Mendaki Gunung Rinjani, Manjakan Mata dan Pacu Tekad ke Puncak

Anak-anak muda yang suka mendaki gunung menjadikan Rinjani sebagai salah satu daftar lokasi yang harus dikunjungi. Dengan ketinggian mencapai 3.726 m di atas permukaan laut, Rinjani adalah gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatra.

Saeno

2 Jan 2022 - 20.38
A-
A+
Mendaki Gunung Rinjani, Manjakan Mata dan Pacu Tekad ke Puncak

Lanskap Taman Nasional Gunung Rinjani yang memanjakan mata./rinjaninationalpark.com

Bisnis, JAKARTA - Pernahkah Anda mendaki ke Gunung Rinjani? Anak-anak muda yang suka mendaki gunung menjadikan Rinjani sebagai salah satu daftar lokasi yang harus dikunjungi. Dengan ketinggian mencapai 3.726 m di atas permukaan laut, Rinjani adalah gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatra.

Selain puncaknya yang menantang untuk didaki, Rinjani memiliki kaldera yang dilengkapi danau kawah yang indah dilihat. Kawah Segara Anak (Anak Laut) berada di dalam kaldera Rinjani yang secara keseluruhan memiliki luas 50 km². 

Letusan di dalam kaldera telah membentuk kerucut kecil baru yang disebut Gunung Baru. Segara Anak memiliki sumber air panas alami.

Gunung Rinjani dan gunung-gunung kecil yang mengitarinya membentuk Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Resminya TNGR memiliki luas 41.000 hektare di dalam batas taman dan 66.000 hektar di luar hutan lindung.


Pintu masuk Rinjani dari Senaru/rinjaninationalpark.com


Pada 2008, pemerintah Indonesia mengusulkan kepada UNESCO agar Gunung Rinjani menjadi salah satu geopark resmi dunia. Pada 2018 Gunung Rinjani yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat ditetapkan menjadi geopark dunia oleh UNESCO. 

Hal itu ditetapkan pada sidang Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco), Kamis, 12/4/2018 di Paris. Dengan penetapan UNESCO tersebut, Gunung Rinjani menjadi taman geologi pertama di Indonesia.

Sejarah Letusan Rinjani

Dikutip dari https://www.rinjaninationalpark.com, sejarah letusan tertua Gunung Rinjani terjadi pada 1847. Sebelumnya, kawasan Rinjani merupakan wilayah yang sangat terpencil, sehingga tidak ada catatan terkait masa sebelum letusan pada 1847.

Dari tahun 1994 hingga 1995 tercatat sejumlah aktivitas Gunung Rinjani yang mengakibatkan semakin tumbuhnya kerucut kawah Gunung Baru, sejak berganti nama menjadi Gunung Barujari (Gunung Jari).

Pada 27 April 2009 Gunung Barujari kembali aktif dan berlanjut hingga Mei 2009. Jalur pendakian puncak ditutup pada saat itu karena letusan semakin intensif dengan kepulan asap dan abu setinggi 8.000 m. A Volcanic Explosivity Index (VEI) :2 rating dikeluarkan untuk aktivitas antara Mei dan Desember 2009. 


Air Terjun Benang Kelambu/rinjaninationalpark.com.jpg


Rute pendakian dibuka kembali pada 14 September 2009 tetapi rute turun ke danau kawah masih dianggap tidak aman dan tetap ditutup.

Pada Februari 2010 pengamat di Pos Pengamatan Gunung Rinjani mendeteksi kepulan asap setinggi 100 m dari gunung tersebut. Aktivitas awal tahun 2010 berpusat di Gunung Barujari.

Pada 1 Mei 2010 terlihat gumpalan asap kembali membubung dari Rinjani yang mengeluarkan letusan 1.300 -1.600 meter dengan warna coklat tebal dan tekanan kuat.

Pada 5 Mei 2010 kemungkinan gumpalan abu naik ke ketinggian 5,5 km (18.000 kaki) dan melayang 150 km NW. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan aktivitas intermiten dapat menghasilkan gumpalan abu hingga 1.500 m (5.000 kaki) di atas kaldera.

Kondisi tersebut membuat Tingkat Kewaspadaan Indeks Ledakan Vulkanik dinaikkan menjadi 2 dengan rekomendasi tidak ada aktivitas dalam radius 4 km dari letusan di Gunung Barujari.

Aktivitas Terbaru


Pemandangan Rinjani/nationalpark.com


Rinjani meletus tiga kali lagi pada 23 Mei 2010 dengan aktivitas berlanjut hingga 24 Mei 2010. Menurut badan pemantauan resmi gunung berapi, abu dari Gunung Barujari dilaporkan naik hingga 2 km ke atmosfer dan merusak tanaman. 

Lava mengalir ke danau kaldera , mendorong suhunya naik dari 21°C menjadi 35°C, sementara asap menyebar 12 km. Gunung berapi tidak secara langsung mengancam penduduk desa selama aktivitas letusan apa pun di awal tahun 2010, namun akses ke beberapa bagian Gunung secara resmi ditutup atau dibatasi pada kadang-kadang.

