Mencabut Nyawa Jaringan 3G di Indonesia

Agresivitas pemadaman jaringan 3G harus dimulai dari daerah dengan lalu lintas data terendah itu agar tidak ada pelanggan yang dirugikan.

Leo Dwi Jatmiko

4 Okt 2021 - 14.50
A-
A+
Mencabut Nyawa Jaringan 3G di Indonesia

Petugas Telkomsel meninjau peningkatan kapasitas jaringan di salah satu BTS di Sumatra Bagian Selatan./istimewa

Bisnis, JAKARTA — Operator-operator seluler terus kian agresif memadamkan menara pemancar berspesifikasi 3G pada tahun ini, khususnya di kawasan-kawasan dengan lalu lintas data rendah, guna menghindari risiko kerugian pada pelanggan.

PT XL Axiata Tbk., misalnya, sejak tahun lalu mengeklaim telah menyadari bahwa frekuensi 3G perlu dipangkas perlahan agar jaringan 4G dapat berfungsi optimal. 

Group Head Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih mengatakan perseroan  secara agresif terus mendorong pelanggan untuk beralih menggunakan layanan 4G. Secara teknologi, 4G memang lebih efisien dibandingkan dengan 3G. 

Secara bertahap, ujar Ayu, perusahaan telekomunikasi berkode saham EXCL memulai proses penataan teknologi dengan mengalihkan base transceiver station (BTS) 3G ke 4G di sejumlah titik.

Proyek pilot pun telah dilakukan sejak Mei 2020 di 6 kota untuk memastikan pengalaman pelanggan tetap terjaga. 

“Proses penataan teknologi ini sudah kami lakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kondisi pada masing-masing area,” kata Ayu kepada Bisnis, akhir pekan lalu. 

Di samping itu, tutur Ayu, EXCL turut melakukan beberapa inisiatif, seperti kampanye edukasi penggantian kartu SIM 3G menjadi USIM dengan bonus kuota 4G bagi pelanggan tertentu yang melakukan penggantian kartu SIM.

Ada pula inisiatif komersial untuk migrasi gawai 3G dengan memberikan bonus kuota 4G. 

Ayu menambahkan perseroan terus memastikan seluruh lalu lintas data dapat berpindah ke jaringan long-term evolution (LTE) sehingga pengalaman pelanggan dapat tetap terjaga bahkan ditingkatkan.  

Sementara itu, untuk lalu lintas suara, selain masih menyediakan layanan suara tradisional (2G), XL juga telah menyiapkan jaringan suara berbasis LTE atau voice over LTE (VoLTE). 

“VoLTE XL saat ini sudah menjangkau 227 kota dan secara bertahap diperluas untuk menjangkau seluruh pelanggan XL Axiata,” kata Ayu. 

Sekadar informasi, pada kuartal II/2021 tercatat EXCL mengoperasikan 156.079 BTS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 52.534 BTS atau sekitar 33,65% merupakan BTS 3G. 

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah BTS 3G XL telah berkurang 1.512 BTS.

Selain oleh EXCL, langkah pemadaman BTS 3G juga dilakukan oleh PT Indosat Tbk.

Sebagai bagian dari strategi mengejar profit (turnaround strategy), perusahaan telekomunikasi berkode saham ISAT terus mengebut penggelaran jaringan 4G dan memangkas jaringan 3G. Hal itu tersebut bakal terus dilakukan pada tahun depan. 

Senior Vice President Corporate Communications  Indosat Steve Saerang mengatakan ISAT berkomitmen memberikan pengalaman telekomunikasi digital terbaik bagi pelanggannya. Salah satu caranya adalah dengan mengebut penggelaran 4G dan mengurangi jaringan 3G. 

“Kami akan melanjutkan turnaround strategy dengan menghadirkan layanan 4G untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia,” kata Steve kepada Bisnis, Minggu (3/10/2021). 

Indosat, kata Steve, meyakini meningkatnya kesiapan ekosistem digital akan mempercepat adaptasi dari pelanggan terhadap teknologi yang lebih baru. 

Indosat terus melakukan edukasi kepada pelanggan yang masih terhubung dengan 3G, mengenai manfaat yang akan dinikmati dengan berpindah ke layanan 4G.

Tidak hanya itu seiring dengan perkembangan tren penggunaan ponsel pintar dan hadirnya teknologi 5G, Indosat juga akan mendorong pelanggan untuk memaksimalkan layanan 4G yang jauh lebih unggul. 

“Upaya itu dilakukan sambil tetap menjaga kualitas layanan yang ada,” kata Steve. 

Sekadar informasi, pada kuartal II/2021 Indosat tercatat mengoperasikan 132.386 BTS. Dari jumlah tersebut sebanyak 26,48% atau sekitar 35.068 BTS, bergerak menggunakan teknologi 3G. 

Dibandingkan dengan kuartal II/2020, jumlah BTS 3G ISAT telah berkurang sekitar 10.300 BTS 3G. Sementara itu, untuk BTS 4G bertambah 15.983 BTS secara tahunan pada kuartal II/2021.

PETAKAN LOKASI

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan operator seluler semestinya memiliki kemampuan untuk mengetahui lokasi dengan jaringan 3G paling rendah. 

Menurut Ian, pemadaman jaringan 3G harus dimulai dari daerah dengan lalu lintas data terendah itu agar tidak ada pelanggan yang dirugikan.

“Jadi sebenarnya pelanggan tidak dirugikan karena tidak ada operator yang  mau pelanggannya kabur,” kata Ian. 

