Menyambut Titik Awal Kebangkitan Pariwisata Bali

Pulau Dewata sejatinya sudah siap menerima kunjungan wisatawan mancanegara. Namun, hal tersebut tidak serta merta membuat wisatawan mancanegara akan langsung berdatangan.

Ni Putu Eka Wiratmini

14 Okt 2021 - 19.49
A-
A+
Menyambut Titik Awal Kebangkitan Pariwisata Bali

Penumpang pesawat tiba di kawasan Terminal Domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Jumat (12/3/2021). /ANTARA

Bisnis, DENPASAR — Provinsi Bali secara resmi telah dibuka untuk wisatawan mancanegara, kendati situasi pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Namun, butuh waktu paling tidak 1 bulan agar sektor pariwisata di Pulau Dewata itu kembali menggeliat.

Pada Kamis (14/10/2021) pintu penerbangan internasional di Bali telah dibuka kembali dan siap menerima kedatangan wisatawan mancanegara.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengatakan Pulau Dewata sejatinya sudah siap menerima kunjungan wisatawan mancanegara. Namun, hal tersebut tidak serta merta membuat wisatawan mancanegara akan langsung berdatangan.

Dari hasil pembicaraan dengan pelaku usaha yang biasa mendatangkan wisman, imbuhnya, setidaknya dibutuhkan waktu 3 pekan hingga 1 bulan.

“Hari ini dibuka, hasilnya mungkin baru akan terlihat akhir bulan Oktober atau awal tahun depan. Karena mereka membutuhkan waktu untuk sosialisasi, menyiapkan visa dan booking-an. Tapi kalau yang charter flight, bisa jadi akan datang lebih cepat," katanya, Kamis (14/10/2021).

Menurut Wagub yang biasa disapa Cok Ace, ada tiga komponen yang telah mendukung kesiapan Bali untuk menerima kunjungan wisman, yakni pelaku usaha pariwisata, masyarakat, dan pemerintah.

Seperti dikutip dari Antara, dia mengemukakan bahwa pelaku usaha khususnya yang bergerak di industri pariwisata telah melakukan sejumlah persiapan antara lain mengikuti sertifikasi CHSE (cleanliness, health, safety and environment sustainability) atau kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.

Saat ini tercatat 1.576 tempat usaha termasuk Daerah Tujuan Wisata (DTW) telah mengantongi sertifikat CHSE. Selain itu, pelaku usaha di Pulau Dewata juga aktif menyukseskan program pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi yang digencarkan pemerintah.

"Pemerintah menargetkan 10.000 aplikasi pada tempat usaha di Bali. Hingga tanggal 10 Oktober 2021, 9.322 tempat usaha di Bali telah menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai syarat masuk," ujarnya.

Masih terkait dengan kesiapan pelaku usaha, sebanyak 35 hotel juga telah disiapkan sebagai tempat karantina bagi wisman yang baru datang. Selain menyiapkan hotel karantina bagi wisman yang negatif Covid-19 dari hasil pemeriksaan Swab PCR di bandara, pihaknya juga mengantisipasi kemungkinan adanya wisman yang diketahui positif Covid-19 berdasarkan hasil skrining di bandara.

"Kami berharap tak ada yang positif, tapi bagaimanapun tetap harus kita antisipasi. Kalau ada yang positif, kami akan klasifikasi dalam penempatan. Mereka yang tanpa gejala kami siapkan hotel isolasi yang telah tersertifikasi dan terhubung dengan rumah sakit, sedangkan yang bergejala akan langsung dirujuk ke rumah sakit," katanya.

Sementara itu, komponen kedua yakni masyarakat juga sangat antusias menyambut pembukaan Bali bagi wisman. Antusiasme itu ditunjukkan dengan ketaatan dalam penerapan protokol kesehatan yang menjadi syarat dibukanya Bali untuk dunia luar.

Pekerja membersihkan kamar yang akan digunakan sebagai tempat karantina bagi wisatawan mancanegara di Hotel Griya Santrian, Sanur, Denpasar, Bali, Senin (11/10/2021). Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Denpasar menyiapkan 35 hotel untuk karantina yang telah lolos verifikasi dan penambahan sebanyak 20 hotel yang masih proses verifikasi sebagai tempat karantina untuk mengantisipasi lonjakan kedatangan wisatawan. - Antara/Nyoman Hendra Wibowo.

"Kontribusi masyarakat sangat luar biasa. Dari hasil survei, masyarakat Bali paling taat menerapkan prokes, khususnya dalam penggunan masker yaitu mencapai 95%," ujar Cok Ace.

