Kepak Sayap Indonesian Paradise (INPP) Bangun Properti Ikonis

INPP optimistis mampu bertahan menghadapi tantangan sektor properti di tahun 2023. Pasalnya, INPP terbukti mampu bertahan dan tetap membangun proyek di tengah pandemi. Bahkan, terdapat 4 unit proyek yang selesai dan mulai beroperasi di masa pandemi.

Yanita Petriella

8 Des 2022 - 18.57
A-
A+
Kepak Sayap Indonesian Paradise (INPP) Bangun Properti Ikonis

Kawasan mixed-use Sahid Kuta Lifestyle Resort. /dok. INPP

Bisnis, JAKARTA – PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) terus menunjukkan eksistensinya dengan masif berekspansi.Meskipun badai pandemi Covid-19 menghantam, INPP tetap bertahan dengan membangun berbagai proyek properti di Tanah Air. 

Sudah lebih dari 20 tahun, emiten berkode INPP ini berkiprah di Tanah Air. INPP merupakan perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 12 Januari 2004. INPP merupakan perusahaan yang mengembangkan dan mengoperasikan iconic lifestyle destinations di beberapa kota besar di Indonesia. Memulai tonggak pertama mereka pada tahun 2002 dengan mengembangkan Harris Hotel Tuban, Bali. 

Di tahun 2019, INPP juga melanjutkan pengembangan kawasan mixed-use Sahid Kuta Lifestyle Resort yang sebelumnya terdiri dari Beachwalk Shopping Center dan hotel bintang lima Sheraton Bali Kuta Resort, kini dilengkapi dengan proyek hunian Beachwalk Residence, hotel bintang tiga Yello Kuta, dan hotel bintang empat Aloft Kuta, Bali.

Untuk diketahui, INPP memiliki dan mengelola sejumlah mal, hotel, dan residensial. Untuk hotel yang dikelola INPP antara lain Sheraton Bali Kuta Resort, Grand Hyatt Jakarta, Maison Aurelia Bali, Harris Hotel Tuban Bali, Harris Hotel Batam Center, Harris Suites FC Sudirman, Harris Resort Waterfront Batam, Harris Hotel Tebet, dan Pop Hotel Sangaji Yogyakarta. 

Sementara itu dari segmen mal, INPP tercatat memiliki dan mengelola Beachwalk Shopping Center Bali, 23 Paskal Shopping Center Bandung, Plaza Indonesia Shopping Center, Park 23 Entertainment Center Bali, Cikini Gold Center, dan FX Sudirman Jakarta. 

Di sub sektor perkantoran, INPP juga memiliki The Plaza Office Tower. Lalu properti residensial yang dimiliki INPP yakni Keraton at The Plaza, Beachwalk Residence Bali, dan proyek terbarunya yang sedang dalam tahap pembangunan yaitu 31 Sudirman Suites, One Residence Batam, dan Antasari Place.
   
CEO PT Indonesian Paradise Property Tbk. Anthony Prabowo Susilo mengatakan INPP selama ini dikenal sebagai perusahaan properti yang mengembangkan dan mengoperasikan iconic lifestyle properties di beberapa kota besar di Indonesia. 

INPP terus berupaya untuk menjadi perusahaan yang unggul dengan menghadirkan produk yang inovatif dan kreatif sesuai dengan minat dan kebutuhan pasar. Emiten properti ini bersama entitas usahanya memiliki portofolio dari hotel, shopping centers dan apartemen. INPP memiliki keunikan karena hingga saat ini mayoritas bisnisnya dari segmen recurring income seperti hotel dan ritel.

“Berbagai aktivitas bisnis yang selama ini dijalankan ditujukan untuk terus menghadirkan proyek properti yang ikonik. Proyek-proyek kami tersebar di Jakarta, Bali, Batam, Bandung dan Yogyakarta. INPP terus meningkatkan pembangunan kawasan-kawasan mixed-use karena sejalan dengan tujuan perusahaan untuk menghadirkan proyek properti yang ikonik,” ujarnya belum lama ini. 

INPP juga gemar mengakuisisi dan melanjutkan kembali pembangunan proyek yang mangkrak. Selama 20 tahun eksistensinya hingga 2021, INPP mengakuisisi tujuh proyek bermasalah termasuk apartemen Antasari Place yang diambil alih sejak akhir tahun 2021. 

