Lansia Ternyata Lebih Optimistis daripada Kaum Muda

Sukses datang sedikit lebih mudah bagi lansia karena menguasai berbagai bagian kehidupan, sehingga mereka mulai menjadi lebih optimis saat mencapai usia paruh baya.

Redaksi

31 Okt 2021 - 20.55
A-
A+
Lansia Ternyata Lebih Optimistis daripada Kaum Muda

Ilustrasi orang tua./Reuters

Bisnis, JAKARTA – Para peneliti menilai orang-orang yang sudah lanjut usia lebih optimistis dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

Sebagamana dilansir Express, para peneliti yang menganalisis survei jajak pendapat yang melibatkan lebih dari 30.000 orang di Amerika Serikat dan Belanda, menemukan orang-orang di usia paruh baya cenderung setuju dengan pernyataan seperti 'Saya mengharapkan lebih banyak hal baik terjadi'.

Para ahli percaya bahwa orang tua, yang menghargai keseimbangan dan kepuasan dalam hidup mereka, cenderung lebih fokus pada hal-hal yang lebih bahagia.

Tahun-tahun awal pernikahan bisa membantu perasaan positif tentang masa depan, kecuali untuk orang Jerman.

Profesor William Chopik, salah satu penulis studi dari Michigan State University, mengatakan sebagian alasan para lansia lebih mungkin karena ketika dewasa, mereka menjadi lebih kompeten dalam apa yang mereka lakukan.

Sukses datang sedikit lebih mudah bagi mereka karena menguasai berbagai bagian kehidupan, sehingga mereka mulai menjadi lebih optimis saat mencapai usia paruh baya.

“Selain itu, orang paruh baya mungkin mulai kurang fokus untuk maju dalam hidup dan malah memperhatikan hal-hal yang membuat mereka bahagia," ujarnya.

Namun, di Amerika Serikat dan Belanda, optimisme mulai menurun setelah 60 tahun. Profesor Chopik menambahkan ini mungkin terkait dengan kesehatan dan pandangan umum orang tentang bertambahnya usia.

Rilis penelitian tersebut bertepatan dengan berita bahwa penanganan diabetes di usia paruh baya dapat membantu menangkal penyakit Alzheimer. Tahun demi tahun, angka terus meningkat. Pada hitungan terakhir, satu dari 10 warga Inggris berusia lebih dari 40 tahun hidup dengan diagnosis.

Kondisi itu menyumbang 10% persen dari anggaran tahunan Layanan Kesehatan Nasional. Para ilmuwan sekarang percaya bahwa serentetan masalah mematikan yang menyebabkan diabetes tipe 2, yang disebabkan oleh terlalu banyak lemak tubuh, juga dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.

Begitu kuatnya hubungan antara kedua penyakit tersebut sehingga beberapa orang menggambarkan penyakit otak yang tidak dapat disembuhkan sebagai 'diabetes tipe 3'. (Desyinta Nuraini)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.