Setumpuk PR Pemerintah Menuju Kancah Kendaraan Listrik Global

Selain beberapa pabrikan yang sudah berkomitmen untuk berinvestasi di kendaraan listrik, Indonesia juga telah menyiapkan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai perusahaan konsorsium yang akan memproduksi baterai kendaraan listrik di Tanah Air.

M. Richard

17 Sep 2021 - 14.57
A-
A+
Setumpuk PR Pemerintah Menuju Kancah Kendaraan Listrik Global

Bisnis, JAKARTA — Era kendaraan listrik di Tanah Air makin menunjukkan arah yang jelas. Kendati populasinya masih sangat minim, Indonesia terus berupaya ‘memantaskan diri’ sebagai pemain dalam ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir secara terintegrasi.

Selain beberapa pabrikan yang sudah berkomitmen untuk berinvestasi di kendaraan listrik, Indonesia juga telah menyiapkan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai perusahaan konsorsium yang akan memproduksi baterai kendaraan listrik di Tanah Air.

Terdiri atas holding pertambangan MIND ID melalui PT Aneka Tambang Tbk., PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), IBC akan menggarap proyek pembuatan baterai kendaraan bermotor listrik terintegrasi, mulai dari hulu sampai ke hilir.

Sejak akhir 2019, Indonesia mengumumkan ambisi untuk menjadi pemain penting dalam rantai pasok kendaraan listrik global.

Namun, peneliti pada Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman berpendapat bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif masih memiliki setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk mewujudkan ambisi tersebut. 

Indonesia menargetkan produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia bisa mencapai 140GWh pada 2030. Hal ini didukung oleh status Indonesia sebagai negara penghasil nikel terbesar atau berkontribusi sebanyak 27% secara global. 

Ferdy mengatakan bahwa Presiden Jokowi boleh berbesar hati karena sudah meresmikan ground breaking pabrik baterai untuk bahan baku pembangunan mobil listrik di Karawang, Jawa Barat. Fasilitas produksi ini merupakan hasil kerja sama perusahaan Korea Selatan Hyundai dan LG yang bergandengan dengan Indonesia Battery Corporation (IBC). 

"Kita tentu mengapresiasi karena BUMN tambang dan PLN terlibat langsung dalam ekosistem pembuatan mobil listrik mulai dari hulu atau biji nikel, hilir atau pabrik litium, sampai kelistrikan. Artinya BUMN ikut andil dalam proyek strategis mobil listrik yang sudah menjadi paradigma baru dunia sekarang ini," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Jumat (17/9/2021).

Namun perlu menjadi catatan pemerintah bahwa peta industri nikel nasional bergeser dengan cepat dalam waktu 4 tahun terakhir. Pada 2014, produksi nikel masih dikuasai PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) sebesar 25%, Antam 19%, dan perusahaan lainnya 3%.

Namun pada 2021, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menguasai 50% produksi hilir nikel, INCO berkurang 22%, ANTM hanya 7%, dan PT Virtue Dragon Nickel Industry mengontrol 11%. Artinya, hampir 70% tambang nikel dikendalikan oleh asing.  

IMIP adalah perusahaan patungan antara Tsangshan Steel Holding asal China (66,25%) dan perusahaan lokal PT Bintang8 Mineral (33,75%).

IMIP telah membangun smelter feronikel pertama melalui PT Sulawesi Mining Investment di Bahodopi, Sulawesi Tengah dengan kapasitas 300.000 ton per tahun. Smelter kedua dibangun PT Indonesia Guang Ching untuk memproduksi 600.000 ton feronikel per tahun.

Di sisi lain, Antam hanya memiliki smelter feronikel di Pomala, Sulawesi Tenggara dengan kapasitas produksi 27.000 ton per tahun. ANTM saat ini tengah berharap penyelesaian pabrik feronikel di Halmahera Timur dengan kapasitas 13.000 ton per tahun. "Jadi, hampir 70% tambang nikel dikontrol asing," kata Ferdy.

Sebagaimana diketahui, Antam memiliki cadangan nikel sebanyak 1.362 miliar ton, produksi feronikel ANTM diprediksi mencapai 26,000 ton dan produksi bijih nikel mencapai 8,44 juta wet metric ton (wmt ).

Prospek IBC juga didukung kebijakan, baik dalam negeri maupun dunia. Di level global, Amerika Serikat di bawah Presiden terpilih Joe Biden akan menyediakan dana triliunan dolar untuk infrastruktur mobil listrik.

Sementara itu, China menargetkan penjualan mobil listrik mencapai 350.000 unit pada 2025 dan Eropa menargetkan 300.000 unit mobil listrik pada 2030.

Di tingkat nasional, Presiden Jokowi telah meneken PP No.55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

Penutupan ekspor nikel dan kewajiban membangun smelter juga adalah langkah strategis pemerintah mengamankan pasokan untuk pengembangan mobil listrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.