Ritel Modern Ekspansi Lagi, Ditopang Lini Perabot Rumah Tangga

Setelah mencatatkan tren penutupan gerai secara bertubi-tubi selama pandemi Covid-19, industri ritel modern mulai kembali menunjukkan geliat investasi gerai baru. Salah satu segmen ritel yang paling getol berekspansi adalah perabot dan perkakas rumah tangga.

Iim Fathimah Timorria

4 Okt 2021 - 14.03
A-
A+
Ritel Modern Ekspansi Lagi, Ditopang Lini Perabot Rumah Tangga

Karyawati Ace Hardware tengah menata barang di gerai yang ada di Mal Solo Paragon./JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya

Bisnis, JAKARTA — Denyut ekspansi ritel modern segmen peralatan dan perabotan rumah tangga mulai kembali berdetak, sejalan dengan mulai melonggarnya aktivitas ekonomi masyarakat.

Beberapa perusahaan perdagangan eceran segmen home appliance tercatat mulai merealisasikan pembukaan gerai baru sepanjang September.

Salah satunya adalah gerai IKEA kelolaan PT Hero Supermarket Tbk. Perusahaan resmi membuka 1 gerai baru di Garden City, Jakarta Timur pada 30 September 2021. IKEA Garden City menjadi gerai keempat yang dikelola perusahaan.

“Kami terus fokus pada perkembangan bisnis sesuai dengan strategi yang kami jalankan. IKEA JGC telah dibuka di Jakarta Garden City pada 30 September,” kata Head of Corporate and Consumer Affairs Hero Supermarket Diky Risbianto, akhir pekan lalu.

Sebagaimana diketahui, perusahaan ritel berkode saham HERO memang tengah mengubah fokus bisnis dengan rencana menambah gerai IKEA dan Guardian setelah perusahaan memutuskan untuk menutup permanen operasional Giant.

Ritel sektor peralatan rumah tangga, kesehatan dan kecantikan, serta keperluan sehari-hari untuk masyarakat kelas atas dinilai memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.

Dalam kurun dua tahun, HERO menargetkan dapat menambah empat kali lipat jumlah gerai IKEA dibandingkan dengan 2020, serta membuka sampai 100 gerai Guardian baru hingga akhir 2022.

Sebagai bagian dari fokus baru ini, HERO akan mengubah setidaknya lima gerai Giant menjadi IKEA sehingga dapat menambah aksesibilitas bagi pelanggan.

Perseroan juga tengah mempertimbangkan untuk mengubah gerai Giant lainnya menjadi gerai Hero Supermarket.

Diky mengatakan perusahaan masih menaruh komitmen pada gerai-gerai fisik yang dimiliki HERO Group.

Guna mengikuti perkembangan saat ini, HERO telah memulai pelayanan daring melalui kerja sama dengan berbagai platform dagang-el.

“Contohnya kerja sama dengan Happy Fresh dan GoMart untuk Hero Supermarket, Shopee dan pemesanan online via Whatsapp dan website untuk Guardian, serta layanan online IKEA. Semuanya ini untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada para pelanggan dan masyarakat Indonesia,” kata Diky.

Pembukaan gerai baru juga dilakukan oleh PT Ace Hardware Indonesia Tbk. Sepanjang September, perusahaan berkode saham ACES telah membuka 3 gerai baru sehingga total gerai yang dikelola mencapai 215 unit.

Sekretaris Perusahaan ACES Helen Tanzil mengatakan gerai terbaru dibuka pada 29 September 2021 dan berlokasi di Grand Cakung, Jakarta Timur.

Gerai dengan luas sekitar 2.700 meter persegi itu menjadi gerai kesembilan yang dibuka perusahaan sepanjang 2021. Ekspansi sendiri menjadi salah satu strategi perusahaan untuk menjaga kinerja selain promosi.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan yang tidak diaudit, ACES masih membukukan penyusutan penjualan dan laba pada semester I/2021. Penjualan bersih tercatat turun 7,01% menjadi Rp3,40 triliun pada periode tersebut.

