Industri Alat Berat Tadah Cipratan Cuan Supercycle Komoditas

Penjualan terbesar industri alat berat pada tahun ini diperoleh dari sektor pertambangan yang melonjak 206% menjadi 3062 unit, dari 1.001 unit tahun lalu.

Reni Lestari

30 Okt 2021 - 15.50
A-
A+
Industri Alat Berat Tadah Cipratan Cuan Supercycle Komoditas

Alat berat merek Komatsu. Istimewa

Bisnis, JAKARTA — Berbanding lurus dengan mulai menguatnya lagi ekspansi manufaktur serta siklus harga komoditas, permintaan terhadap industri alat berat dalam negeri terus menguat, bahkan diklaim melebihi kapasitas terpasang pabrikan nasional.

Tren penguatan permintaan tersebut salah satunya dirasakan oleh PT United Tractors Tbk. (UNTR), sejalan dengan lonjakan harga-harga komoditas seperti batu bara.

UNTR meyakini dari target penjualan 3.000 unit alat berat merek Komatsu hingga akhir tahun ini, permintaan di pasar akan melebihi angka itu.  

"Permintaan memang bisa lebih, tetapi suplai alat beratnya perlu waktu [lantaran permintaan melebihi kapasitas produksi industri alat berat] sehingga akan carry over ke tahun depan," kata Corporate Secretary UNTR Sara K Loebis  kepada Bisnis, Sabtu (30/10/2021).

Dia melanjutkan, untuk target penjualan 3.000 unit Komatsu, perseroan tidak menghadapi kendala terkait dengan pasokan komponen.

Hingga Agustus 2021, penjualan alat berat Komatsu telah mencapai 1.890 unit. Angka itu tumbuh 81,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 1.043 unit.

Dengan target tersebut UNTR hanya perlu menjual 1.110 alat berat pada empat bulan terakhir 2021.

"Benar target penjualan kami tahun ini 3.000 unit. Untuk target ini, tidak ada masalah terkait pasokan komponen," lanjutnya.

LAMPAUI TARGET

Sementara itu, Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) mencatat produksi sampai dengan kuartal III/2021 mencapai 4.584 unit. Jumlah itu telah melampaui capaian sepanjang tahun lalu sebesar 3.427 unit alat berat.

Kinerja produksi alat berat yang moncer tak lepas dari pengaruh lonjakan harga-harga komoditas. Ketua Umum Hinabi Jamaludin optimistis target penjualan 6.000 unit alat berat sampai akhir tahun dapat tercapai dengan mudah.

"Peningkatan produksi memang sangat signifikan. Sehingga target 2021 di 6.000 unit bukan isapan jempol," katanya.

Tahun depan, produksi alat berat diperkirakan tumbuh 30% atau mendekati tren 2018 yang melebihi angka 8.000 unit.

Jamaludin melanjutkan permintaan sepanjang tahun ini memang terhitung tinggi, bahkan dapat melampaui target 6.000 unit sampai akhir tahun. Namun, industri membatasi produksi karena terkendala ketersediaan pasokan komponen.

Sebanyak 40%—50% pasokan komponen alat berat disuplai dari dalam negeri, sedangkan sisanya harus diimpor, salah satunya dari Jepang.

Produksi di dalam negeri terhambat jam kerja yang masih menerapkan work from home 50%. Sementara itu, pasokan dari luar negeri masih terhalang kemacetan logistik akibat kelangkaan kontainer.

"Permintaan memang cukup banyak, tetapi terkendala dengan material availability dan juga tenaga kerja. Karena kami pun masih menerapkan WFH [work from home/bekerja dari rumah] 50% [dari total pegawai]," lanjutnya.

Berdasarkan catatan Hinabi, produksi sebesar 4.584 unit sampai dengan kuartal ketiga 2021 terdiri atas hydaulic excavator 4.232 unit, motor grader 57 unit, bulldozer 239 unit, dan dump truck 56 unit.

Sementara itu, data dari Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) menunjukkan bahwa hingga Agustus 2021, penjualan alat berat di seluruh sektor mencapai 8.821 unit, meningkat 99% dari penjualan pada Januari—Agustus 2020, sebanyak 4.440 unit.

Peningkatan penjualan terbesar pada Januari-Agustus 2021 terjadi pada alat berat di sektor pertambangan yang mencapai 206% menjadi 3.062 unit, dari 1.001 unit pada periode yang sama 2020.

Hal ini didorong oleh situasi harga batu bara dan nikel yang masih tinggi, serta perkiraan meningkatnya jumlah pemurnian atau smelter nikel yang beroperasi.

Kemudian, untuk alat berat di sektor kehutanan meningkat 84% menjadi 1.487 unit, sektor konstruksi naik 64% menjadi 3.449 unit, dan sektor agro sebesar 54,7% menjadi 823 unit.

Peningkatan penjualan terbesar pada Januari—Agustus 2021 terjadi pada alat berat di sektor pertambangan yang mencapai 206% menjadi 3062 unit, dari 1.001 unit di periode yang sama tahun 2020.

Ini didorong oleh situasi harga batu bara dan nikel yang masih tinggi, serta perkiraan meningkatnya jumlah smelter nikel yang beroperasi.

Kemudian, di untuk alat berat di sektor kehutanan meningkat 84% menjadi 1.487 unit, sektor konstruksi naik 64% menjadi 3.449 unit, dan sektor agro sebesar 54,7% menjadi 823 unit.

Selanjutnya, peningkatan produksi alat berat juga berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan bahan baku, seperti plat baja maupun produk-produk komponen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.