Aksi Jual Bersih Asing Tak Hentikan Laju IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,71% atau 46,74 poin ke level 6.608,29 pada Senin (29/11) meskipun investor asing marak melakukan aksi jual bersih.

Bisnis Indonesia Resources Center

29 Nov 2021 - 18.08
A-
A+
Aksi Jual Bersih Asing Tak Hentikan Laju IHSG

Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, beberapa waktu lalu. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis, Jakarta—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,71% atau 46,74 poin ke level 6.608,29 pada Senin (29/11) meskipun investor asing marak melakukan aksi jual bersih.

Sepanjang perdagangan, indeks komposit sempat jatuh ke level terendah 6.487,76 akibat kepanikan varian Omicron. Indeks komposit disokong oleh sektor infrastruktur yang menguat paling tajam hingga 1,59% dan juga sektor keuangan yang tercatat naik 1,19%.

Adapun nilai transaksi tercatat sebesar Rp15,31 triliun dengan total saham yang diperdagangkan sebanyak 26,68 miliar unit saham. Terpantau 222 saham menguat, 345 yang turun dan 107 stagnan.

Investor asing tercatat melakukan aksi penjualan bersih atau net sell sebesar Rp1,17 triliun di seluruh pasar. Investor asing paling banyak melepas saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) senilai Rp282,87 miliar.

Kemudian diikuti saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan net foreign sell Rp179,25 miliar, saham PT Astra International Tbk. (ASII) dengan net sell Rp173,20 miliar dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebesar Rp161,55 miliar.

Di sisi lain saham yang masih diborong investor asing adalah saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan net buy mencapai Rp141,67 miliar.

Sentimen yang membayangi pergerakan pasar masih terkait dengan kehadiran varian baru Covid-19 yang dilabeli Omicron. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebutkan varian tersebut lebih menular dari virus penyebab Corona awal dan varian Delta.

Varian Omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan dan kini sudah ditemukan di Inggris, beberapa negara Eropa, dan beberapa negara di Asia seperti Hong Kong.

Pada pekan lalu, pasar keuangan global sempat terkoreksi pasca WHO mendeklarasikan variant of concern (VOC) dari omicron. Indeks saham utama bursa Amerika Serikat (AS), Eropa dan Asia semuanya kebakaran dengan koreksi lebih dari 2%. Investor cenderung beralih ke aset minim risiko seperti emas dan obligasi pemerintah serta menjauhi saham.

Indeks Bisnis-27

Indeks Bisnis-27 menutup perdagangan di zona hijau pada perdagangan Senin (29/11), sejalan dengan menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, Indeks Bisnis-27 terdongkrak 1,25% atau 6,36 poin bertengger di level 514,93. Sepanjang perdagangan indeks bergerak di rentang 501,2 hingga tertinggi di level 516,82.

Dari 27 anggota konstituen, terpantau 16 saham menguat, 10 saham melemah dan sisanya satu saham berada di posisi yang sama dengan perdagangan sebelumnya alias stagnan.

Penguatan Indeks Bisnis-27 dipimpin oleh menguatnya saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) sebesar 5,35% atau 190 poin ke level 3.740.

Selanjutnya pergerakan indeks juga ditopang oleh kenaikan harga saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) sebesar 3,43% atau 40 poin ke level 1.205 dan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang naik 3,24% atau 130 poin menuju level 4.140.

Di sisi lain saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) menjadi pemberat bagi laju penguatan indeks dengan memimpin pelemahan sebesar 2,96% atau 30 poin ke posisi 985. Diikuti saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) yang turun 2,38% ke level 1.230 dan saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) yang terkoreksi 2,19% menuju 7.800.

Adapun satu-satunya saham yang stagnan adalah saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang berada di level 8.875.

Energi

Pada penutupan perdagangan Senin (29/11), indeks sektor energi berada di zona hijau, naik ke level  1.035,11 atau menguat 0,11%.

Penguatan sektoral dipimpin oleh PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) yang melesat 5,19% ke level Rp162, lalu saham PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) naik 5,13% ke level Rp4.300 dan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tumbuh 2,31% ke level Rp2.660.