Ian berpandangan, dalam memadamkan jaringan 3G, operator seluler tidak memiliki kendala. Tantangan berada pada penjual ponsel yang masih memiliki ponsel 2G/3G untuk dijual. Saat ponsel tersebut terjual, tentu tidak bisa terhubung dengan jaringan 3G. 

Adapun, bagi pelanggan yang masih menggunakan jaringan 3G, operator memiliki opsi untuk bekerja sama dengan vendor menukar ponsel 3G dengan 4G. 

“Sebagai program customer loyality menyediakan tukar tambah ke ponsel 4G bagi pelanggan pemilik perangkat 3G,” kata Ian. 

Sebelumnya, Opensignal—perusahaan swasta yang fokus pada pemetaan jaringan nirkabel— mengungkapkan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) telah mengalihkan sebagian spektrum frekuensi di pita 2,1 GHz dari 3G ke 4G. 

Peneliti Opensignal Hardik Khatri mengatakan Telkomsel dahulunya mengandalkan tiga saluran downlink 5 MHz di Band 1 (pita 2100 MHz) untuk menyediakan layanan 3G di 40 kota terbesar di Indonesia. 

Hanya saja, dalam 8 bulan terakhir 2021, Telkomsel mengatur ulang sebagian spektrum tersebut untuk meningkatkan kapasitas jaringan 4Gnya. 

Telkomsel menyisakan satu saluran downlink 5 MHz saja untuk 3G, dari sebelumnya tiga saluran.

“Pada awal tahun, operator telah memperbarui dua dari tiga saluran downlink 5 MHz dari 3G ke 4G di 10 kota,” kata Hardik. 

Adapun 10 kota yang dimaksud adalah Kota Bandung, Kota Tangerang, Kota Sukabumi, Kota Malang, Semarang, Surakarta, Palembang, Denpasar, Mataram dan Kota Yogyakarta. 

Lebih lanjut, pada akhir Agustus 2021, Telkomsel melakukan repurpose 10 MHz (2x5 MHz) di 35 dari 40 kota termasuk ibu kota Jakarta, Balikpapan, Tasikmalaya, Ambon, dan Kota Jayapura Papua. 

Kemudian di Medan, Makassar, Palangka Raya dan Tarakan. Kota Gorontalo adalah satu-satunya pengecualian, Telkomsel tetap menggunakan spektrum sebesar 15 MHz pada pita 2100 MH untuk 3G. 

Kegiatan itu dinilai membuat kualitas jaringan 4G Telkomsel makin baik. 

PERANGKAT IOT

Pada perkembangan lain, perangkat elektronik dan perangkat internet untuk segala atau internet of things (IoT) diperkirakan tetap dapat beroperasi tanpa jaringan 3G. 

Keduanya hanya butuh bandwidth kecil untuk dapat bergerak sehingga dapat menggunakan jaringan 2G.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti) Teguh Prasetya mengatakan selama ada masih ada jaringan generasi kedua di suatu wilayah, masih dapat beroperasi. 

Perangkat IoT—seperti modem untuk pengaturan armada dan perangkat electronic data capture (EDC)—dapat berjalan dengan jaringan 2G, jika jaringan 3G di suatu wilayah menghilang.  

“IoT tidak butuh bandwidth besar, hanya Kbps. Datanya juga kecil-kecil sekali kirim,” kata Teguh. 

Teguh menambahkan 3G secara teknologi juga sudah lewat masanya. Dengan memadamkan 3G, operator dapat lebih menghemat pemanfaatan spektrum frekuensi. 

Teguh juga memperkirakan tidak butuh waktu lama bagi operator untuk memadamkan seluruh titik jaringan 3G. Jika operator berniat mematikan 3G, menurutnya, cukup 1  tahun untuk puluhan ribu BTS 3G. 

“Kalau hanya mengganti BTS 3G ke 4G, karena biasanya satu BTS itu sudah multi jaringan ada 2G, 3G dan 4G itu bisa cepat. Apalagi kalau hanya mematikan 3G,” kata Teguh.  

Wakil Ketua Bidang Regulasi Pemerintah Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Joegianto seluruh perangkat yang terhubung dengan telekomunikasi terhubung dengan jaringan 2G,3G atau 4G. Kehadiran 2G lebih dibutuhkan dibandingkan dengan 3G. 

“Dari pengalaman terbaik (Best PracticeCarrier, 3G yang harus dimatikan karena tanggung. Kalau bicara layanan suara kita ada 2G, dan untuk data internet, 4G sebenarnya adalah khusus untuk itu,” kata Joegianto. 

Dia mengatakan saat ini pengembangan jaringan 4G sudah sangat masif di Indonesia. Ibarat anak kecil, jaringan 4G sudah bisa berjalan sendiri. 

Joegianto berpandangan kombinasi jaringan yang paling pas di Indonesia adalah jaringan 2G dan 4G. 

“Kenapa 2G dan 4G? tidak ada satu carrier pun yang berani mematikan 2G. Memang sudah uzur tetapi peta pasar di Indonesia berbeda dengan di luar negeri,” kata Joegianto. 

Sekadar informasi, berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada kuartal III/2019, jumlah BTS 2G di Indonesia telah menjangkau 76.428 desa/kelurahan. Sedangkan, jumlah desa yang tidak terjangkau 2G adalah 6.790 desa/kelurahan.

Sementara itu, jaringan 3G telah menjangkau 67.006 desa/kelurahan. Sebanyak 16.212 desa belum terjangkau 3G. Dibandingkan dengan 4G, jaringan jumlah desa yang belum terjangkau 3G lebih banyak. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.