2021, Gereget Pendanaan Startup Kian Meletup

Jumlah pendanaan ke perusahaan rintisan atau startup di Indonesia sepanjang semester I/2021 diklaim menembus US$3,8 miliar atau sekitar Rp54,23 triliun, melesat 91% dari periode yang sama tahun lalu.

Leo Dwi Jatmiko & Akbar Evandio

4 Okt 2021 - 15.07
A-
A+
2021, Gereget Pendanaan Startup Kian Meletup

Ilustrasi pendanaan perusahaan rintisan/istimewa

Bisnis, JAKARTA — Jumlah pendanaan ke perusahaan rintisan atau startup di Indonesia sepanjang semester I/2021 diklaim menembus US$3,8 miliar atau sekitar Rp54,23 triliun.

Mengutip data Scale PR, Senin (4/10/2021), selama paruh pertama tahun berjalan terdapat 104 entitas perintis di Indonesia yang memperoleh pendanaan. Jumlah tersebut meningkat 40,5% dari 74 startup pada periode yang sama tahun lalu.

Secara total, secara total nilai pendanaan yang diterima juga mencapai Rp54,23 triliun atau US$3,8 miliar, naik 91% dibandingkan total pendanaan sebesar US$2 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Dalam laporannya, Scale PR juga menyebutkan teknologi finansial (tekfin), logistik, dan dagang-el menjadi tiga sektor yang paling banyak dilirik investor.

Untuk diketahui, perusahaan logistik J&T Express berhasil memperoleh pendanaan senilai US$2 miliar atau 28,54 triliun pada April 2021.

Selain J&T Express, sektor logistik lainnya yang memperoleh pendanaan tinggi yakni SiCepat Ekspres sebesar Rp2,1 triliun dan Shipper senilai Rp927 miliar.

Dari sektor dagang-el, Bukalapak mengantongi pendanaan senilai Rp3,33 triliun dari perusahaan raksasa global Microsoft, perusahaan dana abadi GIC, Emtek Group, BRI Ventures, dan Mandiri Capital Indonesia.

Adapun, tekfin mendominasi jumlah startup terbanyak yang mendapat pendanaan. Setidaknya 30 fintek memperoleh pendanaan dengan total lebih dari Rp9 triliun.  

Pada sektor ini, Bibit dan Ajaib menjadi dua platform investasi yang menempati posisi puncak pendanaan, masing-masing mengantongi pendanaan senilai US$95 juta  dan US$90 juta. 

Sementara itu, Xendit, platform tekfin yang mendukung infrastruktur pembayaran, memperoleh pendanaan senilai US$64,6 juta untuk putaran Seri B pada kuartal I/2021. 

Pada kuartal II/2021, para investor juga melirik sektor dagang el di Indonesia, dimana sektor ini memperoleh total pendanaan mencapai hampir senilai US$600 juta.

Sebelumnya, tren pendanaan terhadap startup Indonesia—baik dari investor maupun pemodal ventura—diproyeksi kian mengucur deras pada kuartal IV/2021.

Kerja keras pemerintah mendorong ekonomi digital sebagai persiapan untuk menggapai target pertumbuhan di rentang 5%—5,5% pada 2022 pun digadang-gadang menjadi katalis penyemarak pendanaan perusahaan rintisan (startup) pada kuartal terakhir tahun ini.

Data berbeda dari Dealroom menyebut, hingga semester I/2021, jumlah pendanaan ke perusahaan rintisan di Indonesia mencapai 39 putaran atau round.

Adapun, nilainya mencapai US$1,11 miliar. Capaian tersebut bahkan jauh lebih tinggi dari pendanaan yang dibukukan sepanjang 2020 senilai US505,28  juta.

Dalam kaitan itu, Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang memproyeksikan proses pemulihan ekonomi serta percepatan digitalisasi aktivitas bisnis akan makin kencang pada Oktober—Desember 2021.

“Tentu saja dengan sinyal pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif, investor [startup] akan terdorong untuk makin berebut menikmati kue pertumbuhan itu,” ujarnya.

Dianta menambahkan momentum lain yang memengaruhi geliat pendanaan startup akhir tahun ini adalah situasi pandemi yang mengakibatkan masih jamaknya penerapan bekerja dari rumah, sehingga akan ada banyak dana yang dialihkan dari sektor industri konvensional.

Menurutnya, pada kuartal IV/2021, perusahaan rintisan yang berfokus di bidang teknologi kesehatan (healthtech), teknologi pendidikan (edutech), dan tekfin akan mendapat perhatian lebih dari para pemodal.

Mengutip data lain dari Cento Ventures, total pendanaan ke startup Asia Tenggara sepanjang 2020 mencapai US$8,2 miliar. Dari nilai tersebut, 70% didominasi aliran pendanaan terhadap perusahaan rintisan Indonesia.

Adapun, Singapura mengambil pangsa sebesar 14%, Malaysia 5%, Thailand 5%, Vietnam 4%, dan Filipina 2%.

Sementara itu, jumlah kesepakatan investasi sepanjang tahun lalu mencapai 645, turun dibandingkan dengan 2019 yang mencapai 704 kesepakatan.

Laporan terakhir Preqin juga menemukan kian matangnya iklim pengembangan startup di Asean, khususnya Indonesia, menjadikan arus investasi pemodal asing yang bermain di ranah private equity and venture capital (PEVC) kian deras menyasar startup lokal.

Aset dalam portepel industri PEVC yang memfokuskan transaksinya ke Asean mencapai US$37 miliar per Desember 2020, melesat jauh dari lima tahun lalu di US$17 miliar.

Bahkan, capaian pendanaan yang digelontorkan pada semester I/2021 ini sudah menyamai capaian sepanjang 2010.

Serupa, total nilai asset under management (AUM) modal ventura 'lokal' atau asli asal Asean pun ikut melejit menjadi US$16 miliar, sekitar 2,6 kali dari capaian 2015.

Indonesia turut menjadi sorotan lantaran menjadi tempat lahirnya 4 dari 5 unikorn terbesar yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara.

Selain itu, porsi jumlah transaksi dan nilai transaksinya dibandingkan dengan negara Asean lain pun konsisten menjadi yang terbesar kedua selama 5 tahun terakhir, di bawah Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.