Menakar Peluang Pamor Reksa Dana Berbasis ESG Memikat Investor

Reksa dana berbasis ESG berpeluang makin banyak setelah indeks baru ESG diterbitkan dalam waktu dekat. Meskipun demikian, pada dasarnya karakter investor Indonesia cenderung lebih menekankan tingkat keuntungan dibandingkan dengan penerapan prinsip khusus dalam investasi.

Ika Fatma Ramadhansari

12 Des 2021 - 19.52
A-
A+
Menakar Peluang Pamor Reksa Dana Berbasis ESG Memikat Investor

Ilustrasi tugas perencana keuangan vs manajer investasi/AARP Magazine

Bisnis, JAKARTA — Tren investasi di Indonesia dinilai masih cenderung berorientasi pada tingkat return yang optimal ketimbang pada prinsip tertentu, seperti environmental, social, and governance (ESG). Namun, minat terhadap investasi yang berbasis prinsip tertentu memiliki prospek yang menjanjikan.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan bahwa di Indonesia aspek return dari indeks masih mengambil peran penting saat berinvestasi, meskipun produk-produk reksa dana maupun ETF berbasis ESG juga cukup populer dipasarkan.

Wawan mengungkapkan bahwa indeks berbasis ESG berisi konstituen saham berkapitalisasi besar atau big caps yang mirip dengan indeks lain yang tidak secara khusus mengedepankan aspek ESG sebagai prinsip utamanya, seperti IDX30 maupun indeks Bisnis-27.

Berdasarkan data BEI, indeks berbasis ESG, SRI-KEHATI dan IDX ESG Leaders misalnya, memasukkan saham emiten perbankan berkapitalisasi besar yaitu BBCA, BBNI, BBRI, dan BMRI. Sementara itu, saham berkapitalisasi besar yang berada pada indeks IDX-30, Bisnis-27, dan SRI-KEHATI sekaligus yaitu saham ASII, KLBF, SMGR, TLKM dan UNTR.

“Karena kalau ESG Indonesia, mirip sekali dengan IDX-30. Sebetulnya big caps-nya secara kinerja itu memang more or less mirip IDX-30 sama Bisnis-27 karena saham pembentuknya itu yang besar mirip-mirip begitu ya,” jelas Wawan.

Lalu untuk tipikal investor Indonesia, ungkap Wawan, mayoritas mengejar return dari indeks-indeks tersebut. Terlepas indeks tersebut berbasis ESG atau tidak, menurutnya sepanjang return-nya menarik maka indeks tersebut akan menarik bagi investor.

Data BEI per Jumat (10/12) menunjukkan indeks SRI-KEHATI mencatatkan kinerja tertinggi dibandingkan dengan indeks IDX-30, Bisnis-27, maupun ESG Leaders. Sementara itu, indeks ESG Leaders mencatatkan kinerja negatif sepanjang tahun.

Indeks SRI-KEHATI, tercatat tumbuh 1,32 persen year-to-date (YtD) hingga 10 Desember lalu, indeks IDX-30 tumbuh 0,97 persen, Bisnis-27 tercatat tumbuh sebanyak 0,63 persen. Namun, untuk indeks ESG Leaders justru mengalami penurunan kinerja hingga 1,22 persen YtD.

“Nah tipikal investor indonesia, itu ya kecuali ada peraturan wajib harus ESG misalnya. Yang dikejar itu return. Jadi, sepanjang return-nya menarik ya akan menarik untuk investor sebagai diversifikasi,” ungkap Wawan.

ESG ini sendiri menurutnya bisa menjadi salah satu strategi yang bisa dipilih investor. Mengingat emiten-emiten yang masuk dalam konstituen indeks berbasis ESG setidaknya telah establish, telah berdiri cukup lama, dan juga mempunyai program tanggung jawab sosial perusahaan alias corporate social responsibility (CSR). Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang telah menuai untung dan sudah besar.

“Investasi itu tidak harus return paling tinggi, yang dicari investor itu memang sesuai kebutuhan... Kalau ternyata ESG bisa memenuhi itu, iya okei bisa pilih ESG,” jelasnya.

Wawan mengungkapkan bahwa produk reksa dana maupun ETF berbasis ESG akan selalu memiliki prospek, asalkan kinerjanya setara dengan indeks-indeks besar lainnya.

Terkait dengan indeks baru berbasis ESG yang akan diterbitkan BEI, Wawan menyatakan kemungkinan isi konstituen indeks tersebut akan mirip dengan indeks-indeks yang telah ada sebelumnya.

PRODUK BARU

PT Panin Asset Management menyampaikan bahwa saat ini memiliki satu produk reksa dana berbasis ESG dan per November 2021 telah mengumpulkan dana kelolaan sebanyak Rp741 miliar.

“Kebetulan baru ada 1 yang mengacu ke Indeks SRI-KEHATI. Karena merupakan reksa dana indeks, kinerjanya kurang lebih sama dengan indeks ETF. Per akhir Nov 2021, sebesar Rp741 miliar,” jelas Rudiyanto, Direktur Panin Asset Management saat dihubungi Bisnis, Jumat (10/12).

