Free

Transformasi Digital Ekosistem Startup Segarkan Industri Cloud

Selama ini rata-rata pertumbuhan pasar komputasi awan di Indonesia dalam 10 tahun terakhir adalah sekitar 30% per tahun. Namun, dengan penetrasi startup dan unikorn yang kian optimal, ke depan bisa lebih dari 30% per tahun.

25 Agt 2021 - 14.20
A-
A+
Transformasi Digital Ekosistem Startup Segarkan Industri Cloud

Ilustrasi penggunaan komputasi awan./istimewa

Bisnis, JAKARTA — Prospek bisnis penyedia layanan komputasi awan diramalkan makin monder. Pesatnya pertumbuhan pasar perusahaan rintisan serta makin tingginya kebutuhan untuk pengembangan aplikasi super dinilai sebagai katalisatornya.

Ketua Asosiasi Cloud dan Hosting Indonesia (ACHI) Rendy Maulana Akbar mengatakan posisi Indonesia sebagai negara produsen perusahaan rintisan (startup) terbanyak di Asia Tenggara menjadi pasar yang ideal untuk pertumbuhan industri komputasi awan (cloud computing). 

Sekadar informasi, menurut catatan Startup Ranking, jumlah startup di Indonesia mencapai 2.219 perusahaan pada 2021.

Adapun, berdasarkan laporan CB Insights, terdapat tujuh perusahaan rintisan yang telah menyandang gelar unikorn di Indonesia, yaitu Gojek, Tokopedia, Bukalapak, J&T Express, Traveloka, OVO, dan OnlinePajak

“Sekarang startup dan unikorn sudah banyak yang menggunakan cloud. Saya perkirakan hampir semua unikorn di Indonesia menggunakan cloud,” katanya, Selasa (24/8/2021).

Lebih lanjut, dia mencontohkan peran komputasi awan bagi industri startup a.l. mendorong pengembangan layanan jasa yang sering digunakan sehari-hari atau membantu penjualan barang konsumer.

Meskipun membutuhkan biaya yang tidak sedikit, penggunaan cloud oleh startup diyakini dapat membantu perusahaan dalam meringankan beban neraca, yaitu mengurangi belanja modal atau capital expenditure (capex) menjadi belanja operasional atau operational expenditure (opex).

Meski menghabiskan biaya yang tidak sedikit, ujar Rendy, adopsi cloud berpeluang makin murah pada masa depan sejalan dengan tingginya permintaan dari para perintis lokal untuk bisa menjadi perusahaan yang kompetitif.

“Selama ini rata-rata pertumbuhan pasar komputasi awan dalam 10 tahun terakhir sebesar 30% per tahun. Namun, dengan penetrasi startup dan unikorn yang kian optimal, ke depan bisa lebih dari 30%,” ujar Rendy.

Sementara itu, Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) menyebutkan pada 2021 komputasi awan telah diadopsi oleh sekitar 90% perusahaan rintisan di Indonesia.

Sekretaris Jenderal ACCI Fanky Christian mengatakan perusahaan rintisan makin bergairah mengembangkan layanan aplikasi super (superapp), sehingga berpengaruh pada popularitas layanan komputasi awan yang kian meroket.

Startup yang sudah gunakan cloud mencapai 90% [pada 2021] dibandingkan dengan mereka punya fasilitas pangkalan data pribadi. Sementara itu, untuk unikorn kami menemukan minimal 70% sudah menggunakan layanan awan,” katanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan komputasi awan selalu erat kaitannya dengan kemudahan pengguna. Bahkan, layanan ini tidak terbatas hanya untuk urusan informasi teknologi (IT), tetapi bisnis ragam entitas secara keseluruhan.

Fanky menyebutkan, saat ini keuntungan bagi perusahaan rintisan adalah makin banyaknya pilihan cloud provider, teknologi, fitur serta aplikasi yang ready-to-use di dalam platform komputasi awan.

Bahkan, pertimbangan harga menjadi faktor kedua, serta kemungkinan multicloud menjadi hal yang umum untuk adopsi perusahaan rintisan ke depannya.

Menurut data asosiasi, permintaan untuk komputasi awan di seluruh dunia pada 2021 diproyeksi meningkat 94%.

Hal tersebut didasari oleh terjadinya peningkatan permintaan akibat pandemi Covid-19 sehingga pengguna awan dapat memanfaatkan sistem teknologi tersebut, dengan harapan memangkas biaya dan meningkatkan kinerja.

DUA DIGIT

Di sisi lain, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan perusahaan rintisan menyumbang hingga dua digit terhadap pertumbuhan bisnis komputasi awan di Indonesia setiap tahunnya.