Penguatan tersebut ditopang dari harga komoditas minyak dunia yang Kembali melesat. Setelah sempat berminggu-minggu anjlok. Harga minyak dunia yang sudah murah membuat investor kembali melirik dan memborong kontrak minyak.

Tercatat pada perdagangan pada pukul 15.15 WIB harga minyak jenis Brent berada di US$74,86/barel atau naik 4,61%, sementara pada minyak jenis WTI berada di US$71,64/barel atau melesat 5,12%.

Barang Konsumen Primer

Pada perdagangan Senin (29/11), indeks sektor barang konsumen primer akhirnya melemah 0,53% di level 684,13.

Saham yang mendorong pelemahan ialah PT Martina Berto Tbk. (MBTO) anjlok 6,94% ke level Rp161, Kemudian diikuti saham PT Wahana Pronatural Tbk. (WAPO) ambles 5,36% ke level Rp212 dan saham PT Matahari Putra Prima  Tbk. (MPPA) merosot 4,60% ke level Rp456.

Sentimen dari Survei Pemantauan Harga pada minggu IV November 2021 dari Bank Indonesia mencatat ada perkembangan harga pada November 2021. Namun peningkatan tersebut tetap terkendali dan inflasi diproyeksikan sebesar 0,34% mtm, lalu secara kalender tahunan 1,27% ytd dan secara tahunan sebesar 1,72% yoy.

Adapun, penyumbang utama inflasi November 2021 sampai dengan minggu IV yaitu komoditas telur ayam ras sebesar 0,10% (mtm), minyak goreng sebesar 0,08% (mtm), cabai merah sebesar 0,06% (mtm), emas perhiasan sebesar 0,02% (mtm), sawi hijau, bayam, daging ayam ras, sabun detergen bubuk, angkutan udara dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm).

Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi antara lain bawang merah dan tomat masing masing sebesar -0,02% (mtm) dan -0,01% (mtm).

Barang Konsumen Non-Primer

Pada penutupan perdagangan Senin (26/11), indeks sektor barang konsumen non-primer melemah 0,96% ke level 842,47.

Pelemahan sektor ini dipimpin oleh saham PT Idea Indonesia Akademi Tbk. (IDEA) yang anjlok 9,74% ke level Rp2.560 diikuti saham PT Fortune Indonesia Tbk. (FORU) ambles 6,96% ke level Rp214 dan saham PT Esta Multi Usaha Tbk. (ESTA) drop 6,82% ke level Rp246.

Sentimen negatif dari Bank Indonesia yang memperkirakan adanya risiko meningkatnya tekanan inflasi pada semester II/2021 yang dipicu oleh sejumlah faktor, baik global maupun domestik.

Menurut BI, risiko peningkatan tekanan inflasi akan terjadi jika terjadi kenaikan harga energi yang terus berlanjut. Dari sisi domestik, tekanan pada inflasi akan meningkat jika kenaikan permintaan terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.

Di samping itu, BI juga menyoroti adanya risiko pada stabilitas nilai tukar rupiah, seiring dengan implementasi kebijakan tapering off di tingkat global.

Kesehatan

Pada Senin (29/11) indeks sektor kesehatan ditutup menguat 1,17% ke level 1.451,99.

Penguatan sektor ini dipimpin oleh PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) melejit 9,33% ke level Rp1.875, lalu diikuti PT Kimia Farma Persero Tbk. (KAEF) melesat 6,64% ke level Rp2.570 dan PT Indofarma  Tbk. (INAF) naik 6,38% ke level Rp2.500.

Emiten BUMN farmasi, yakni emiten INAF, berhasil mencetak kenaikan pendapatan dua kali lipat hingga kuartal III/2021. Perseroan pun berbalik mencetak laba bersih dibandingkan dengan rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pada kuartal lll/2021, INAF tersebut mencetak penjualan bersih sebesar Rp1,49 triliun naik 99,91% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp749,25 miliar.

