Darurat Revitalisasi Industri Gula, Ini Problem Krusialnya

Rata-rata produktivitas gula Indonesia saat ini hanya berkisar 5 ton per hektare (ha) per tahun.

Iim Fathimah Timorria & Reni Lestari

25 Nov 2021 - 18.43
A-
A+
Darurat Revitalisasi Industri Gula, Ini Problem Krusialnya

Karyawan bekerja di dalam gudang penyimpanan stok gula pasir milik PT Rejoso Manis Indo (RMI) di Blitar, Jawa Timur, Senin (9/3/2020)./ANTARA FOTO-Irfan Anshori

Bisnis, JAKARTA — Peningkatan produktivitas tebu dan kesejahteraan petani menjadi aspek paling mendesak dalam upaya merevitalisasi industri pergulaan nasional. Penyebabnya, kedua isu tersebut merupakan pemicu Indonesia selalu gagal mencapai target swasembada gula.

Dalam kaitan itu, Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding Mohammad Abdul Gani menjabarkan rata-rata produktivitas gula Indonesia saat ini hanya berkisar 5 ton per hektare (ha) per tahun.

Jumlah tersebut hanya sepertiga dari produktivitas pada 1930-an ketika produksi gula menembus 2,9 juta ton. Abdul Gani mengatakan Indonesia menjadi eksportir gula terbesar kedua setelah Kuba dengan luas area hanya sekitar 196.000 ha.

“Dengan luas area saat ini sekitar 400.000 hektare, Indonesia hanya bisa memproduksi sekitar 2 juta ton per tahun. Produktivitas 5 ton per hektare per tahun. Maknanya produktivitas saat ini sepertiga dari produktivitas pada 1930. Sejak 1970-an kita sudah jadi net importer,” kata Abdul Gani dalam webinar Teknologi Off Farm dan IoT dalam Mendukung Kemutakhiran Industri Gula, Kamis (25/11/2021).

Dia mengemukakan ndustri gula nasional, terutama pabrik-pabrik kelolaan PTPN, menghadapi masalah yang kompleks. Permasalahan dia sebut tak hanya pada tataran sisi on farm, tetapi juga off farm yang lantas berdampak pada tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah.

Dia meyakini kunci swasembada gula terletak perbaikan produktivitas tebu petani di Pulau Jawa. Hal tersebut, lanjutnya, menjadi salah satu perhatian utama perusahaan ke depan.

Abdul Gani berpendapat ekosistem gula domestik perlu ditata ulang dengan menempatkan petani tebu sebagai subjek yang harus diberdayakan. Kesejahteraan petani yang membaik bakal diiringi dengan perbaikan produksi.

“Revitalisasi industri gula tidak mungkin dapat tercapai tanpa memperhatikan petani. Revitalisasi gula tanpa memperhatikan petani merupakan kebijakan yang absurd,” kata dia.

PTPN sendiri menargetkan produksi gula perusahaan mencapai 1,8 juta ton pada 2024.  Untuk mewujudkan target tersebut, perusahaan melakukan perluasan lahan tebu dengan  menggandeng PT Perhutani dan pemerintah daerah untuk optimasi lahan.

PRODUKSI DOMESTIK

Di sisi lain, Asosiasi Gula Indonesia (AGI) mencatat produksi gula konsumsi sampai dengan Oktober 2021 telah mencapai 2,35 juta ton.

Sekretaris Eksekutif AGI Dwi Purnomo Putranto optimistis industri dapat mencapai target produksi 2,4 juta ton sepanjang tahun ini.

"[Target] 2,4 juta ton saya kira bisa tercapai, karena sampai Oktober sudah 2,35 juta juta ton, dengan November dan Desember, itu mestinya akan bisa dicapai," kata Dwi.

Sementara itu dari sisi luasan lahan perkebunan tebu juga mengalami peningkatan dari 421.000 hektare pada tahun lalu menjadi 447.000 hektare pada 2021.

Dengan capaian angka tersebut, dia menargetkan pada 2025 Indonesia sudah mencapai swasembada gula konsumsi.

Menurut catatan Kementerian Perindustrian, kebutuhan gula nasional saat ini mencapai 6 juta ton per tahun yang terdiri atas 2,7 hingga 2,9 juta ton gula konsumsi, dan 3 hingga 3,2 juta ton gula industri.

Tahun lalu, produksi gula konsumsi mengalami penurunan menjadi 2,1 juta ton, dari 2019 sebesar 2,2 juta ton.

Sementara itu, tantangan bagi industri gula untuk meningkatkan produktivitasnya yakni pemberdayaan di sisi hulu. Menurutnya, hadirnya pabrik-pabrik baru khususnya di Jawa Timur tidak dibarengi dengan perluasan kapasitas produksi bahan baku tebu.

"Peningkatan produktivitas harus tetap dilakukan karena untuk di Jawa Timur itu hanya sekitar 65 persen [utilisasinya]. Dahulu sekitar 90 persen, tetapi karena terjadi persaingan pengadaan bahan baku dan sempat minat petani turun dalam menanam tebu, akhirnya turun," jelasnya.

Selain itu, usulan yang sudah disampaikan kepada pemerintah adalah pengaturan perwilayahan pabrik gula sehingga tidak terjadi persaingan dalam pengadaan bahan baku tebu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.