Sementara itu, laba kotor turun dari Rp1,80 triliun pada semester I/2020 menjadi Rp1,65 triliun pada semester I/2021.

Sekadar catatan, ACES menganggarkan Rp100 miliar belanja modal untuk penambahan atau pembukaan gerai baru. Dana capital expenditure (capex) yang telah terserap pada paruh pertama 2021 berjumlah Rp41 miliar.

OPTIMISME PENGUSAHA

Berlanjutnya pembukaan gerai-gerai baru ritel modern dinilai sebagai cerminan optimisme dunia usaha pada kondisi perekonomian. Kehadiran toko fisik baru juga menjadi upaya untuk mengamankan momentum kenaikan konsumsi tahun depan.

“Dengan dibukanya mal dan tempat belanja secara bertahap dengan level, dunia usaha terutama ritel terdampak. Meski masih ada beberapa pembatasan, pengusaha yakin ke depan akan direlaksasi lebih lanjut,” kata  Staf Ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo.

Yongky mengatakan kebijakan selama penanganan pandemi tersebut memberi sentimen bagi pengusaha ritel untuk melanjutkan investasi dan melanjutkan rencana bisnis lama yang tertunda, termasuk membuka gerai baru.

Hal ini sekaligus sebagai persiapan untuk menghadapi akhir tahun dan festive season pada semester I/2022.

“Ekonomi akan jump start pada awal 2022 dan puncaknya pada Lebaran. Namun pelaku usaha harus belajar dari Lebaran 2021 yang saat itu diikuti dengan ledakan Covid-91,” imbuhnya.

Dia juga menuturkan bahwa ekspansi gerai merupakan cara bagi perusahaan untuk terus tumbuh. 

Di sisi lain, potensi konsumsi masyarakat Indonesia cukup besar dengan kehadiran kelas menengahnya.

“Karena itu inovasi produk dan layanan harus naik karena sasarannya akan lebih demanding ke depan,” kata dia.

Dia memberi catatan soal pentingnya digitalisasi yang lebih terukur, tak hanya sebatas aksi reaktif menghadapi pembatasan mobilitas selama pandemi.

“Kebanyakan berpendapat Covid-19 mengubah perilaku konsumen ke digital, tetapi tidak semudah itu. Belanja offline tetap akan dipilih karena mereka tidak diberikan kemudahan dari adopsi digital. Karena itu inovasi di toko fisik tidak bisa dikesampingkan,” katanya.

Menurut catatan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), pada tahun kedua pandemi Covid-19 di Indonesia, diperkirakan lebih dari 1.500 gerai ritel modern tutup secara permanen. 

Ketua Umum Aprindo Roy Mandey sebelumnya mengatakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi batu sandungan bagi ritel modern yang perlahan mulai memperbaiki kinerja setelah tertekan pada 2020.

Dia mengatakan pada tahun terdapat sekitar 1.300 ritel modern yang mencakup toko swalayan, toko kelontong (minimarket), hypermarket, dan toserba (department store) yang menutup operasional.

“Tahun lalu, sekitar 1.300 toko yang tutup. Sementara itu, pada tiga bulan pertama ada 88 gerai yang tutup. Jika ditambah dengan dua bulan di kuartal selanjutnya kami perkirakan total bertambah 200 sepanjang 2021,” ujar Roy.

Roy mengatakan kerugian dari penutupan gerai bisa sangat signifikan jika merujuk pada nilai investasi pada setiap gerai.

Dia menjabarkana bahwa rata-rata nilai investasi untuk satu gerai toko kelontong berada di kisaran Rp400 juta—Rp500 juta.

Sementara itu, untuk supermarket dan hypermarket berada di kisaran Rp20 miliar—Rp35 miliar yang mencakup gedung dan barang yang diperdagangkan.

“Pasar ritel modern Indonesia sejatinya sangat besar. Kalau sampai terdampak, begitu besar multiplier effect-nya. Jika ritel mati, mau di kemanakan produk makanan minuman yang dihasilkan industri?” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.