Berburu Rp8 Triliun demi Kerek Utilisasi Palapa Ring

Saat ini Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) tengah mengumpulkan dana senilai Rp8 trliun dari luar dengan skema KPBU. Dana itu digalang untuk membangun Palapa Ring Integrasi demi meningkatkan ketersewaan SKKL milik negara itu.

Leo Dwi Jatmiko

15 Sep 2021 - 14.14
A-
A+
Berburu Rp8 Triliun demi Kerek Utilisasi Palapa Ring

Pekerja melakukan proses bongkar muat kabel serat optik proyek Palapa Ring Paket Timur di Depo PT. Communication Cable Systems Indonesia (CCSI), Cilegon, Banten, Selasa (5/6/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis, JAKARTA — Demi memacu utilisasi Palapa Ring, pemerintah bakal membangun jalur terintegrasi pada 2022—2023 guna menghubungkan ketiga lingkar sistem komunikasi kabel laut tersebut.

Untuk membangun Palapa Ring Integrasi, saat ini Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) tengah mengumpulkan dana senilai Rp8 trliun dari luar dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).

Direktur Utama Bakti Kementerian Komunikasi dan Informastika (Kemenkominfo) Anang Latif mengatakan Palapa Ring Integrasi tersebut akan memiliki panjang sekitar 12.083 km, dan dibangun dalam 2 fase pembangunan. 

Fase 1 pada 2022 sepanjang 5.226 km dan fase 2 pada 2023 sepanjang 6.857 km. Dari total serat optik yang akan dibangun, sepanjang 8.203 km di antaranya akan digelar di daratan, sedangkan 3.880 km di laut, dan sisanya berupa penghubung gelombang mikro (microwave link). 

“Jaringan ini akan mengintegrasikan 3 paket Palapa Ring yang sudah terbangun, yakni Palapa Ring Barat, Tengah dan Timur sehingga saling terhubung,” kata Anang, Selasa (14/9/2021). 

Dia mengelaborasi Palapa Ring Integrasi akan memperkuat jaringan yang sudah ada dan menjadi jaringan cadangan bila di satu wilayah jaringannya terputus, sehingga pemanfaatan internet akan lebih maksimal. 

“Sumber pendanaan program rencananya didapat dari kerjasama pemerintah dan swasta,” kata Anang.

Anang mengatakan pengguna internet aktif pada 2019—2020 baru 73,7% dari seluruh total penduduk Indonesia, dengan tingkat penetrasi tertinggi di Pulau Jawa dan Sumatera. 

Target pemerintah setidaknya sebanyak 92,6% dari total penduduk merupakan pengguna internet aktif. Cara yang ditempuh untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan Palapa Ring. 

“Tol Langit seperti jalan tol bebas hambatan. Jaringan internet di pedalaman yang sebelumnya hanya terwujud oleh satelit kini digantikan oleh serat optik,” kata Anang. 

Sementara itu, Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) Galumbang Menak mengatakan perusahaan telah terlibat dengan penggelaran Palapa Ring Barat dan Palapa Ring Timur. 

Untuk Palapa Ring Barat, okupansi telah sesuai dengan target yaitu di atas 30%. Sementara itu, okupansi di Palapa RIng Timur, masih 21% di bawah target yang seharusnya yaitu 30%.

TARIF SEWA

Sebelumnya, jerih payah pemerintah untuk mengerek utilisasi Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Palapa Ring terus dihadapkan pada persoalan tarif sewa yang tinggi.

Upaya untuk membuat tarif Palapa Ring lebih rasional pun dinilai mendesak. Terlebih, Kemenkominfo sudah menetapkan standar tinggi untuk utilisasi SKKL tersebut dalam Rancangan Rencana Strategis 2020—2024.

Pada 2020, utilisasi Palapa Ring Barat baru mencapai 35%, sedangkan Ring Tengah dan Timur masing-masing baru 20%.

Dalam perencanaan Kemenkominfo, dalam tiga tahun ke depan, utilitas Palapa Ring Barat ditarget menembus 60%. Adapun, Ring Tengah dan Timur masing-masing 50%. Sementara itu, service level agreement (SLA) Palapa Ring ditarget 95% pada 2024.

Menanggapi target-target tersebut, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai pemerintah perlu mengevaluasi tarif sewa Palapa Ring apabila ingin menarik lebih banyak penyewa fasilitas milik negara itu.

