Aksi Beli Warnai Pasar Minyak

Aksi beli mewarnai pasar minyak global di tengah kekhawatiran akibat Covid-19 varian Omicron. Simak penjelasannya.

Duwi Setiya Ariyanti

29 Nov 2021 - 17.43
A-
A+
Aksi Beli Warnai Pasar Minyak

Aksi beli mewarnai pasar minyak global di tengah kekhawatiran akibat Covid-19 varian Omicron. (Antara)

Bisnis, JAKARTA— Aksi beli mewarnai perdagangan hari ini di pasar minyak global di tengah kekhawatiran akibat Covid-19 varian Omicron.

Dikutip dari Markets Insider, Senin (29/11/2021) pukul 17:20 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mencapai US$71,43 per barel atau naik 4,6 persen. Harga minyak acuan asal Amerika Serikat itu sempat menyentuh level tertingginya yakni US$72,15 per barel setelah dibuka pada US$68,76 per barel.

Tren yang sama terjadi pada harga minyak Brent yang mencapai US$74,66 per barel atau naik 2,43 persen. Harga minyak acuan asal Eropa itu mencapai titik tertingginya, US$76,48 per barel sejak dibuka pada US$73,88 per barel.

Tim Analis Monex Investindo Futures dalam hasil risetnya mengatakan harga minyak berpeluang bergerak pada level support yakni US$70,5 per baarel hingga US$67,95 per barel. Sementara itu, pada level resistance pada US$72,3 per barel hingga US$74,2 per barel.

“Harga minyak tampak naik di sore hari Senin (29/11/2021), tertopang aksi beli di harga rendah setelah pelemahan di akhir pekan lalu.”

Para investor kembali masuk ke pasar minyak setelah harga minyak terkoreksi lebih dari 10 persen pada akhir pekan lalu. Adapun, koreksi signifikan sebagai respons kabar merebaknya varian baru Covid-19, Omicron.

Berdasarkan informasi terakhir kala itu, Omicron memiliki sifat lebih menyebar dan mampu menumbangkan respons imun.

Analis ANZ Brian Martin dan Daniel Hynes dalam hasil risetnya menyebut bahwa informasi tentang varian baru itu masih terbatas sehingga sulit untuk membuat proyeksi pasar minyak ke depan.

“Masih terlalu awal dengan banyaknya kekhawatiran daripada fakta,” katanya seperti dikutip dari S&P Global Platts.

Kemunculan varian baru lantas menggerus pemulihan ekonomi yang masif setelah kasus Covid-19 muncul pertama kalinya pada akhir 2019 dan membuat kondisi ekonomi global terguncang.

Merespons varian baru Covid-19 itu, sejumlah negara telah menerapkan pelarangan penerbangan dari Afrika Selatan dan negara tetangganya. Dari sejumlah negara, Israel merupakan negara pertama yang menutup pintu masuk bagi seluruh warga asing selama 14 hari sejak kemarin.

Analis ING, Warren Patterson dan Wenyu Yao mempertanyakan tentang alasan aksi jual yang terjadi pada Jumat pekan lalu karena informasi yang terbatas tentang varian Omicron. Namun, ternyata pasar merespons secara cepat pada perdagangan hari ini dengan kenaikan harga yang signifikan.

“Laporan sebelumnya menyebut bahwa varian Omicron tak parah tetapi tetap menimbulkan pertanyaan seberapa efektif vaksin yang ada saat ini melawan varian terbaru,” katanya.

Sementara itu, kinerja dolar Amerika Serikat mencetak penurunan terdalam sejak Mei pada Jumat pekan lalu. Pasalnya, pelaku pasar khawatir terhadap dampak varian baru terhadap kebijakan moneter bank sentral. Menariknya, dolar Amerika Serikat kembali naik menjadi 96,326.

Ada kekhawatiran varian baru dapat menggagalkan pemulihan ekonomi global, berpotensi merugikan permintaan minyak dan menambah kekhawatiran bahwa surplus pasokan bisa membengkak pada kuartal I/2022.

"Jika pasar turun lebih jauh, OPEC+ dapat menghentikan rencana peningkatan produksi minyak mentah untuk mendukung harga," kata Ekonom Senior Nomura Securities, Tatsufumi Okoshi.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) telah menunda pertemuan teknis hingga akhir pekan ini untuk menelaah kemungkinan dampak varian baru terhadap prospek permintaan minyak.

OPEC+ kembali menggelar pertemuannya pada Kamis (2/12/2021) guna memutuskan volume penambahan produksi minyak bulanan. Seperti diketahui, OPEC+ telah sepakat menaikkan produksi sebesar 400.000 barel per hari (bph) setiapa bulan untuk mengompensasi pengurangan produksi pada 2020.

Beberapa analis memproyeksi OPEC+ mempertimbangkan beberapa aspek seperti rilis cadangan darurat oleh negara-negara konsumen minyak utama dan kemungkinan dampak permintaan dari penguncian baru untuk menahan varian baru.

Varian Omicron menyebar ke seluruh dunia pada Minggu (28/11/2021), dengan kasus baru ditemukan di Belanda, Denmark dan Australia bahkan ketika lebih banyak negara memberlakukan pembatasan perjalanan.

Jepang mengatakan pada Senin akan menutup perbatasannya untuk orang asing, ketika ekonomi terbesar ketiga di dunia itu bergabung dengan Israel dalam mengambil tindakan terberat terhadap Omicron, yang juga mengaburkan rencana pembukaan kembali Australia.

"Semua mata akan tertuju pada bagaimana Omicron akan memengaruhi ekonomi global dan permintaan bahan bakar, tindakan OPEC+ dan pembicaraan nuklir Iran minggu ini," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum penelitian di Nissan Securities.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.