Kinerja Reksa Dana Campuran Terangkat Tren Bullish IHSG

Reksa dana campuran dalam dua pekan terakhir berada dalam tren naik seiring menguatnya IHSG.

Dwi Nicken Tari, Ika Fatma Ramadhansari & Lorenzo Anugrah Mahardhika

13 Okt 2021 - 18.16
A-
A+
Kinerja Reksa Dana Campuran Terangkat Tren Bullish IHSG

ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis, JAKARTA - Reksa dana campuran menunjukkan kinerja yang cukup positif pada pekan ini. Hal itu tak lepas melesatnya indeks harga saham gabungan (IHSG).

Berdasarkan data Infovesta Utama per 8 Oktober 2021, kinerja indeks reksa dana campuran yang tercermin lewat Infovesta Balanced Fund Index yang naik 3,90% secara sejak awal tahun atau year-to-date (ytd). Kinerja produk reksa dana tersebut pun menjadi yang paling tinggi pada pekan ini.  

Sedangkan pada pekan lalu, indeks reksa dana campuran juga menunjukan kinerja yang positif dengan kenaikan sebesar 2,04%. Sedangkan kinerja indeks reksa dana saham yang tercermin lewat Infovesta Equity Fund Index berada di posisi terendah sebesar 0,98% pada pekan ini.

Nilai tersebut jauh di bawah kinerja IHSG yang melambung 8,41%. Kinerja reksa dana saham pada pekan ini juga lebih rendah dibandingkan pekan lalu yang mencapai 3,30%. 

Adapun, kinerja produk reksa dana terkait saham itu tak terlepas dari positifnya pasar modal dalam negeri. Infovesta mencatat arus dana investor asing di pasar reguler saham masuk deras senilai Rp10,31 triliun. 

Hal itu membawa optimisme di pasar modal seiring dengan penurunan jumlah kasus harian Covid-19 serta penguatan rupiah ke bawah Rp14.200. “Itu mendorong penguatan indeks reksa dana saham dan indeks reksa dana campuran,” tulis Infovesta dalam riset mingguan, dikutip Rabu (13/10/2021). 

 

 

Di sisi lain, kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap yang tercermin lewat Infovesta Fixed Income Fund Index naik sebesar 1,42%. Kinerja indeks reksa dana pasar uang yang tercermin lewat Infovesta Money Market Fund Market Index juga masih lebih tinggi sebesar 2,62%. 

Pada pekan lalu, indeks reksa dana pendapatan tetap terpantau berkinerja paling rendah sebesar -0,05%. Di atasnya terdapat indeks reksa dana pasar uang sebesar 0,06 %. 

Infovesta Utama menyatakan kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap relatif tertekan lantaran investor merespons negatif isu kenaikan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun. Selain itu, ada penyusutan kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN). 

Imbal hasil atau yield obligasi bertenor 10 tahun terpantau terus menanjak ke level 6,35% mengikuti kenaikan yield Treasury AS ke atas 1,6%. Meningkatnya yield obligasi tersebut merespon isu debt ceiling hingga kasus gagal bayar Evergrande China yang masih berlanjut. 

Selain itu, ada isu tapering off yang akan dimulai Bank Sentral AS pada November 2021 serta percepatan kenaikan suku bunga acuan di AS pada 2022. Sentimen tersebut menambah hambar selera investor di pasar pendapatan tetap. 

“Isu tersebut membawa kekhawatiran para pelaku pasar di pasar obligasi dan berpotensi pengalihan portofolio ke instrumen yang lebih berisiko yang dinilai lebih memberikan imbal hasil lebih tinggi,” tulis Infovesta.

 


Reksa Dana Pendapat Tetap Menarik

Meski kinerja reksa dana pendapatan tetap tengah tertekan, namun Pinnacle Persada Investama optimistis prospek instrumen reksa dana itu tetap masih menarik hingga akhir tahun.

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama, Guntur Putra, mengungkapkan salah satu sentimen positif yang akan menjadi katalis perbaikan performa reksa dana pendapatan tetap yaitu penanganan kasus Covid-19. Dia menilai penanganan pandemi di Tanah Air jauh lebih baik dibandingkan negara tetangga. 

Hal itu juga mempengaruhi perbaikan data ekonomi di Indonesia. Pasalnya, penurunan kasus diikuti oleh pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat dan kota-kota di Indonesia mulai membuka daerahnya untuk para pendatang.

Hal tersebut, menurut Guntur, berimbas positif terhadap penguatan harga obligasi korporasi maupun pemerintah alias surat utang negara (SUN). “Kami melihatnya prospek reksadana pendapatan tetap, tetap menarik,” ungkap Guntur kepada Bisnis, Senin (11/10/2021).  

Pada kuartal III/2021 sendiri, Guntur mengungkapkan kinerja reksa dana pendapatan tetap cenderung membaik. Meski terdapat sedikit volatilitas pada awal kuartal III karena adanya ketidak pastian akan arah tapering off oleh Federal Reserve.  

Selain itu, lanjut Guntur, terdapat keraguan dari investor akan rencana pemerintah dan Bank Indonesia yang tetap akan melakukan burden sharing untuk pembiayaan defisit fiskal.  Namun pada akhir kuartal III, dia mengatakan keadaaan cenderung membaik seiring dengan kejelasan dari The Fed mengenai tapering off.

