Kinerja Ekspor Impor Diproyeksi Terus Tumbuh 

Kinerja ekspor impor yang tumbuh positif pada Maret 2021 diproyeksi bakal terus berlanjut. Hal itu pun semakin mendorong pemulihan ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

14 Mei 2021 - 21.26
A-
A+
Kinerja Ekspor Impor Diproyeksi Terus Tumbuh 

Suasana di Pelabuhan Kuala Tanjung Port and Industrial Estate. - Dok. Pelindo 1

Bisnis, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor pada Maret 2021 mencapai US$ 18,35 miliar. Nilai tersebut naik 30,47 persen secara tahunan dan 20,31 persen secara bulanan. 

Pertumbuhan yang positif itu pun diproyeksi bakal terus berlanjut. Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana memperkirakan kinerja ekspor pada April 2021 meningkat sebesar 40,7 persen year on year (yoy).

Kenaikkan yang signifikan itu terjadi karena basis kinerja ekspor yang rendah pada tahun lalu. Nilai ekspor yang tercatat kala itu sebesar US$ 12,19 miliar atau turun 7,02 persen secara tahunan. 

Peningkatan nilai ekspor juga ditopang oleh harga komoditas yang meningkat tinggi dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, Wisnu menyebut kinerja ekspor April 2021 diperkirakan turun 6,7 persen secara bulanan (month to month/mtm) 

Pasalnya, pertumbuhan Purchasing Managers Index (PMI) negara mitra dagang Indonesia, seperti China dan Amerika Serikat (AS), yang melambat. "Penurunan juga memperhitungkan kemungkinan permintaan yang lebih rendah dari India," kata Wisnu kepada Bisnis, Jumat (14/5/2021).

Di sisi lain, kinerja impor Indonesia diproyeksi tumbuh 35,7 persen secara tahunan. Sedangkan secara bulanan diperkirakan hanya tumbuh 1,4 persen. 

Pertumbuhan itu didukung oleh keyakinan konsumen yang telah mencapai level optimistis untuk pertama kalinya sejak pandemi Covid-19 di Indonesia. Selain itu, indikator permintaan domestik dan mobilitas masyarakat yang mengalami peningkatan pada April 2021.

Adapun BPS melaporkan nilai impor pada Maret 2021 mencapai US$ 16,79 miliar. Angka tersebut naik sebesar 26,55 persen secara bulanan dan 25,73 persen secara tahunan. 

Kenaikan impor didukung oleh impor migas dan nonmigas yang tumbuh masing-masing sebesar 74,74 dan 25,73 persen secara bulanan. Sedangkan secara tahunan, impor migas naik 41,87 persen dan impor nonmigas tumbuh hingga 23,52 persen. 

Dengan peningkatan tersebut, BPS menyebut adanya geliat sektor manufaktur. Hal itu juga mencerminkan investasi yang mulai pulih kembali. Kedua faktor tersebut dapat mendukung pemulihan ekonomi nasional. 

 

 

Sejumlah Tantangan yang Dapat Menghambat Pemulihan Ekonomi 

Meski begitu, Wisnu menyebut surplus neraca perdagangan bakal lebih kecil. Pada April 2021, nilainya diperkirakan mencapai US$ 103 juta. Angkanya jauh dari realisasi pada Maret 2021 sebesar US$ 1,57 miliar. 

"Secara historis, tren April cenderung mengalami defisit atau surplus tipis," kata dia. 

Sedangkan Ekonom Universitas Indonesia (UI) Ninasapti Triaswati mengatakan sejumlah indikator ekonomi memang menunjukkan geliat pemulihan. Seperti naiknya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), PMI, dan sektor riil. Namun, pertumbuhannya belum secepat yang diharapkan. 

Adapun Direktur Eksekutif Institute fo Development on Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai laju pemulihan ekonomi bisa terhambat oleh keterbatasan akses perbankan dan turunnya laju permintaan kredit. 

Apalagi survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan sekitar 87,5 persen UMKM di Indonesia terdampak pandemi Covid-19. Sebagian dari mereka bahkan berhenti beriperasi. 

"Kalau kita lihat masalahnya di tengah upaya pemerintah, ternyata permintaan kredit di bulan April minus 3,7 persen. Saya kira ini suatu hal luar biasa, tantangan integrasi di tengah akses masih terbatas, dan laju permintaan kredit masih relatif turun," kata Tauhid.  

(Reporter : Maria Elena & Dany Saputra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.