Alasan BI Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan 6%

Perry mengatakan keputusan mempertahankan tingkat suku bunga di 6% untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali.

Tim Redaksi

21 Mar 2024 - 14.03
A-
A+
Alasan BI Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan 6%

Ilustrasi suku bunga acuan./Istimewa

Bisnis, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI-Rate pada tingkat 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2024.

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 19-20 Maret 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (20/3/2024).

Untuk diketahui, BI telah mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 6% selama 5 bulan beruntun sejak kenaikan terakhir pada Oktober 2023.

Perry mengatakan keputusan mempertahankan tingkat suku bunga di 6% untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali.

Di sisi eksternal, BI memperkirakan suku bunga di Amerika Serikat atau Fed Funds Rate (FFR) baru akan turun pada semester kedua 2024, utamanya dikarenakan laju inflasi di negara itu yang masih tinggi.

Hal ini kemudian menyebabkan ketidakpastian global tetap tinggi, yang tercermin dari tingkat imbal hasil US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang.

Kondisi ini mendorong berlanjutnya penguatan dolar AS secara global dan menyebabkan lebih terbatasnya aliran masuk modal asing, dan meningkatnya tekanan pelemahan nilai tukar di negara emerging market.

“Itu kemudian juga salah satunya untuk bagaimana stance kebijakan BI-Rate tetap 6% tetap dan kami juga baru melihat ruang terbuka penurunan suku bunga BI-Rate itu di semester itu baseline skenario. Tapi, tentu saja bisa maju, bisa mundur,” jelas Perry.

Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6% menuai ragam komentar dari pelaku usaha.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut tingkat suku bunga saat ini cukup membebani dunia usaha, terlebih memasuki Ramadan yang umumnya memicu kenaikan inflasi. 

"Bagi kebanyakan pelaku usaha suku bunga acuan sebesar 6% saat ini tidaklah kompetitif dan menjadi beban tambahan kegiatan usaha," kata Ketua Komite Tetap Kebijakan Publik Kadin Indonesia, Chandra Wahjudi saat dihubungi, Rabu (20/3/2024). 

Namun, dia menilai keputusan BI tersebut merupakan upaya untuk tetap melakukan kebijakan stabilitas moneter salah satunya untk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah.  

Baca Juga : Suku Bunga Tetap Kendati Rupiah Keok 

Apalagi, Chandra melihat pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat melemah akhir-akhir ini. 

Pelaksana Tugas Harian Ketua Umum Kadin Indonesia, Yukki Nugrahawan Hanafi menambahkan, bertahannya suku bunga acuan BI pada level 6% merupakan antisipasi BI mempertimbangkan suku bunga The Fed yang belum mengindikasikan penurunan dalam waktu dekat.

"Kami melihat upaya BI masih mempertimbangkan beberapa faktor eksternal, termasuk inflasi indeks harga konsumsi (CPI) dan inflasi indeks harga produksi (PPI) di AS yang masih tinggi," kata Yukki dihubungi terpisah. 

Adapun, harga minyak dunia masih berada di atas level US$80 dengan kenaikan yield US$ 10-year Treasury hingga 4,3%. Terlebih, masih adanya perlambatan ekonomi pada beberapa negara mitra dagang Indonesia dan potensi kenaikan harga komoditas dan logistik global akibat tensi geopolitik.

Baca Juga : Banting Tulang Mengamankan Rupiah 

Dari sisi domestik, Yukki menilai kebijakan sebagai upaya menjaga potensi lonjakan inflasi akibat dari momentum kenaikan harga beberapa kebutuhan pokok yang mendorong inflasi serta mengantisipasi dampak lanjutan perubahan iklim El-Nino.

Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani menyampaikan pelaku usaha menantikan suku bunga acuan turun sesegera mungkin ke level yang lebih bersaing dengan negara-negara di Asean. 

"Namun, kami juga memahami bahwa saat ini penciptaan stabilitas makro lebih penting dan penciptaan stabilitas tersebut juga masih memiliki banyak resiko tekanan eksternal," ujarnya, dihubungui terpisah. 

Apindo akan mendukung keputusan ditahannya suku bunga di level 6%. Sebab, pihaknya menilai hal tersebut dapat meminimalisir resiko, meskipun tidak ideal untuk peningkatan produktivitas dan daya saing usaha.(Maria Elena, Afiffah Rahmah Nurdifa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rinaldi Azka
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.