Titik Terang, AS-China Intensifkan Koordinasi Kebijakan Ekonomi

Nada China terdengar lebih positif daripada panggilan pertamanya, menandakan adanya perbaikan hubungan. Beijing menyatakan panggilan telepon tersebut berlangsung secara pragmatis, jujur, dan konstruktif.

Nindya Nabila

26 Okt 2021 - 20.04
A-
A+
Titik Terang, AS-China Intensifkan Koordinasi Kebijakan Ekonomi

Bendera AS dan China berkibar berdampingan di luar kawasan perdagangan bebas dan logistik Waigaoqiao China (Shanghai) Pilot Free Trade Zone di Shanghai, China, Selasa (22/10/2013)./Bloomberg

Bisnis, JAKARTA - Amerika Serikat dan China berkomitmen saling memperkuat komunikasi dan koordinasi tentang kebijakan ekonomi makro selama pemulihan dari pandemi Covid-19.

Kesepakatan itu terungkap dalam panggilan telepon antara Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen.

Dikutip Bisnis.com dari Bloomberg, Selasa (26/10/2021), nada China terdengar lebih positif daripada panggilan pertamanya, menandakan adanya perbaikan hubungan. Beijing menyatakan panggilan telepon tersebut berlangsung secara pragmatis, jujur, dan konstruktif.

China sekali lagi menyatakan pandangannya tentang tarif dan sanksi AS serta perlakuan terhadap perusahaan asal China.

China telah berulang kali mengatakan bahwa AS seharusnya menghapus tarif ekspor China yang diberlakukan sejak rezim Presiden Donald Trump. Selain itu, China juga mengungkapkan keberatan soal sanksi AS terhadap perusahaan seperti Huawei Technologies Co.

Kendati masih ada ketegangan, terdapat kemajuan dalam hubungan dua negara belakangan ini yang juga diikuti dengan pembebasan eksekutif Huawei untuk menghilangkan salah satu sumber gesekan kedua negara.

Washington dan Beijing juga tengah menjalin kembali komunikasi yang terputus selama beberapa tahun dari berbagai permasalahan perdagangan hingga Taiwan, serta asal-usul virus corona di bawah pemerintahan Trump.

Panggilan tersebut merupakan kali kedua bagi Liu dan Yellen sejak Presiden Joe Biden dilantik. Panggilan telepon pertama mereka pada Juni membicarakan bagaimana mendukung keberlanjutan pemulihan ekonomi yang kuat dan kerja sama di wilayah yang menjadi kepentingan bagi AS, dan masalah lainnya.

Kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan, tetapi tidak ada perincian lebih lanjut.

Sementara itu, dilansir South China Morning Post, Washington menyatakan kedua negara membahas perkembangan makroekonomi dan keuangan AS dan China, juga mengakui perkembangan kedua ekonomi memiliki implikasi penting bagi ekonomi global.

Yellen juga dengan terus terang mengangkat masalah yang menjadi perhatian dan menantikan dialog pada masa mendatang dengan Liu.

Hubungan perdagangan China dan AS kembali menjadi sorotan setelah awal bulan ini Perwakilan Dagang AS (USTR) Katherine Tai dalam pembicaraannya dengan Liu mengatakan akan menekan China untuk memenuhi komitmennya pada perjanjian perdagangan 2020. Tai juga telah menyampaikan kepada Liu melalui pertemuan virtual pada 8 Oktober tentang kebijakan dan praktik nonpasar China yang merugikan pekerja dan petani Amerika serta bisnis mereka. 

Raksasa energi milik negara China Sinopec dan anak perusahaannya baru-baru ini menandatangani tiga kesepakatan gas alam cair (LNG) jangka panjang dengan eksportir AS Venture Global LNG.

DI BAWAH TARGET

Namun, pada akhir Agustus, pembelian barang-barang AS oleh China masih kurang 30% dari komitmen yang harus dipenuhi tahun ini di bawah kesepakatan perdagangan (trade deal) fase satu yang ditandatangani kedua belah pihak pada 2019, menurut laporan. oleh Peterson Institute for International Economics.

Alhasil, surplus perdagangan China dengan AS melebar menjadi US$42 miliar pada September dari US$37,7 miliar pada Agustus. Impor dari AS naik 17% menjadi US$15,4 miliar pada September, sedangkan ekspor naik 31% menjadi US$57,4 miliar, menurut data bea cukai China.

Kesepakatan fase satu akan berakhir 31 Desember, sebelum Biden dan Presiden China Xi Jinping diperkirakan mengadakan pertemuan virtual.

“Peluangnya kecil untuk menyelesaikan target impor dari kesepakatan perdagangan fase satu,” tulis seorang analis China International Capital Corporation, bank investasi terbesar di negara itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Sri Mas Sari

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.