Seiring melejitnya penjualan, beban pokok penjualan juga meningkat menjadi Rp1 triliun dibandingkan dengan Rp565,74 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Kendati tersebut, perseroan berhasil mencatat laba usaha sebesar Rp48,48 miliar sepanjang 9 bulan 2021 dibandingkan dengan Rp6,93 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Barang Baku

Indeks sektor barang baku pada penutupan perdagangan Senin (29/11) berada di zona merah dengan pelemahan 0,08% ke level 1.214,05.

Pelemahan sektor ini didorong oleh saham PT Toba Pulp Lestari Tbk. (INRU) yang anjlok 6,99% ke level Rp665, diikuti saham PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk. (BMSR) drop 6,90% ke level Rp216, dan saham PT Ifishdeco Tbk. (IFSH) merosot 6,61% ke level Rp1.765.

Sentimen negatif dari rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL) untuk 13 golongan pelanggan nonsubsidi pada tahun depan ditengarai bakal menggerus daya saing tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri.

Menurut Kementrian  Perindustrian menyatakan kenaikan TDL akan memberatkan industri karena ongkos energi berkontribusi antara 10% hingga 25% pada biaya produksi. Jika diperinci, proporsi energi pada biaya produksi terbesar ada di industri hulu dan intermediate yakni 25% dan 10% hingga 15% di industri hilir.

Selain itu, industri TPT yang saling terintegrasi dari hulu ke hilir juga menyebabkan kenaikan TDL akan berdampak domino.

Perindustrian

Pada penutupan perdagangan Senin (29/11), sektor perindustrian menguat 0,48% ke posisi 1.052,03.

Beberapa saham yang terpantau mengalami penguatan ialah saham PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) melesat 6,01% ke level Rp1.235. lalu PT Mulia Industrindo Tbk. (MLIA) naik 5,88% ke level Rp2.160 dan  PT Jembo Cable Company Tbk. (JECC) tumbuh 4,37% ke level Rp5.975.

Sentimen positif dari Kementerian Perindustrian menyatakan industri manufaktur akan tumbuh 4% tahun ini dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 18%. Menteri Perindustrian juga menyatakan selain menargetkan kontribusi terhadap PDB sebesar 18%, sumbangan ke ekspor nasional juga dipatok 75%.

Selain itu, ada beberapa indikator kunci sektor industri pada triwulan III/2021 yang memperlihatkan kemajuan cukup signifikan. di antaranya pertumbuhan sektor industri yang tercatat sebesar 4,12% atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 3,51%.

Berikutnya, kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas terhadap PDB nasional mencapai 17,33% atau lebih tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya.

Keuangan

Indeks sektor keuangan berada di zona hijau setelah bergerak positif 1,19% ke level 1.540,55.

Saham-saham bank mini menjadi penopangnya antara lain PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) meroket 8,29% ke level Rp2.350, diikuti PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) menguat 6,42% ke level Rp3.480 dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) naik 5,84% ke level Ep6.800.

Covid-19 varian terbaru, Omicron, menjadi tantangan yang akan dihadapi pemerintah dalam memulihkan perekonomian nasional. Untuk itu, dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun depan bakal makin membesar.

Pemerintah akan menambah anggaran PEN tahun 2022 dari semula Rp321,2 triliun menjadi Rp414 triliun. Meski begitu, alokasi ini lebih rendah dari pagu PEN 2021 yang sebesar Rp744,77 triliun.

Selain itu, untuk pemulihan ekonomi, OJK akan mendorong fungsi intermediasi perbankan ke sektor riil. OJK mencatat permintaan kredit pada Oktober 2021 menunjukkan tren peningkatan, dengan kenaikan kredit sebesar 3,24% secara tahunan atau 3,21% sepanjang tahun berjalan.

Properti dan Real Estat

Pada perdagangan Senin (29/11) indeks sektor properti dan real estat koreksi 0,01% ke level 816,04.

Beberapa pelemahnya antara lain PT Karya Bersama Anugerah Tbk. (KBAG) anjlok 6,84% ke level Rp109, disusul PT Repower Asia Indonesia Tbk. (REAL) merosot 3,45% ke level Rp84 dan PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk. (BBSS) turun 2,86% ke level Rp68.