Penyebabnya, salah satu tantangan dalam meningkatkan utilitasi Palapa Ring adalah harga sewa infrastruktur Palapa Ring yang cukup mahal, khususnya di Palapa Ring Timur.

“Idealnya gratis, tetapi setidaknya sewa bisa mengganti ongkos belanja modal dan operasional yang dikeluarkan Bakti  dengan perhitungan sistem berbagi,” kata Heru.

Pekerja mengawasi proses bongkar muat kabel serat optik proyek Palapa Ring Paket Timur di Depo PT. Communication Cable Systems Indonesia (CCSI), Cilegon, Banten./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Berdasarkan dokumen yang diterima Bisnis, pada 2019 tarif proyek Palapa Ring Timur merupakan yang termahal dibandingkan dengan proyek-proyek Palapa Ring lainnya.

Ring Timur mencakup 11 wilayah operasional dan menghubungkan Kota Ransiki, Raisei, Nabire, Botawa, Serui, Biak, Sorendiweri, Numfor dan Manokwari, Papua.

Saat itu, Bakti memasang harga sewa untuk proyek 11 senilai Rp69 juta per bulan untuk kapasitas sebesar 1 Gbps dan Rp552 juta per bulan untuk 10 Gbps. 

Sebagai perbandingan, tarif sewa sejumlah proyek di Palapa Ring Barat berkisar antara Rp20 juta—Rp445 juta per bulan, sedangkan Palapa Ring Tengah Rp9 juta—Rp240 juta per bulan.

Untuk itu, Heru berpendapat Palapa Ring harus dapat dimanfaatkan secara optimal, terutama Palapa Ring Timur.

Dia juga menyebut target kenaikan utilisasi Palapa Ring yang diterapkan oleh Kemenkominfo masih terlalu rendah. Menurutnya, hingga 2024, utilisasi semestinya dipatok minimal 70% untuk seluruh proyek Palapa Ring.

“Catatannya adalah membuat Rencana Strategis itu mudah, yang penting adalah implementasi dan pengawasan,” kata Heru.

BERMINAT

Meski diadang isu tarif sewa yang relatif mahal, sejumlah operator telekomunikasi tetap menyatakan minat untuk menyewa dan menggunakan fasilitas Palapa Ring.

Group Head Corporate Communication PT XL Axiata Tbk. Tri Wahyuningsih sebelumnya mengatakan perusahaan sangat terbantu dengan pemanfaatan Palapa Ring.

Dengan memanfaatkan SKKL tersebut, perusahaan telco berkode saham EXCL mengeklaim dapat memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan. Secara performa, penggunaan kapasitas jaringan Palapa Ring juga dinilai prima dan tidak ada kendala.

“XL Axiata dalam proses untuk penambahan kebutuhan kapasitas guna melayani kebutuhan masyarakat atau pelanggan yang makin meningkat. Penambahan kapasitas dilakukan untuk Palapa Ring Barat dan Ring Tengah,” kata Ayu.

Mengenai jumlah tambahan kapasitas yang akan digunakan, Ayu belum dapat memberitahukan karena masih dalam proses. Saat ini XL Axiata telah menggunakan SKKL Palapa Ring Barat, Tengah, dan Timur.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Smartfren Telecom Tbk. Merza Fachys mengungkapkan saat ini perseroan tengah menyusun rencana penggelaran jaringan di Labuan Bajo dan Kupang.

Untuk menghadirkan jaringan 4G LTE Smartfren di lokasi pengembangan perekonomian berbasis wisata tersebut, perseroan berkode saham FREN berencana menggunakan SKKL Palapa Ring.

“Kami juga tengah mengkaji rencana pembangunan jaringan di Kupang dengan menggunakan Palapa Ring Timur,” kata Merza.

Smartfren telah menggunakan Palapa Ring Barat untuk menggelar jaringan di Natuna dan Anambas.

Infrastruktur telekomunikasi tersebut dinilai cukup baik dalam membantu layanan Smartfren untuk hadir di kedua wilayah tersebut.

“Perkembangan penggunaan cukup baik, keberadaan jaringan Smartfren di sana juga turut membantu masyarakat ketika diberlakukan program pembelajaran jarak jauh,” kata Merza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.