Lanskap Rinjani

Tingkat bawah dan tengah Gunung Rinjani memiliki hutan yang cukup lebat. Di atas garis pohon lereng Rinjani tandus dan curam serta mengandung batuan vulkanik. Pemandangan danau kawah cukup menakjubkan dari tepi kaldera, seperti matahari terbit. Dari puncak mutlak Anda bisa melihat Bali di barat dan Sumbawa di timur.

Tumbuhan dan Hewan

Di lereng elevasi bawah dan tengah Rinjani yang berhutan lebat terdapat spesies tropis yang khas, termasuk spesies yang menempati wilayah transisi Wallacea antara flora Asia Tenggara dan Australasia.Pohon ara terutama terlihat di hutan bawah, seperti Syzigium Jambu raksasa, dengan bonggol dan Engelhardia Bak Bakan yang digantung epifit menjadi menonjol di dataran tinggi.

Hutan Casuarina (cemara) mengambil alih lebih tinggi dan akhirnya ini memberi jalan bagi flora alpine di atas garis pepohonan.

Air terjun Sajang/rinjaninationalpark.com

Lombok terletak di sebelah timur Garis Wallacea, karena itu beberapa spesies burung dengan kesamaan Australasia terlihat jelas, termasuk burung pemakan madu, kakatua, dan burung beo gantung hijau, selain spesies yang berpusat di Barat termasuk burung Manyar dan Cinenen.

Burung-burung tersebut sulit terlihat karena kepadatan hutannya. Meski pun begitu, jika pengunjung sabar dan berlatih menyamar akan banyak spesies yang tergoda keluar dari persembunyian. Syaratnya, Anda punya cukup waktu luang dan memiliki mitra pendakian yang sabar.

Di kawasan Rinjani juga terdapat kera abu-abu ekor panjang (monyet pura Bali) yang sudah dikenal umum sampai ke tepi kawah. Juga terdapat Lutung budeng langka yang menghuni hutan-hutan ini. Suara panggilan kontaknya yang lembut sering memberikan latar belakang yang menenangkan pada kicau burung. Rusa dan kijang (muntjac) lebih sering terdengar daripada terlihat.

Titik Masuk Taman Nasional Gunung Rinjani: Senaru dan Sembalun

TNGR dapat diakses melalui desa Senaru (600 m), di sisi utara gunung yang berlokasi lebih dekat ke area resor utama di pantai barat termasuk Senggigi. Titik masuk ini menjadi lokasi yang paling sering digunakan pendaki. Sedangkan titik masuk lain yang memungkinkan adalah Sembalun Lawang (1.150 m), di sisi timur, yang lebih dekat ke puncak. Kedua desa tersebut dapat diakses dari jalan utama pantai utara.

Untuk masuk ke TNGR setiap orang harus mengeluarkan biaya Rp150.000.

Biaya ini tersebut dibagi sebanyak 13 persen untuk otoritas taman nasional, 62 persen untuk program trekking ekowisata Rinjani (jalur yang sayangnya penuh dengan detritus yang dibuang oleh pemandu dan porter) dan 25 persen untuk pemeliharaan rute perjalanan, dll.

Pemandangan di TNGR

Di Taman Nasional Gunung Rinjani pengunjung dapat menyaksikan Segara Anak, danau kawah dan mata air panas Aik Kalak, di tepi kawah

Pada momen khusus, pengunjung juga dapat menyaksikan Upacara Mulang Pakelem. Upacara Hindu tahunan yang berlangsung di kawah danau ini berasal dari sejarah invasi Lombok abad ke-18 oleh orang Bali dari kerajaan Karangasem. Upacara ini menarik ratusan peserta. Danau ini merupakan danau suci bagi umat Hindu.

Pemandangan ratusan peziarah Hindu berpakaian putih duduk dan berdoa di lokasi ini akan memberikan sensasi tersendiri bagi orang yang melihatnya.

Di TNGR pengunjung juga dapat menyaksikan Gua Susu, salah satu dari tiga gua terkenal yakni Gua Susu, Gua Payung, dan Gua Manik.

Mendaki Rinjani

Gunung Rinjani dapat didaki oleh pengunjung yang memiliki tingkat kebugaran fisik yang tinggi. Penting untuk memahami dan menghormati gunung besar ini. Ada sejumlah kasus pengunjung yang meninggal di sini karena gagal mengikuti prosedur yang masuk akal dan membuat semua persiapan yang diperlukan.

Hanya sedikit pengunjung yang benar-benar mencapai puncak Rinjani, karena membutuhkan semangat yang tinggi dan kemauan keras untuk sampai di titik teratas. Kebanyakan  pengunjung berhenti di tepi kawah (sekitar 2.700 m) menikmati pemandangan danau kawah sangat menakjubkan.

Untuk membuat pendakian ekstra 1.000 m ke puncak dibutuhkan tingkat kebugaran yang lebih tinggi, belum lagi kekuatan semangat dan rasa petualangan. Jadi, kemampuan memacu adrenalin sangat dibutuhkan.

Biasanya, perjalanan ke tepi kawah membutuhkan waktu dua hari satu malam. Pendakian ke puncak membutuhkan  3 - 4 hari, dua atau tiga malam. Perjalanan yang terorganisir sejauh ini merupakan pilihan termudah, teraman dan paling populer.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.