Peran aktif masyarakat juga ditunjukkan dengan dukungan terhadap program vaksinasi. Saat ini, imbuhnya, vaksinasi tahap pertama telah tuntas 99% dan vaksinasi tahap kedua mendekati 84%.

Selain dukungan pelaku usaha dan masyarakat, pemerintah juga mengambil peran dalam menyiapkan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan. "Kami menyiapkan 62 RS rujukan dan 25 laboratorium yang siap melayani jika dibutuhkan," ucapnya.

Meskipun kedatangan wisman belum langsung terlihat ketika Bali dibuka, Wagub meyakni kebijakan pembukaan wisman ini memberi semangat dan harapan baru bagi pelaku pariwisata di Pulau Dewata.

Senada, pengamat ekonomi pariwisata dari Universitas Warmadewa I Made Suniastha Amerta menilai liburan akhir tahun dapat menjadi titik awal kebangkitan pariwisata Bali, sehingga tahun depan sudah mulai berangsur-angsur pulih. Pada akhirnya, 2 tahun lagi pariwisata Bali diharapkan sudah betul-betul normal kembali.

Untuk saat ini, imbuhnya, kunjungan wisman belum akan ramai. Adanya pemberlakuan syarat prokes yang ketat, seperti calon wisman sudah mendapatkan vaksin penuh khususnya Varian Delta, RT- PCR, dan harus mengikuti karantina selama 5 hari saat kedatangan dengan biaya sendiri, menjadi syarat yang cukup memberatkan.

Hal ini belum termasuk faktor krisis ekonomi dengan indikator adanya penurunan daya beli wisatawan terhadap barang dan jasa pariwisata.

"Belum lagi saat mereka balik dari Bali, mereka juga harus mengikuti prokes di negaranya. Ini beberapa faktor penyebab enggannya calon wisatawan mau datang ke Bali," katanya kepada Bisnis, Kamis (14/10/2021).

Meskipun demikian, kebijakan pemerintah membuka pariwisata internasional yang ditandai dengan pembukaan akses penerbangan langsung internasional per 14 Oktober 2021 dinilai sudah tepat. Apalagi, kebijakan ini sudah ditunggu oleh masyarakat dan berharap pariwisata Bali bisa segera bangkit kembali.

Namun demikian, dia menilai sejumlah kebijakan perlu diperlonggar untuk menarik kunjungan wisman, seperti melakukan promo pariwisata maupun memperpendek waktu karantina.

"Promosi pariwisata memang perlu terus dilakukan dan kebijakan pemerintah perlu dievaluasi sehingga syaratnya lebih ringan. Misalnya, pemberlakuan karantina waktunya bisa diperpendek misalkan 3 hari atau hanya 2 kali 24 jam saja," sebutnya.

Di sisi lain, manajemen hotel karantina di Bali belum memiliki petunjuk teknis yang jelas terkait dengan pembukaan untuk wisman. Selain itu, hotel karantina juga belum mendapatkan kepastian terkait dengan kedatangan wisman.

Griya Santrian yang berlokasi di Sanur Denpasar adalah satu dari 35 hotel di Bali yang ditetapkan menjadi lokasi karantina wisatawan.

Pemilik lini bisnis Santrian Group Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan belum ada wisatawan yang melakukan pemesanan kamar saat pintu masuk bagi wisman dibuka.

Namun, sudah ada beberapa wisatawan dan agen perjalanan yang menghubungi untuk sekadar bertanya terkait dengan pembukaan border internasional Bali. “Wacana buka belum ada turunan teknis yang jelas. Pihak hotel menunggu hal ini,” katanya kepada Bisnis, Rabu (13/10/2021).

Sementara itu, Hilton Bali Resort yang juga merupakan hotel karantina wisatawan menyatakan masih menunggu informasi selanjutnya dari pemerintah terkait dengan kedatangan wisman.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa, belum adanya kepastian kunjungan wisman di Bali karena waktu pengumuman pembukaan border internasional yang mendadak.

Namun, menurutnya, pemerintah telah menyiapkan petunjuk teknis kepada pelaku pariwisata maupun stakeholder terkait. Hal yang bisa dipastikan, pemilihan hotel karantina memang ditentukan oleh wisatawan sebelum keberangkatan. “Sampai saat ini belum ada, karena masalah waktu yang mendadak,” ujar Astawa. (k41/Nurbaiti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.