Tingginya permintaan cloud dari pelaku startup dipicu oleh desakan perusahaan rintisan untuk menjadi pelopor transformasi digital ke arah ekonomi digital dan layanan digital.

“Pendorongnya mulai dari kebutuhan layanan pemerintahan, keuangan, pendidikan, kesehatan, asuransi, termasuk juga startup, unikorn dan dekakorn yang memberikan kontribusi pertumbuhan,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan sejak sepuluh tahun terakhir pertumbuhan pasar komputasi awan cukup stabil, yaitu menginjak angka 30% per tahun. “Mulai tahun depan [pasar komputasi awan] berpotensi tumbuh 30%—40%,” ujarnya.

Namun, Heru mengimbau untuk bisa merealisasikan potensi tersebut, pemerintah harus menyelesaikan pekerjaan rumah pembangunan infrastruktur broadband ke daerah yang masih terbatas, serta meratifikasi regulasi perlindungan data pribadi.

President Cisco Asean Naveen Menon sepakat melimpahnya jumlah perusahaan rintisan dan unikorn di Indonesia menjadi alasan banyak raksasa teknologi membangun pangkalan data (data center) dan menyediakan solusi awan.

“Ada banyak unikorn dan superapp seperti Tokopedia dan Gojek. Mereka menghasilkan banyak data. Ini penyumbang besar yang potensinya mendukung pengembangan awan," katanya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan pengelolaan data yang dilakukan unikorn dan startup pada umumnya terus melimpah lantaran layanannya digunakan oleh pelanggan setiap hari.

Sementara itu, Managing Director and Partner BCG Prasanna Santhanam mengatakan ekonomi digital di Indonesia merupakan pasar terbesar untuk layanan public cloud di Asia Tenggara pada 2024.

Berdasarkan laporan The Future of Cloud in Asia Pacific dari Cisco dan BCG, pengeluaran infrastruktur teknologi informasi (TI), serta public cloud Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.

Laporan tersebut menemukan, pertumbuhan majemuk tahunan alias compound annual growth rate (CAGR) atas pengeluaran layanan public cloud di Indonesia mencapai 25%, sedangkan Malaysia hanya mencatat 23% dan Singapura 20%.

Tidak hanya itu, pengeluaran perusahaan di Indonesia untuk teknologi informatika sebesar 13% selama 2020—2024. Angka ini lebih tinggi dibandingkan Malaysia yang hanya menyumbang 10% dan Singapura 8%.

"Layanan public cloud di Indonesia berkembang sangat pesat. Ini menjadi pasar yang sangat menarik," kata Prasanna.

Namun, Global Chief Economist, the Economist Intelligence Unit (EIU) Simon Baptist mengatakan ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi jika menyasar pasar Indonesia yaitu regulasi data.

Menurutnya, investasi infrastruktur data atau cloud di Indonesia akan besar jika didukung regulasi. Adapun, hingga saat ini pemerintah dan DPR masih mengkaji Rancangan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP).

KOLABORASI

Dari sisi pelaku industri komputasi awan, PT Sigma Cipta Caraka (Telkomsigma) menyebutkan akan melakukan kolaborasi dengan lebih dari 150 perusahaan rintisan dan komunitas digital beberapa waktu ke depan.

Direktur Business & Sales Telkomsigma Tanto Suratno mengatakan melalui platform cloud native perusahaan yaitu FLOU Cloud, mereka akan mendukung program inkubasi startup melalui program FLOU Innovation Playground.

“Kami akan mendukung pertumbuhan startup berbasis cloud kepada AMOEBA, Indigo, program HACK Idea, dan berkolaborasi dengan MDI Ventures. Dalam beberapa tahun ke depan kami menargetkankolaborasi dengan lebih dari 150 startup dan berbagai komunitas digital.” 

Lebih lanjut, dia menjelaskan peran komputasi awan ke depannya adalah sebagai fondasi atau infrastruktur TI yang menopang operasi dari ekosistem digital saat ini, menjadi faktor utama yang membuat pasar awan makin diminati.

Ditambah lagi, dengan meningkatnya kebutuhan penyimpanan data menjadikan komputasi awan sebagai alternatif yang lebih efisien dibandingkan penyimpanan data fisik (peripheral).

“Tingginya minat awan sejalan dengan data yang dirilis Gartner terkait proyeksi pertumbuhan awan di Indonesia pada segmen UMKM dan startup yang meningkat 20% pada 2024 dan untuk enterprise meningkat 25% jika dibandingkan dengan lanskap market cloud 2020,” tuturnya.

Alhasil, menurutnya dampak bagi kalangan startup adalah keleluasaan dalam menentukan cloud service provider yang sesuai dengan karakteristik bisnis masing-masing.

 Reporter : Akbar Evandio

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.