Rusia Diprediksi Siapkan Serangan Gelombang Kedua ke Ukraina

Di saat pasukan Rusia kian mendekati Kyiv, Ukraina masih menantikan kepastian bisa bergabung dengan Uni Eropa. Sementara itu, China mulai mengevakuasi warga negaranya dari Ukraina.

Saeno

1 Mar 2022 - 17.02
A-
A+
Rusia Diprediksi Siapkan Serangan Gelombang Kedua ke Ukraina

Bisnis, JAKARTA – Rusia diprediksi sedang menyiapkan gelombang sekarang kedua ke Ukraina. Serangan tersebut diperkirakan akan berdampak lebih parah dibandingkan serangan sebelumnya. Ukraina sendiri masih menantikan kepastian bisa bergabung dengan Uni Eropa. Sementara itu, China mulai mengevakuasi warga negaranya dari Ukraina.

Berdasarkan citra satelit terbaru yang dirilis Maxar, konvoi pasukan Rusia telah mencapai pinggiran Kyiv dengan panjang barisan kendaraan lapis baja lebih dari 40 mil. 

Dikutip dari Wikipedia, Maxar Technologies adalah perusahaan teknologi antariksa yang bermarkas besar di Westminster, Colorado, Amerika Serikat. Maxar mengkhususkan diri dalam penyediaan komunikasi, pengamatan Bumi, radar, dan pengorbitan satelit, produk satelit, dan jasa lainnya.

Dilaporkan CNN, pada Senin (28/2/2022) pejabat pemerintah AS memperingatkan anggota parlemen dalam briefing rahasia tentang gelombang kedua pasukan Rusia ke Ukraina. Mereka kemungkinan akan mengkonsolidasikan posisi Rusia di Ukraina. Dengan jumlah pasukan yang banyak, mereka dapat mengatasi perlawanan Ukraina. 

Rusia kemungkinan akan mengepung ibu kota Ukraina, Kyiv. Diperkirakan akan terjadi perang kota brutal. 

Gedung Putih memantau dengan cermat konvoi militer Rusia yang, menurut citra satelit baru yang dirilis oleh Maxar, telah mencapai pinggiran Kyiv dan tampaknya panjangnya lebih dari 40 mil. 


Peta Ukraina dan Rusia/icirnigeria.org


Dalam beberapa hari terakhir, Presiden AS Joe Biden menginstruksikan Menteri Luar Negeri Antony Blinken untuk mengeluarkan hingga $350 juta sebagai dukungan langsung untuk pertahanan Ukraina. Namun, para pejabat juga mengakui secara pribadi bahwa mengirimkan bantuan baru ke Ukraina akan lebih sulit daripada sebelumnya. 

AS Hindari Konflik Langsung dengan Rusia

Washington, yang telah menjanjikan bantuan militer untuk Ukraina, menolak seruan untuk menetapkan zona larangan terbang, dengan mengatakan itu akan menjadi langkah menuju konflik langsung antara Amerika Serikat dan Rusia. 

"Presiden sudah sangat jelas bahwa dia tidak berniat mengirim pasukan AS untuk berperang dengan Rusia," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, Senin. 

“Saya pikir yang penting untuk dicatat di sini adalah pada dasarnya apa yang akan menjadi langkah selanjutnya, karena zona larangan terbang akan membutuhkan implementasi,” tambahnya. 

“Itu akan membutuhkan pengerahan militer AS untuk menegakkan yang akan menjadi konflik langsung, potensi konflik langsung, dan potensi perang dengan Rusia, yang merupakan sesuatu yang tidak kami rencanakan untuk menjadi bagian darinya,” ujar Psaki. 


Gedung Putih/whitehouse.gov


Lebih dari 500.000 orang telah meninggalkan Ukraina, menurut PBB, memicu krisis pengungsi dengan ribuan juga menunggu perjalanan di tujuh penyeberangan perbatasan Eropa. 

Setidaknya 102 warga sipil di Ukraina telah tewas sejak invasi dimulai, tetapi angka sebenarnya bisa jauh lebih tinggi, kata PBB pada hari Senin. (Al Jazeera)

Ukraina Minta Jalur Khusus Masuk Uni Eropa 

Dalam situasi tertekan saat ini, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah meminta Uni Eropa untuk segera memberikan keanggotaan Ukraina di bawah prosedur khusus.

Namun, seperti diberitakan RadioFreeEurope, diperbarui 28 Februari 2022, jalan pintas yang diminta Zelenskiy dinilai Uni Eropa sebagai sebuah langkah yang tidak mungkin. 

Zelenskiy mengajukan permintaan kepada Uni Eropa pada 28 Februari "untuk aksesi segera Ukraina melalui prosedur khusus baru." 

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan bergabung dengan kelompok 27 negara bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dalam beberapa bulan. Namun, lanjutnya, Ukraina adalah bagian dari "rumah Eropa" yang disambut baik. 

Dia menambahkan aksesi Ukraina tidak akan menandakan bahwa UE ingin memisahkannya dari Rusia tetapi akan mencerminkan keinginan untuk memenuhi keinginan banyak orang Ukraina untuk bergabung. 

Anggota potensial biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk melalui proses panjang dan kompleks demi mencapai standar UE. Anggota potensi UE juga perlu melakukan reformasi mendalam di beberapa bidang kebijakan. 

Reformasi tersebut seringkali perlu disertai dengan perubahan ekonomi dan keuangan untuk menunjukkan bahwa suatu negara cukup kuat untuk bersaing di UE dan akhirnya mengadopsi euro. 

