Bisnis, JAKARTA —Keputusan pemerintah untuk membatasi harga jual batu bara bagi industri semen menjadi berkah tersendiri bagi saham emiten semen. Sepekan terakhir, kinerja saham sektor ini cukup menggembirakan.
Pemerintah menetapkan harga jual batu bara khusus untuk industri semen dan pupuk sebesar US$90 per metrik ton. Hal ini guna memastikan industri ini tidak kesulitan di tengah harga batu bara global yang akhir-akhir ini cenderung naik gila-gilaan akibat krisis energi global.
Setidaknya harga saham emiten semen menguat dalam sepekan terakhir. Pada periode 1 - 5 Oktober 2021, saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) naik 8,79%, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) naik 7,40%, dan saham PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT) naik 1,95%.
Dilihat dalam sebulan terakhir, apresiasi harga saham semen lebih tinggi lagi yaitu SMGR naik 22,60%, INTP naik 24,82%, dan CMNT naik 10,58%.
Kinerja yang positif ini berkebalikan dibanding kinerja saham emiten semen sepanjang tahun ini atau secara year-to-date (YtD) yang justru masih negatif. Hal ini tidak terlepas dari tekanan bisnis yang masih dirasakan oleh sektor ini di tengah pembatasan mobilitas yang masih terjadi.
Adapun, penetapan harga jual batu bara khusus untuk industri semen akan berpengaruh positif terhadap margin produsen semen. Di tengah kenaikan harga batu bara tahun ini ditambah pengetatan pembatasan sosial pada Juli - Agustus 2021 terbukti kian menekan kinerja emiten semen.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, SMGR ini mengalami penurunan pendapatan sebesar 1,14% secara tahunan menjadi Rp25,33 triliun dari posisi pada akhir kuartal III/2020 senilai Rp25,62 triliun.
Laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga mengalami penurunan sebesar 9,99% menjadi Rp1,38 triliun dari sebelumnya Rp1,54 triliun.
Di sisi lain, CMNT masih mencetak kenaikan penjualan Rp5,88 triliun, naik 16,48% dibandingkan tahun lalu sebesar Rp5,04 triliun. Dengan kinerja tersebut, CMNT mampu mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar Rp333,7 miliar, meroket 6.995% dibandingkan dengan kuartal III/2020 yang hanya sebesar Rp4,7 miliar.
Sementara itu, INTP belum merilis laporan keuangan per September 2021 hingga saat ini.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat harga batu bara untuk industri semen saat pengiriman atau freight on board (FoB) telah naik 60% secara tahunan per Juli 2021. Sebelumnya, ASI memprediksi harga batu bara untuk industri semen akan menjadi dua kali lipat pada akhir tahun ini.
“Hal ini akan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan industri semen, karena harga batu bara adalah sekitar 35–40% dari total biaya produksi,” kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis belum lama ini.
Menteri ESDM Arifin Tasrif telah meneken Keputusan Menteri ESDM Nomor 206.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Harga Jual Batu Bara untuk Pemenuhan Bahan Baku atau Bahan Bakar Industri Semen dan Pupuk di Dalam Negeri pada 22 Oktober 2021.
Beleid itu dibuat guna memberikan kepastian pemenuhan batu bara sebagai bahan bakar industri semen dan pupuk di dalam negeri.
Menteri ESDM telah memutuskan harga jual batu bara untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar industri semen dan pupuk di dalam negeri sebesar US$90 per metrik ton (MT) free on board (FOB) vessel yang didasarkan atas spesifikasi acuan pada kalori 6.322 kcal per kilogram (kg), total moisture 8%, total sulphur 0,8%, dan ash 15%.
Industri semen dan pupuk mulai menikmati penetapan harga jual batu bara US$90 per MT sejak 1 November 2021 sampai dengan 31 Maret 2022 mendatang.