Kekhawatiran terhadap Omicron Mereda, Harga Minyak Bertenaga

Pelaku pasar kembali optimistis terhadap pasar minyak setelah kekhawatiran dampak Omicron terhadap prospek minyak mereda. Simak penjelasannya.

Hadijah Alaydrus

7 Des 2021 - 14.33
A-
A+
Kekhawatiran terhadap Omicron Mereda, Harga Minyak Bertenaga

Pelaku pasar kembali optimistis terhadap pasar minyak setelah kekhawatiran dampak Omicron terhadap prospek minyak mereda. (Antara)

Bisnis, JAKARTA— Harga minyak mendapatkan suntikan tenaga dari pudarnya kekhawatiran dampak penyebaran varian Omicron terhadap prospek permintaan minyak.

Dikutip dari Markets Insider, Selasa (7/12/2021) pukul 14:01 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mencapai US$70,46 per barel atau naik 0,61 persen. Harga minyak acuan asal Amerika Serikat itu sempat mencapai level tertingginya yakni US$70,69 per barel setelah dibuka pada US$70,03 per barel.

Tren yang sama terjadi pada harga minyak Brent yang menyentuh US$73,95 per barel atau naik 0,48 persen. Harga minyak acuan asal Eropa itu menyentuh level tertingginya yakni US$74,13 per barel setelah dibuka pada US$73,6 per barel.

Ahli Strategi Pasar IG, Yeap Jun Rong menyebut optimisme tumbuh kembali, menandai berakhirnya kekhawatiran terhadap dampak penyebaran varian Omicron. Berdasarkan laporan yang berkembang, penyebaran varian Omicron tak akan membuat angka pasien meninggal dan perawatan di rumah sakit meningkat.

Optimisme tersebut membuat harga minyak acuan naik 4,6 persen hingga 4,9 persen dalam semalam. Sejumlah analis menyebut bahwa aksi jual yang belum ini terjadi membuat harga minyak terkoreksi lebih dari 20 persen dalam dua pekan terakhir.

“Harga minyak naik lebih dari 5 persen pada (6 Desember) dengan masalah virus yang memudar dan lunturnya prospek suplai dari Iran,” katanya seperti dikutip dari S&P Global Platts.

Dia menyebut pasat tetap menanti perkembangan berikutnya terkait dengan varian baru Covid-19, Omicron. Berdasarkan pemberitaan, varian ini menunjukkan sifat yang lebih mudah menyebar tetapi tidak lebih parah dibandingkan dengan varian sebelumnya.

“Sejauh ini, kenaikan kasus Covid-19 di Afrika Selatan belum membuat kapasitas rumah sakit kewalahan yang mendorong optimisme para pelaku pasar yang sebelumnya melakukan aksi jual,” katanya.

Sementara itu, analis ANZ Research, Brian Martin dan Daniel Hynes dalam keterangan resminya menyebut bahwa varian Omicron tak menunjukkan tingkat keparahan tinggi, seperti yang dikatakan oleh Penasehat Kesehatan Gedung Putih, Anthony Fauci.

“Keterangan ini menurunkan peluang skenario terburuk yakni pasar minyak telah mengalami priced in dalam beberapa pekan terakhir,” katanya.

Di sisi lain, sejumlah analis tetap memberikan sinyal bahwa masih ada peluang risiko dari penguatan dolar Amerika Serikat (AS). Seperti diketahui, data inflasi AS periode November dirilis pada Jumat (10/12/2021) yang bisa menjadi penentu arah pergerakan harga minyak.

Adapun, pada Oktober, inflasi mencapai level tertinggi dalam 31 tahun, yang bisa mendorong langkah bank sentral AS menaikkan penggurangan pembelian obligasi pemerintah dan mempercepat rencana kenaikan suku bunga acuan.

“Pergerakan besar bagi harga minyak akan diarahkan oleh dolar dan tak akan memiliki arah yang jelas hingga laporan inflasi pada Jumat,” tutur analis pasar senior di Oanda, Edward Moya.

Adapun, Tim Analis Monex Investindo Futures menyebut harga minyak pada perdagangan hari ini bisa bergerak pada rentang US$69,05 per barel hingga US$67,6 per barel di level support dan US$70,55 per barel hingga US$71,9 per barel di level resistance.

“Memudarnya prospek untuk segera naiknya ekspor minyak Iran berpotensi memicu kenaikan harga minyak.”

Di sisi lain, sentimen yang berkontribusi terhadap kenaikan harga minyak hari ini yaitu langkah Arab Saudi menaikkan harga jual minyak di pasar Asia dan Amerika Serikat.

"Kenaikan hari ini dipicu oleh Arab Saudi menaikkan harga jual resmi [OSP] pada akhir pekan," kata Analis Energi Commerzbank Research Carsten Fritsch seperti yang dikutip dari Antara.

Eksportir terbesar dunia itu mengatakan pada Minggu (5/12/2021) bahwa mereka akan mengenakan harga premium yang lebih tinggi untuk pengiriman minyak ke Asia dan Amerika Serikat pada Januari dibandingkan bulan sebelumnya.

Arab Saudi menaikkan harga jual resmi Januari untuk semua kadar minyak mentah yang dijual ke Asia dan Amerika Serikat hingga 80 sen dari bulan sebelumnya.

"Premi yang lebih tinggi untuk Asia dan AS dapat dianggap sebagai tanda permintaan yang kuat. Ini mendukung keputusan minggu lalu oleh OPEC+ untuk memperluas produksi minyak dengan tambahan 400.000 barel per hari pada Januari," tambah Fritsch.

Kelompok OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, pekan lalu memutuskan untuk terus meningkatkan pasokan bulanan sebesar 400.000 barel per hari (bph) pada Januari, bahkan setelah penurunan harga yang didorong oleh kekhawatiran Omicron.

Menteri Perminyakan Irak Ihsan Abdul-Jabbar mengatakan dia memperkirakan harga minyak akan mencapai lebih dari US$75, kantor berita negara INA melaporkan. Dia menambahkan bahwa OPEC sedang mencoba untuk mengendalikan secara positif pasar energi, menurut INA.

Harga minyak juga didukung oleh berkurangnya prospek kenaikan ekspor minyak Iran setelah pembicaraan tidak langsung AS-Iran tentang penyelamatan kesepakatan nuklir Iran 2015 terhenti pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.