Bisnis, JAKARTA – China akan melonggarkan ketentuan kredit untuk mendorong pemulihan ekonominya yang melambat dalam dua kuartal terakhir.
Laporan moneter kuartalan yang dirilis Jumat (19/11/2021) menghapus frasa ‘mengendalikan katup pada pasokan uang’ dan berjanji tidak ‘membanjiri ekonomi dengan stimulus’. Kedua frasa itu ada dalam laporan sebelumnya. Ini memberi sinyal bahwa dukungan kredit akan mengalir lebih banyak dalam beberapa bulan mendatang.
Dikutip Bisnis.com dari Bloomberg, Senin (22/11/2021), ekonom sejumlah bank besar, seperti Citigroup Inc., Nomura Holdings Inc. dan Goldman Sachs Group Inc., mengendus adanya pergeseran perilaku bank sentral China, People's Bank of China (PBOC).
Tim analis Guotai Junan Holdings Ltd., yang dipimpin Qin Han mengatakan bank sentral akan lebih serius mendorong pertumbuhan kredit pada tahun depan.
Ekonom Goldman Sach Hui Shan dan koleganya menilai suku bunga kemungkinan akan tetap, sedangkan Lu dari Nomura mengatakan kemungkinan pengurangan rasio persyaratan cadangan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang.
"Kami memperkirakan Beijing akan segera melonggarkan moneter dan stimulus fiskal secara signifikan untuk melawan tekanan ke bawah yang meningkat," kata Lu.
Pelonggaran kebijakan ini akan menargetkan bisnis kecil dan menengah serta ekonomi hijau. Belum lama ini, China juga telah menyiapkan fasilitas pinjaman kembali senilai 200 miliar yuan atau US$31,35 miliar untuk mendukung peralihan ke energi bersih dari penggunaan batu bara.
Namun, PBOC jmenekankan tidak akan memilih pasar properti untuk menggerakkan pertumbuhan, tetapi akan mempertahankan pertumbuhan yang stabil dan sehat serta melindungi hak konsumen.
Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III/2021 tercatat 4,9 persen (year on year), melambat dari kuartal sebelumnya 7,9 persen (yoy). Padahal, laju produk dometik bruto sempat 18,3 persen (yoy) pada kuartal I/2021 karena pemulihan dari pandemi dan efek basis yang rendah pada kuartal I/2020 akibat wabah Covid-19 di Wuhan.