Terkait dengan rencana penambahan produk reksa dana maupun ETF berbasis ESG, dirinya mengakui bahwa perusahaan manajemen investasi tersebut belum memiliki rencana dan masih akan fokus dengan produk yang sudah ada.

Rudiyanto menjelaskan, untuk produk reksa dana yang mengikuti indeks yang sudah berbasis ESG, maka otomatis semua investasinya berbasis ESG. Menurutnya, untuk reksa dana yang dikelola secara aktif, ESG menjadi nilai tambah dalam penilaian perusahaan, tapi bukan satu-satunya.

Selain itu, dia juga mengatakan bahwa Panin AM masih memantau terlebih dahulu indeks baru berbasis ESG yang akan diterbitkan Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu Indeks ESG Sector Leaders IDX KEHATI dan Indeks ESG Quality 45 IDX KEHATI pada 20 Desember mendatang.

Sementara itu, PT Pinnacle Persada Investama mengaku tertarik terhadap rencana penerbitan dua indeks teranyar dari BEI tersebut.

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengungkapkan Pinnacle menyambut positif peluncuran indeks baru tersebut dan mengaku terbuka untuk menerbitkan produk ETF atau reksa dana indeks baru berbasis dua indeks baru itu.

“Tentunya peluncuran indeks baru ini sangat menarik sekali dan kami di Pinnacle sangat senang dan antusias dengan BEI yang mulai terus mendukung sustainability investment/finance,” jelas Guntur.

Dia mengaku bahwa Pinnacle terbuka untuk untuk menerbitkan produk ETF atau reksa dana indeks baru dengan menggunakan kedua indeks berbasis ESG yang akan diterbitkan bursa.

Namun, tentunya perusahaan ungkapnya akan meninjau dari sisi metode penerapan indeksnya dan pembentukan atau proses konstruksi indeks tersebut. Selain itu, jelasnya juga akan melihat respon dari pasar dan calon investor terkait indeks baru tersebut.

Sementara itu, saat ini terkait dengan produk berbasis ESG, Pinnacle jelas Guntur baru memiliki 1 ETF berbasis ESG. Di mana produk yang bernama Pinnacle Indonesia ESG ETF dan kebetulan ini merupakan ETF ESG pertama di Indonesia.

Produk tersebut jelas Guntur memiliki strategi aktif dengan pembobotan berdasarkan ESG Metric dan penerapan strategi factor investing. Dia mengaku bahwa kinerja produk tersebut selama ini masih on par dengan strategi yang diterapkan. Dan dana kelolaan produk tersebut di bawah Rp50 miliar.

“ESG telah menjadi bagian dari prioritas dan komitmen kami dalam berinvestasi. Sebagai pioneer di penerapan strategi investasi berbasis ESG di Indonesia, tentu dari awal kami percaya bahwa kedepannya transparansi dan ESG akan menjadi aspek yang sangat-sangat penting dalam berinvestasi,” paparnya.

Guntur juga percaya bahwa berinvestasi terhadap portofolio-portofolio perusahaan yang mengedepankan aspek ESG secara jangka panjang akan membawa nilai positif dan value creation bagi investor maupun pemilik saham.

Lebih lanjut, seiring dengan perkembangan investasi global menurutnya investasi bertema ESG kedepan bukan hanya menjadi prioritas, tetapi akan menjadi keharusan bagi investor untuk melakukan ESG screening yang ketat dalam berinvestasi.

Sebelumnya, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Oktober 2021, terdapat 15 produk reksa dana dan ETF dengan basis ESG.

Adapun total dana kelola atau AUM mencapai Rp3,38 triliun jumlah itu naik berkali lipat dibandingkan dengan realisasi 2017 sebanyak 7 produk dengan dana kelolaan mencapai Rp300 miliar. Sementara itu, berdasarkan data Yayasan Kehati, ada 11 manajer investasi dengan total dana kelolaan Rp2,7 triliun.

“Kami harapkan ada lebih dari 11 manajer investasi yang mengadopsi indeks baru ini,” kata Hasan Fawzi, Direktur Pengembangan BEI.

Hasan mengatakan bahwa sebelum indeks anyar itu diracik, BEI dan Yayasan Kehati telah melakukan diskusi serta rapat dengan para manajer investasi. Menurutnya, permintaan indeks anyar juga berasal dari para pelaku pasar.

Pasalnya, indeks Sri Kehati telah diadopsi oleh banyak manajer investasi sehingga dibutuhkan satu indeks anyar.

Direktur Eksekutif KEHATI Riki Frindos mengatakan penerbitan indeks anyar untuk menjawab kebutuhan pasar tersebut.

“Ada beberapa fund manager berbicara ke kami dan BEI untuk bikin indeks terbaru. Kami akan melakukan sosialisasi juga dengan mereka dalam waktu dekat,” katanya.

Riki menambahkan manajer investasi akan butuh waktu untuk melihat kinerja indeks sebelum mengadopsinya. Dia menambahkan BEI dengan KEHATI akan melakukan review mayor setiap Mei dan review minor setiap November.

Selain itu, ESG Sector Leaders IDX KEHATI akan berisi 48 konstituen yang bisa saja bertambah atau berkurang, Sementara, Indeks ESG Quality 45 IDX KEHATI akan tetap berisi 45 konstituen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.