereka, bersama-sama disebut OPEC+, akan menunda rencana untuk menambah 400.000 barel per hari (bph) untuk memasok pada Januari. "Kami pikir grup akan condong ke arah jeda kenaikan produksi mengingat varian Omicron dan pelepasan stok minyak oleh konsumen minyak utama," papar analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.

Tekanan sudah meningkat di dalam OPEC+ untuk mempertimbangkan kembali rencana pasokannya setelah rencana pelepasan cadangan minyak mentah darurat minggu lalu oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara konsumen minyak utama lainnya guna mengatasi kenaikan harga. "Menyusul rilis cadangan minyak strategis global dan pengumuman lusinan negara yang membatasi perjalanan ... OPEC dan sekutunya dapat dengan mudah membenarkan penghentian produksi atau bahkan sedikit pengurangan," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.