Perusahaan multifinance memberikan potensi besar pada pembiayaan ke sektor properti melalui KPR ditambah ada dukungan insentif pemerintah terkait pembiayaan rumah. Namun, menurut Kepala Industri Keuangan Non-Bank, Bambang W. Budiawan, pertumbuhan pembiayaan di sektor ini belum akan naik signifikan dalam waktu dekat.

Salah satu alasannya ialah pembiayaan KPR membutuhkan komitmen jangka panjang sementara sumber pendanaan perusahaan pembiayaan yang relatif berjangka waktu pendek atau menengah. Selain itu, persaingan bagi perusahaan juga cukup ketat dengan perbankan. Terlebih, suku bunga lebih murah didapatkan di perbankan.

Teknologi

Pergerakan indeks sektor teknologi berakhir di zona hijau pada perdagangan Senin (29/11) dengan pertumbuhan 0,25% ke level 9.045,31.

Penguatan ini ditopang oleh PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk. (CASH) meroket 9,90% ke level Rp 444, lalu PT Anabatic Technologies Tbk. (ATIC) meningkat 7,14% ke level Rp675 dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) tumbuh 1,88% ke level Rp1.895.

Aksi net buy oleh investor asing menjadi penopang sektor teknologi. PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk. (CASH) diborong Rp1,78 miliar dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) dibeli Rp8,76 miliar. Menggeliatnya emiten-emiten teknologi tidak lepas dalam perannya dalam ekonomi digital di Tanah Air.

Menurut laporan Google dan Temasek transaksi ekonomi digital Indonesia pada 2021 mencapai US$70 miliar. Pada periode 2020 hingga 2021, kenaikan pertumbuhan transaksi di sektor dagang elektronik diprediksi naik 52%. Kenaikan transaksi tersebut menandakan bahwa meski pandemi, sektor dagang elektronik di Indonesia tetap bergeliat.

Infrastruktur

Kinerja indeks sektor infrastruktur menjadi jawara di IHSG setelah melambung 1,59% ke level 998,76 pada Senin (29/11).

Penguatan ini dipimpin oleh PT Djasa Ubersakti Tbk. (PTDU) melesat 16,05% ke level Rp188, mengekor PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. (DGIK) melaju 7,48% ke level Rp165 dan PT Indosat Tbk. (ISAT) naik 6,08% ke level Rp7.850.

Kenaikan saham-saham infrastruktur seiring dengan adanya beberapa aksi korporasi. PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. (DGIK) menggelar RUPLSB untuk agenda penetapan susunan dewan pengurus perseroan.

Pada 6 Oktober 2021 lalu, PT Global Dinamika Kencana (GDK) telah mengakuisisi 51,8% saham PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK). Fokus DGIK setelah konsolidasi ini adalah produktivitas dan efisiensi bisnis.

Kemudian ISAT bakal membagikan dividen dengan total nilai mencapai Rp9,5 triliun atau Rp1.748,27/saham. Rasio pembayaran dividen interim ini adalah sebesar 86% dari laba bersih ISAT per kuartal III/2021 yang mencapai Rp5,8 triliun.

Transportasi dan Logistik

Indeks sektor transportasi dan logistik meningkat 1,20% ke level 1.444,62.

Penguatan ini ditopang oleh PT Armada Berjaya Trans Tbk. (JAYA) melambung tinggi 34,18% ke level Rp212, diikuti PT Temas Tbk. (TMAS) melejit 14,29% ke level Rp800 dan PT Transkon Jaya Tbk. (TRJA) menguat 11,61% ke level Rp500.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menilai sektor transportasi bisa lebih ekspansif pada 2022 sejalan dengan perkiraan kondisi perekonomian nasional yang berangsur pulih. Hal ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5%-5,5%.

Kemenhub telah menyusun program prioritas pembangunan infrastruktur transportasi dalam Rencana Kerja Pemerintah 2022. Selain itu, Kemenhub juga mendukung upaya pencegahan dan penanganan Covid-19 di sektor transportasi, serta memastikan keberlanjutan layanan transportasi bagi masyarakat dengan mengedepankan aspek kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan transportasi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Aprilian Hermawan

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.