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan setiap tawaran untuk keanggotaan bisa memakan waktu "bertahun-tahun". Meski begitu, permohonan Zelenskiy mendapat dukungan di Praha. 


Uni Eropa-europa


Perdana Menteri Ceko Petr Fiala mengatakan "kita harus dengan jelas memberi sinyal pada saat ini bahwa Ukraina diterima di komunitas Eropa dari negara-negara demokratis." 

Presiden dari delapan negara Eropa Timur -- Bulgaria, Republik Ceko, Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia, Slovakia, dan Slovenia -- menandatangani surat pada 28 Februari yang mengatakan Ukraina "layak menerima perspektif aksesi Uni Eropa segera." 

Mereka mendesak anggota Uni Eropa mengambil langkah-langkah menuju pemberian status Ukraina sebagai negara calon Uni Eropa dan untuk memulai proses pembicaraan tentang aksesi.

Perundingan Rusia-Ukraina

Presiden Zelenskiy menyatakan Ukraina dan Rusia akan melakukan pembicaraan 'tanpa prasyarat'.

Ukraina dan Rusia telah sepakat untuk mengadakan pembicaraan di sebuah tempat di dekat perbatasan Belarusia. 

Rencana pembicaraan itu, yang pertama sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pekan lalu, merupakan hasil dari percakapan melalui telepon antara Presiden Volodymyr Zelenskyy dan mitranya dari Belarusia. 

"Kami sepakat bahwa delegasi Ukraina akan bertemu dengan delegasi Rusia tanpa prasyarat di perbatasan Ukraina-Belarusia, dekat Sungai Pripyat," kata Zelenskiy dalam sebuah pernyataan, seperti dlaporkan Al Jazeera. 

Al Jazeera juga melaporkan soal masih adanya ketikdapastian tentang lokasi pembicaraan antara Ukraina dan Rusia. 

Pihak Rusia masih percaya bahwa pembicaraan akan berlangsung di kota tenggara Gomel di Belarusia.


Sebuah apartemen di Kyiv, Ukraina, dihantam rudal, seperti diunggah Menteri Luar Negeri Ukraina di akun twiiter miliknya @DmytroKuleba pada 26 Februari 2022.


Menteri luar negeri Ukraina dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Minggu mengatakan negaranya "tidak akan melepaskan satu inci pun dari ... wilayah" setelah menyetujui pembicaraan dengan Moskow. 

Kurleba menyatakan Ukraina akan pergi ke tempat perundingan untuk mendengarkan apa yang ingin dikatakan Rusia. Ukraina pergi ke sana untuk mendengarkan dan mengatakan apa mereka pikirkan tentang perang dan tindakan Rusia. 

Kurleba menambahkan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko meyakinkan Presiden Zelenskyy bahwa tidak ada kekuatan militer Belarusia yang akan digunakan untuk melawan Ukraina. 

“Kami hanya bisa berharap Lukashenko menepati janjinya, dan antara sekarang dan saat pembicaraan ini selesai, kami akan terus membela negara kami dengan keras, untuk mengalahkan pasukan Rusia jika mereka mencoba melanjutkan operasi ofensif mereka,” tegas Kurleba. 

Pasukan Ukraina dilaporkan mendorong Pasukan Rusia ke kota Kharkiv pada Minggu. Kharkiv adalah kota terbesar kedua di Ukraina dengan populasi sekitar 1,4 juta jiwa. 

India Minta Warganya Segera Mengungsi

India yang dikenal memiliki hubungan erat dengan Rusia telah meminta warganya untuk segera meninggalkan Kyiv, ibu kota Ukraina. Imbauan itu disampaikan di saat konvoi militer Rusia dilaporkan mendekati kota itu. 

“Semua warga negara India termasuk pelajar disarankan untuk segera meninggalkan Kyiv hari ini. Lebih disukai dengan kereta api yang tersedia atau melalui sarana lain yang tersedia,” tulis kedutaan di Twitter, Selasa (1/3/2022). 


Kedubes India di Ukraina/eoiukraine.gov.in


Kurang dari 24 jam sebelumnya, kedutaan masih menyarankan warga India untuk "tetap tenang, damai dan bersatu," meminta mereka untuk tetap sabar saat kerumunan besar terjadi di stasiun kereta api. 

Pengumuman Selasa muncul setelah laporan tentang siswa India yang diduga dilecehkan ketika mencoba melintasi perbatasan Ukraina ke negara-negara tetangga. 

China Evakuasi Warganya

China telah mulai mengevakuasi warganya dari Ukraina, kata media pemerintah. Sekitar 400 siswa dari Odessa, dan 200 lainnya dari Kyiv, meninggalkan Ukraina pada Senin, menurut tabloid milik pemerintah Global Times, yang mengutip Kedutaan Besar China di Ukraina.

Sementara itu 1.000 warga lainnya diperkirakan akan dievakuasi ke negara-negara tetangga pada Selasa. 


Kedubes China di Ukraina/tour-beijing.com


Rencana penerbangan charter untuk mengeluarkan warga China ditunda selama akhir pekan karena pertempuran meningkat. Kedutaan Besar China di Ukraina menimbang soal risiko keamanan. 

Tidak seperti warga negara dari banyak negara lain, warga negara China di Ukraina tidak menerima instruksi untuk meninggalkan negara itu sebelum invasi Rusia dimulai.

Ada sekitar 6.000 warga negara China di Ukraina, menurut media pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.