Ditambah dengan perbaikan ekonomi nasional. Menurut Guntur, hal tersebut juga berimbas pada penguatan nilai tukar rupiah. Katalis perbaikan di akhir kuartal ketiga tersebut yang kemudian berimbas positif terhadap performa reksa dana pendapatan tetap.  

Berdasarkan data Infovesta, selama sepanjang tahun hingga 1 Oktober 2021, kinerja reksa dana pendapatan tetap masih mencatatkan positif dengan tumbuh 1,47 persen year to date (ytd).  Sementara itu, dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana pendapatan tetap juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Selain itu sepanjang tahun ini, produk reksa dana tersebut mengambil porsi terbanyak dana kelolaan.  Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, per September 2021, AUM reksa dana pendapatan tetap mengambil porsi 27,60% AUM reksa dana keseluruhan sebanyak Rp152,26 triliun yang merupakan persentase terbesar.  

Jika diibandingkan dengan tahun sebelumnya, AUM reksa dana pendapatan tetap telah tumbuh sebesar 27,58%. Adapun dana kelolaan reksa dana pendapatan tetap pada September 2020 sebesar Rp119,47 triliun.  

 

Adapun dana kelolaan secara keseluruhan mengalami kenaikan pada akhir September lalu. Berdasarkan data OJK yang dikutip pada Minggu (10/10/2021), dana kelolaan reksa dana produk reksa dana secara industri per 30 September 2021 ada di posisi Rp551,76 triliun.

Realisasi tersebut naik 1,69% bila dibandingkan dengan catatan per akhir Agustus 2021 sebanyak Rp542,54 triliun. Meski begitu, AUM reksa dana masih terkoreksi 3,41% dari posisi Januari 2021 sebesar Rp571,26 triliun. 

Hasil tersebut sekaligus membuat jumlah dana kelolaan reksa dana terus bertumbuh sepanjang kuartal III/2021 lalu. Pada Juli - September 2021, jumlah AUM reksa dana masing-masing sebesar Rp538,27 triliun, Rp542,54 triliun, dan Rp551,76 triliun. 

Di tengah pertumbuhan tersebut, reksa dana saham juga mencatatkan kinerja yang sejalan dengan industri. Tercatat, dana kelolaan reksa dana saham sebesar Rp129,58 triliun, naik dari posisi akhir Agustus 2021 sebanyak Rp127,52 triliun. 

Kenaikan juga terjadi pada reksa dana terproteksi atau capital protected fund. Tercatat, jumlah dana kelolaan reksa dana terproteksi pada akhir September 2021 tumbuh menjadi Rp97,46 triliun dari posisi Rp93,73 triliun.

Sedangkan dana kelolaan reksa dana berbasis obligasi atau fixed income fund tercatat naik dari Rp149,2 triliun pada akhir Agustus 2021 menjadi Rp152,26 triliun. Di sisi lain, penurunan terjadi pada dana kelolaan reksa dana pasar uang menjadi Rp104,01 triliun dari sebelumnya Rp105,98 triliun.

Adapun, reksa dana campuran atau mixed asset fund juga mencatatkan kenaikan dana kelolaan dari Rp25,19 triliun menjadi Rp25,92 triliun. Pelonggaran PPKM yang diberlakukan pemerintah menjadi katalis utama peningkatan dana kelolaan reksa dana sepanjang kuartal III/2021.

Head of Market Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, mengatakan pelonggaran PPKM membuat kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan lebih optimal dan efisien. Hal itu berimbas pada performa emiten-emiten yang turut berdampak pada menguatnya IHSG. 

"Pelonggaran ini juga berdampak pada meningkatnya minat masyarakat untuk investasi ke reksa dana," jelasnya. 

Wawan melanjutkan, sentimen pelonggaran PPKM ini masih akan mempengaruhi pertumbuhan dana kelolaan industri reksa dana di sisa tahun 2021. Semakin digenjotnya vaksinasi di Indonesia memunculkan ekspektasi pasar terhadap perbaikan aktivitas ekonomi yang semakin optimal.

Sentimen tersebut turut didukung dengan tren penguatan harga komoditas. Hal tersebut akan menjadi katalis positif bagi perusahaan-perusahaan terkait di sektor tersebut serta bidang terkait lainnya.

Meski demikian, ia mengatakan prospek pertumbuhan dana kelolaan reksa dana juga dibayangi oleh isu negatif. Menurutnya, katalis negatif yang akan diperhatikan pasar yaitu antisipasi kenaikan suku bunga The Fed yang dikabarkan mulai diberlakukan pada tahun depan.

Seiring dengan sentimen tersebut, Wawan memperkirakan reksa dana saham akan menjadi motor utama peningkatan dana kelolaan di sisa tahun ini. Sementara itu, dari sisi jumlah investor, reksa dana pasar uang masih akan menjadi pilihan.

"Peluang pertumbuhannya masih cukup terbuka sampai akhir 2021. Kami perkirakan jumlah dana kelolaan reksa dana pada akhir tahun berada di kisaran Rp560 triliun - Rp570 triliun," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.