Pertumbuhan Ekonomi China Melambat, Lebih Buruk dari Perkiraan

Perekonomian China pada kuartal III/2021 tetap tumbuh positif, tetapi paling lambat dalam setahun dan lebih buruk dari perkiraan analis.

M. Syahran W. Lubis

18 Okt 2021 - 20.38
A-
A+
Pertumbuhan Ekonomi China Melambat, Lebih Buruk dari Perkiraan

Pemandangan Beijing, ibu kota China./Reuters

Bisnis, JAKARTA – Ekonomi China tumbuh 4,9% pada kuartal III tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), laju paling lambat dalam setahun dan lebih buruk dari perkiraan analis.

Ini jauh lebih lambat daripada kuartal sebelumnya ketika pertumbuhan hampir 8%, menunjukkan pemulihan melemah. Kekurangan listrik, wabah Covid-19, dan tekanan dari Beijing pada sejumlah industri berdampak pada pebisnis.

Perkembangan ini dapat mengurangi pertumbuhan untuk sisa tahun ini dan tidak boleh diremehkan, kata seorang ahli sebagaimana dilansir BBC pada Senin (18/10/2021).

Ekonomi terbesar kedua di dunia itu menghadapi sejumlah tantangan dalam beberapa bulan terakhir. Pertama, dalam hal pasokan listrik, melonjaknya harga komoditas global memengaruhi biaya bahan baku.

Pertumbuhan Ekonomi China Melambat

Sumber: Biro Statistik Nasional China via BBC

Ini terjadi pada saat yang sama ketika Beijing meningkatkan tekanan pada pemerintah daerah untuk mengurangi emisi karbon mereka sejalan dengan tujuan negara itu untuk menjadi netral karbon pada 2060.

Banyak provinsi menerapkan jatah listrik, menyebabkan pemadaman listrik untuk rumah dan pabrik tutup. Ini bertepatan dengan provinsi penghasil batu bara terbesar di negara itu yang menderita banjir besar. Wilayah Shanxi menghasilkan sekitar 30% batu bara China.

Hujan deras menyebabkan harga batu bara mencapai titik tertinggi baru dan pemerintah mengabaikan pembatasan produksi.

Pemadaman listrik mengganggu banyak industri di dalam negeri, terutama yang menggunakan energi dalam jumlah besar, termasuk produksi semen, serta peleburan baja dan aluminium.

Harga "gerbang pabrik" China—ukuran yang dikenakan produsen kepada pedagang grosir untuk produk—telah merasakan efek ini, tumbuh pada tingkat tercepat sejak pencatatan dimulai 25 tahun lalu.

"Penurunan dalam industri tampaknya akan semakin dalam," kata ekonom senior China Capital Economics Julian Evans-Pritchard, dengan harga batu bara termal masih naik.

Ini terjadi pada saat yang sama dengan sektor properti China menghadapi tekanan yang meningkat untuk mengendalikan utangnya. Contoh yang paling menonjol, China Evergrande Group, berutang lebih dari US$300 miliar dan berada di ambang default.

Pengembang properti lain Fantasia gagal bayar sementara Sinic Holdings telah mendapat peringatan bahwa mereka berisiko menempuh jalan yang sama, memicu kekhawatiran akan masalah yang lebih luas.

"Perlambatan di sektor properti akan memengaruhi aktivitas perusahaan di berbagai bidang seperti kontraktor konstruksi, bahan bangunan, dan perabotan rumah," kata Yue Su dari Economist Intelligence Unit.

Meski demikian, bank sentral China tidak terlalu khawatir tentang risiko penularan masalah utang di Evergrande.

"Kewajiban keuangan Evergrande kurang dari sepertiga dari total kewajibannya, dan krediturnya beragam," kata Zou Lan, direktur di People's Bank of China. "Institusi keuangan individu tak berisiko tinggi terkena Evergrande. Risiko limpahannya pada industri keuangan secara keseluruhan dapat dikendalikan."

Woei Chen Ho, ekonom di United Overseas Bank di Singapura, mengatakan krisis energi dan tindakan keras pada sektor properti berarti bank kemungkinan akan menurunkan perkiraan pertumbuhannya untuk China untuk tahun ini.

"Angkanya sebenarnya jauh lebih lemah dari yang kami duga. Saya pikir pada kuartal keempat akan lebih lambat karena kami akan melihat lebih banyak dampak dari krisis energi."

Dari teknologi besar hingga game dan juga sektor pendidikan, sejumlah perusahaan terbesar China menghadapi pembatasan kebijakan yang ditujukan untuk transformasi sosial.

Pemerintah China telah meluncurkan rencana 5 tahun yang menunjukkan bahwa tindakan keras ini akan berlangsung selama bertahun-tahun.

Sementara reformasi ini ditujukan untuk pertumbuhan jangka panjang, mereka saat ini membebani konsumsi domestik dan investasi, menurut Chaoping Zhu dari JP Morgan Asset Management.

"Kejutan jangka pendek tampaknya tak terelakkan ketika berbagai langkah kebijakan telah diperkenalkan dalam waktu singkat sejak Juli," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.