Adapun salah satu proyek bermasalah yang diambil alih yakni FX Sudirman yang dahulu sempat mangkrak dan ditinggal pengembang. Dalam memilih proyek yang mangkrak untuk dilanjutkan kembali pembangunannya tentunya perseroan mempertimbangkan sejumlah hal termasuk lokasi. INPP dalam pengembangan proyek selalu selektif dan berhati-hati terutama menyangkut lokasi proyek.

“Antasari Place di TB Simatupang Jakarta Selatan ini adalah proyek hand over kami yang ke-7. Dan kami optimistis proyek ini akan selesai dibangun dan sukses terjual seperti proyek-proyek sebelumnya. Sejak berdiri pada 1996, rekam jejak kami cukup bagus, bahkan nol persen (tidak ada) proyek yang gagal,” ucapnya. 

Di sepanjang tahun ini, INPP kembali mengakuisisi dua proyek di luar Jabodetabek yang menjadi obyek pengambilalihan perseroan yakni CBD Balikpapan, Kalimantan Timur, dan sebuah proyek komersial di dekat Bandara Udara Internasional Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah.
    
Khusus CBD Balikpapan akan dimulai pengembangannya pada akhir tahun 2022. Proyek ini diambil alih dari Mitra Gemilang Mahakarya atau MGM Land dengan total luas lahan 10 hektar. Perseroan akan menyulap proyek yang berada tepat di Ruhui Rahayu, Sepinggan, dan berseberangan dengan Balikpapan Sport and Convention Center ini menjadi mixed use development karena akan ada area komersial, apartemen, hotel, dan lainnya.

Masuknya perseroan ke Balikpapan, karena daya beli dan pertumbuhan ekonominya yang kuat, stabilitas keamanan, dan banyaknya ekspatriat. “Masifnya realisasi pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dilakukan oleh pemerintah juga menjadi salah satu pertimbangan kami untuk mengambil alih CBD Balikpapan,” katanya. 

Sementara untuk proyek di Semarang, saat ini masih dalam tahapan desain untuk kemudian direalisasikan pada awal 2023. INPP juga tengah fokus dalam membangun proyek take over apartemen Antasari Place di Jakarta Selatan. 

Baca Juga: Sengkarut Masalah Menjerat Proyek Apartemen Antasari Place


Kinerja Ciamik INPP

Selama pandemi Covid-19 melanda, perseroan berkomitmen tinggi untuk terus produktif. Hal tersebut tercermin pada proyek One Residence Batam yang serah terimanya dilakukan 2 bulan lebih awal dari waktu yang dijanjikan. 

Begitu juga pada pelaksanaan groundbreaking 31 Sudirman Suites Makassar yang terlaksana 3 bulan lebih awal dari yang dijanjikan dan topping off  yang tetap berjalan tepat waktu pada 17 November 2021 lalu meski di tengah kondisi pandemi.

Adapun 31 Sudirman Suites Makassar ini merupakan pionir dalam fasilitas properti kelas atas yang berada di timur Indonesia yang terdiri dari 36 private suites dengan 3 kamar tidur, 20 premier suites dengan 3 kamar tidur, dan 190 suite dengan 2 kamar tidur. 31 Sudirman Suites menjadi landmark baru sebagai gedung apartemen tertinggi di kota Makassar yang nantinya juga akan ditemani oleh Hyatt Place Hotel pertama di Indonesia.

Terkait kinerja keuangan, INPP tetap dapat mencatatkan pendapatan dari aktivitas bisnisnya. Pada tahun 2021, INPP memperoleh pendapatan senilai Rp427 miliar, naik 7,71 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp367 miliar.

Anthony menuturkan kenaikan pendapatan tersebut didorong oleh terjaganya kinerja usaha terutama berasal dari segmen perhotelan dan penjualan properti meski pandemi menghadang. Dalam menghadapi kondisi tahun 2021, INPP menerapkan berbagai strategi dan kebijakan agar tetap bisa tumbuh dan terus membangun. 

Adapun perolehan pendapatan sepanjang 2021 yang senilai Rp427 miliar tersebut, sebesar 87 persen berasal dari reccuring revenue segmen ritel dan hospitallity. Menurutnya, recurring revenue masih menjadi andalan dan ke depan telah dipersiapkan beberapa proyek yang nantinya akan menjadi momentum bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja dari penjualan properti.  

Dari sisi strategi, manajemen senantiasa melakukan berbagai upaya untuk mengatur cost dan cashflow agar tetap terjaga di tengah situasi seperti ini dengan mengatur cash balance yang sehat dan profitability terjaga. 

