Bakal Diakuisisi Bank Mandiri, Ini Profil Bank Prima Master

Prima Bank bahkan belum memenuhi ketentuan modal inti senilai Rp2 triliun yang seharusnya sudah dipenuhi oleh semua bank di Indonesia pada akhir 2021 lalu. Tahun ini, bank ini harus mengejar target Rp3 triliun sesuai persyaratan OJK.

Emanuel Berkah Caesario

10 Agt 2022 - 18.00
A-
A+
Bakal Diakuisisi Bank Mandiri, Ini Profil Bank Prima Master

Kantor pusat Prima Bank. Sumber: primamasterbank.co.id

Bisnis, JAKARTA — Aksi konsolidasi di kalangan perbankan terus berlangsung menjelang akhir tahun ini, melanjutkan tren yang ramai dalam 2 tahun terakhir. Salah satu isu yang berhembus baru-baru ini adalah kemungkinan akuisisi PT Prima Master Bank oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Aksi konsolidasi akhir-akhir ini terjadi tidak lain karena faktor ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan semua bank memiliki modal inti minimal Rp3 triliun akhir tahun  ini. Hal ini mengharuskan bank-bank kecil dengan modal inti lebih rendah untuk mencari modal dan investor.

Baru-baru ini, salah satu bank kecil yakni Prima Bank dikabarkan bakal diakuisisi oleh Bank Mandiri. Aksi akuisisi bank besar terhadap bank kecil ini bukanlah hal yang baru industri ini. Akhir-akhir ini, beberapa bank besar lain membeli bank kecil untuk diubah menjadi bank digital.

Adapun, kabar rencana akuisisi Prima Bank oleh Bank Mandiri berkembang di pasar usai pemberitaan oleh DealStreetAsia.

DealStreetAsia melaporkan bulan lalu bahwa perusahaan fintech China, Jianpu Technology, dengan Bank Mandiri sedang berada dalam diskusi tahap awal yang terpisah untuk mengakuisisi saham minoritas di Bank Prima Master. Kabarnya, proses diskuisi dengan Bank Mandiri relatif lebih cepat.

Prima Bank sendiri selama ini bukanlah bank yang populer. Namun, rencana pembalian oleh Bank Mandiri tentu saja menarik perhatian. Lantas,  bagaimana profil Prima Bank ini?

Melansir dari laman resmi perseroan pada Rabu (10/8), Prima Bank adalah salah satu bank umum swasta nasional yang berkantor pusat di Surabaya, Jawa Timur.

Awalnya, bank ini berdiri dengan nama PT Inter Asia Pasific Bank tanggal 1 November 1989, disahkan Menteri Kehakiman RI per tanggal 31 Juli 1990 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 100 tanggal 14 Desember 1990. Selanjutnya, Prima Bank beroperasi sebagai bank umum mulai 1 Maret 1991.

Bank beroperasi selama kurang lebih 20 tahun dengan dukungan sekitar 300 karyawan dan 24 kantor bank, termasuk kantor kas. Di samping itu, Prima Bank juga terus mengembangkan usahanya dengan berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian.

“Prima Bank terus berkembang sebagai bank komersial yang berkiprah di sektor usaha kecil dan menengah [retail],” bunyi keterangan di laman resmi Prima Bank.

Per Maret 2022, Prima Bank memiliki pemegang saham pengendali atau ultimate sholder yakni Henry Susilowidjojo yang memiliki saham perseroan melalui PT Hartamas Lestari sebesar 50 persen. Adapun, 50 persen lainnya dimiliki oleh PT Multi Artacipta Serasi.


Berdasarkan laporan keuangan perseroan per 30 Juni 2022, Prima Bank membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp13,23 miliar. Kinerja ini berbeda dengan posisi yang sama di tahun lalu yang tercatat masih mengantongi laba sebesar Rp27,34 miliar.

Jika diselisik lebih dalam, pendapatan bunga perseroan turun 4 persen secara tahunan atau year-on-year (YoY), dari Rp86,09 miliar menjadi Rp82,24 miliar. Namun, beban bunga Prima Bank menyusut lebih dalam yakni 20 persen YoY menjadi Rp44,46 miliar, dari semula Rp55,74 miliar.

Alhasil, pendapatan bunga bersih yang dimiliki Prima Bank masih naik 24 persen YoY, dari Rp30,35 miliar menjadi Rp37,78 miliar pada posisi akhir Juni 2022. Kerugian terjadi lantaran beban operasional perseroan membengkak menjadi Rp49 miliar, padahal pada Juni 2021 tercatat positif Rp6 miliar.

Naiknya beban operasional itu disebabkan karena perseroan menyisihkan kerugian penurunan nilai aset keuangan atau impaitment senilai Rp11,7 miliar pada paruh pertama tahun ini, sedangkan di periode yang sama tahun lalu pos ini tidak memiliki catatan nilai.

Selanjutnya, dari sisi neraca keuangan, total ekuitas Prima Bank tercatat tumbuh 8 persen YoY menjadi Rp322,96 miliar dengan pos modal disetor mencapai Rp268 miliar. Sementara itu, total liabilitas turun 2 persen YoY menjadi Rp2,25 triliun, dari periode Juni 2021 sebesar Rp2,3 triliun.

Alhasil, total aset yang dimiliki Prima Bank mencapai Rp2,58 triliun. Nilai itu turun 0,9 persen YoY dari periode yang sama tahun sebelumnya yang bernilai Rp2,6 triliun.

Dengan kondisi neraca keuangan tersebut, bank dengan motto “Prima dalam Layanan, Mitra menuju Sukses” ini jelas belum memenuhi batas minimum modal inti yang dipersyaratkan OJK. Bank ini bahkan sudah melewati batas waktu yang diberikan OJK untuk pemenuhan bertahap modal inti.

Sebab, berdasarkan Peraturan OJK No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum, setiap bank diwajibkan memenuhi batasan modal inti itu secara bertahap, yakni minimal Rp1 triliun pada akhir 2020, minimal Rp2 triliun pada akhir 2021, dan minimal Rp3 triliun akhir tahun ini.

Prima Bank mencatat modal inti (tier 1) yang dimiliki sebesar Rp282,82 miliar hingga akhir Maret 2022. Nilai tersebut memang tumbuh 30 persen YoY dari sebelumnya Rp217,2 miliar, tetapi tetap saja masih jauh dari nilai yang seharusnya sudah dipenuhi tahun lalu yakni Rp2 triliun.

(Reporter: Rika Anggraeni)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.