Bisnis, JAKARTA — Australia telah meminta urea dari Indonesia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Jepang, yang diperlukan untuk membuat aditif diesel yang penting untuk truk karena China menahan ekspor urea untuk meningkatkan harga pupuk dalam negerinya.
Asosiasi Truk Australia pekan lalu menyatakan keprihatinan tentang kekurangan cairan knalpot diesel yang dikenal sebagai AdBlue, yang dapat memengaruhi operasi truk dan mengancam distribusi barang di seluruh negeri.
Cairan knalpot diesel terbuat dari urea dan digunakan untuk mengekang emisi nitrogen oksida (NOx).
Harga urea–yang juga banyak digunakan sebagai pupuk–telah melonjak lebih dari 200 persen tahun ini karena meningkatnya permintaan dan pasokan yang lebih rendah, sedangkan Korea Selatan mulai melakukan penjatahan bulan lalu di tengah kepanikan yang memicu pembelian besar-besaran.
Australia mengimpor sekitar 80 persen dari kebutuhan ureanya, sisanya diproduksi oleh produsen pupuk Incitec Pivot Ltd.
Menteri Perdagangan Australia Dan Tehan mengatakan bahwa negara itu memiliki pasokan urea selama sekitar tujuh minggu dan diperkirakan baru tercukupi setelah Februari setelah menghubungi beberapa negara tentang pasokan.
“Tentu saja ada masalah terkait dengan gangguan pengiriman peti kemas yang juga sedang kami tangani, tetapi … dari semua yang kami lihat ada yang dapat kami bawa [dari luar negeri] ke Australia,” kata Tehan kepada Australian Broadcasting Corp seperti dikutip dari news.ebene-magazine.com, Senin (13/12/2021).
Pekan lalu pemerintah membentuk satuan tugas di bawah Menteri Energi Angus Taylor untuk memastikan pasokan yang memadai.
“Karena stok kami hanya cukup untuk tujuh minggu, kami sangat yakin dapat membawa urea ke dalam negeri,” kata Tehan.
Ketua Asosiasi Truk Australia David Smith mengatakan bahwa harga AdBlue telah naik berlipat ganda dalam 2 bulan terakhir.
“Akan sangat buruk jika tidak ada sumber tambahan urea grade AdBlue yang ditemukan,” katanya kepada Reuters.