“Pandemi covid selama 2 tahun memang tak mudah dihadapi. Kami cukup berhasil mencatatkan kinerja yang solid pada periode tahun 2021 bahkan dengan capaian yang meningkat. Kendati belum mencapai kinerja sebelum pandemi, dengan menjalankan strategi dan kebijakan yang tepat kami bisa terus melangkah maju menuju capaian kinerja sebelum pandemi dan sangat optimistis dengan proses recovery yang terjadi di perusahaan,” tuturnya. 

Penerapan strategi yang tepat juga tergambar pada aktivitas bisnis selama periode sembilan bulan pertama tahun ini dimana INPP berhasil mengubah rugi menjadi laba. Hingga kuartal III tahun 2022, INPP berhasil meraup laba usaha mencapai Rp48,6 miliar. Sebelumnya pada kuartal III tahun 2021, INPP rugi usaha Rp68,11 miliar. Adapun sepanjang tahun ini, INPP menargetkan perolehan laba usaha dapat mencapai Rp138 miliar. INPP pun meyakini akan mencapai laba usaha sebesar Rp156,5 miliar hingga akhir 2022. 

Lalu untuk perolehan pendapatan INPP juga naik 88,37 persen menjadi Rp540,56 miliar pada kuartal III tahun 2022, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp286,95 miliar. Ditargetkan pendapatan yang diperoleh INPP hingga akhir tahun ini bisa mencapai Rp938,7 miliar dan diyakini bisa mencapai realisasi Rp1,05 triliun. 

Adapun rincian pendapatan yang diperoleh INPP senilai Rp540,56 tersebut terdiri dari segmen komersial tercatat sebesar Rp280,40 miliar dan dari segmen perhotelan mencatatkan pendapatan sebesar Rp198,90 miliar. Kemudian, penjualan properti tercatat sebesar Rp55,74 miliar, dan pendapatan segmen manajemen properti dan lainnya tercatat sebesar Rp5,78 miliar.

Hingga September 2022, total nilai aset perseroan tercatat sebesar Rp8,94 triliun, naik dari posisi akhir tahun lalu yang sebesar Rp8,74 triliun. Liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp3,21 triliun dan ekuitas sebesar Rp5,72 triliun.

Anthony menuturkan saat ini kinerja mal dan hotel terbilang telah pulih. Tingkat hunian atau okupansi hotel yang dikelola mencapai 80 persen. Lalu untuk tingkat keterisian tenant mal INPP rerata mencapai di atas 95 persen.

Cash balance perusahaan juga dijaga supaya tetap sehat dan menghasilkan profitability yang terjaga dengan keyakinan tahun 2022 menjadi momentum kebangkitan kembali atau rebound secara bertahap. Karena itu INPP cukup agresif menggenjot pengembangan proyek berjalan maupun melakukan akuisisi di saat situasi pandemi,” katanya. 


Optimisme Tahun 2023

INPP akan terus fokus menjadi pengembang terdepan yang fokus dalam pengembangan properti gaya hidup termasuk kawasan mixed-use. Hal ini sejalan dengan tujuan INPP untuk menghadirkan proyek properti yang ikonik.

“Dengan mengembangkan mixed use development ini  menghadirkan simbiosis dari pengembangan yang telah kami lakukan dan membuat kami bisa meraih valuable yang lebih atraktif dan menguntungkan,” ujarnya. 

Sejumlah tantangan kembali menghantui sektor properti selepas pandemi Covid-19 di tahun depan, tak menyurutkan rencana ekspansi INPP.  Adapun tantangan tersebut mulai dari ancaman resesi ekonomi global, naiknya harga material bangunan dan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), lonjakan inflasi, kembali naiknya suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang saat ini berada di level 5,25 persen sebagai dampak dari krisis ekonomi global, hingga mulai masuknya tahun politik. 

“Situasi bisnis yang lesu bukan saatnya untuk wait and see tapi justru menjalankan strategi agresif yang terukur dan penuh pertimbangan dan terbukti kami berhasil melakukan completion maupun serah terima di periode ini dan ini akan terus didorong untuk aktivitas bisnis tahun-tahun mendatang. Saat kondisi ekonomi tiarap ya kami bergerak terlebih konstruksi membutuhkan waktu 2 tahun,” tuturnya. 

