Free

Surat Utang Negara Berkembang Tahan Banting Hadapi Tapering

Harga obligasi negara berkembang tetap terjaga dengan bertahan dari lonjakan imbal hasil. Situasi ini berbeda dari 2013 saat yield obligasi pasar negara berkembang melonjak tajam karena sentimen tapering the Fed atau dikenal dengan sebutan taper tantrum.

Nindya Aldila

27 Des 2021 - 18.04
A-
A+
Surat Utang Negara Berkembang Tahan Banting Hadapi Tapering

Bisnis, JAKARTA – Pengurangan pembelian obligasi dan prospek penaikan suku bunga Federal Reserve tak merontokkan kinerja surat utang negara berkembang.

Harga obligasi negara berkembang tetap terjaga dengan bertahan dari lonjakan imbal hasil. Situasi ini berbeda dari 2013 saat yield obligasi pasar negara berkembang melonjak tajam karena sentimen tapering the Fed atau dikenal dengan sebutan taper tantrum

Data Bloomberg yang dikutip Bisnis.com, Senin (27/12/2021), menyebutkan obligasi pemerintah yang diterbitkan oleh Afrika Selatan, China, Indonesia, India, dan Kroasia menjadi yang teratas di antara peringkat imbal hasil 46 negara di dunia pada 2021.

Keuntungan surat utang Afrika Selatan mencapai 8,6 persen sepanjang tahun berjalan, diikuti China 5,6 persen, Indonesia 5,2 persen, India 2,7 persen, dan Kroasia 1 persen.  

Imbal hasil positif dari kelima negara tersebut mendorong optimisme dalam menghadapi rencana Federal Reserve yang bakal mempercepat penurunan pembelian aset dan menaikkan suku bunga, tanpa memicu lonjakan volatilitas global. Penerbit surat utang terbaik ini sempat mengalami penurunan harga, tetapi pengembalian kupon cukup tinggi untuk mengimbangi kerugian tersebut.

Kepala Pendapatan Tetap BNP Paribas Wealth Management di Singapura Shafali Sachdev mengatakan perbedaan tingkat kupon dan suku bunga akan memainkan peranan kuat pada penentuan investasi dalam suasana pengetatan pada 2022. 

"Berinvestasi dalam obligasi pasar berkembang tertentu mungkin merupakan cara preferensial untuk mencapai hal ini, daripada memperpanjang durasi atau menuruni kurva kredit," katanya. 

Obligasi Afrika Selatan telah menjadi penentu kecepatan global tahun ini dengan total return tertinggi, meski menjadi negara pertama yang dikabarkan mengidentifikasi kasus omicron pada November.  

Analis HSBC Holdings Plc., Andre de Silva mengatakan Afrika Selatan, Indonesia, dan China akan terus meraih keuntungan pada 2022.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Sri Mas Sari

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.