Adapun di tahun 2023, INPP akan menggarap enam proyek yang akan digarap tersebut antara lain 23 Paskal Extension, Antasari Place, proyek mixed use development Semarang, Hyatt Place Makassar, Sahid Kuta Lifestyle Resort, dan landed residential dan komersial Balikpapan. Rencana pembangunan landed house di Balikpapan tersebut menjadi proyek pertama yang digarap oleh INPP.  Enam proyek yang akan digarap INPP pada tahun depan merupakan upaya menambah portofolio yang akan menjadi recurring dan development income.

“Ada 6 proyek yang kami kerjakan tahun depan. Khusus proyek di Balikpapan saat ini sudah selesai rancangan desainnya dan kuartal I tahun 2023 akan dimulai pembangunan untuk 2 hektare tahap pertama. Harga residensial mulai dari Rp2,5 miliar. Menyusul kemudian proyek Semarang,” ucapnya. 

Anthony optimistis INPP mampu bertahan menghadapi tantangan sektor properti di 2023. Pasalnya, INPP terbukti mampu bertahan dan tetap membangun proyek di tengah pandemi. Bahkan, terdapat 4 unit proyek yang selesai dan mulai beroperasi di masa pandemi tersebut. Oleh karena itu, INPP optimistis pertumbuhan negeri yang positif juga akan membawa INPP akan semakin kuat membangun negeri. 

“Tahun depan bisnis properti masih bisa berjalan dengan baik, kami yakin produk yang dimilikinya akan bisa diterima oleh masyarakat. Kami selalu mengedepankan inovasi dan kreativitas untuk dapat beradaptasi dengan segala kondisi zaman. Dua hal ini menjadi dasar bagi INPP untuk melahirkan produk yang unggul dan menjadi top of mind masyarakat,” katanya.     

Baca Juga: Prediksi Sektor Properti Hadapi Tahun 2023, Tahan Banting?



Sementara itu, Senior Advisor Research Advisor Knight Frank Indonesia Syarifah Syaukat meyakini kondisi sektor properti di tahun depan secara keseluruhan akan lebih baik dibandingkan dengan masa pandemi. Namun demikian, pada tahun depan pasar properti akan sedikit tertahan karena para investor akan lebih wait and see. Pasalnya, selain resesi global tahun depan merupakan mulainya tahun politik. 

“Tahun depan sendiri memang berat karena akan mengalami double storm, ancaman resesi ekonomi global dan tahun politik, pasar akan wait and see, namun nanti akan cepet recovery. Memang di tahun depan daya beli jadi tergerus,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (8/12/2022). 

Kendati demikian dalam Property Outlook Survey 2023 yang dikeluarkan Knight Frank Indonesia, sebesar 59 persen responden optimis pertumbuhan sektor properti akan relatif stabil untuk 2023 dimana situasi ekonomi global dinilai tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor properti di dalam negeri. Kendati demikian, beberapa potensi risiko patut diwaspadai oleh sektor properti di 2023.

Di tengah optimisme pasar dalam memproyeksikan stabilitas sektor properti untuk 2023 terkait isu resesi dan naiknya suku bunga, para responden juga mewaspadai berbagai potensi resiko yang bisa mengganggu perkembangan sektor properti, seperti dampak pandemi yang berkelanjutan, kenaikan inflasi, dan semakin dekatnya pemilu.

“Mereka menilai situasi ekonomi global tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor properti di dalam negeri. Tetapi, beberapa potensi risiko patut diwaspadai,” tuturnya.

Syarifah menyebut lima risiko yang patut diwaspadai para pemangku kepentingan di sektor properti. Kelimanya adalah, dampak pandemi, potensi kenaikan inflasi, tahun politik, pengangguran, dan kenaikan suku bunga.
   
Beberapa sub sektor properti yang diprediksi prospektif adalah rumah tapak yang keluar sebagai pilihan dominan para responden. Sub sektor lainnya meliputi industri, pergudangan modern, ritel, hotel, dan villa resor. Sementara untuk sub sektor perkantoran dinilai masih stagnan dan apartemen strata cenderung melemah.
   
Survei juga menangkap adanya kecenderungan pasar, 66 persen responden, untuk wait and see pemulihan sektor properti dalam 3 tahun hingga 5 tahun ke depan karena masuknya Indonesia pada persiapan menjelang tahun politik di 2024 nanti.
   
“Untuk pusat perbelanjaan di tahun depan memang yang bisa bertahan itu segmen menengah ke atas. Berbeda dengan yang menengah ke bawah karena tenant pada tutup. Untuk pasar apartemen malah masih stagnan di tahun depan,” tutur Syarifah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Yanita Petriella

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.