Perdagangan Bilateral Indonesia - Selandia Baru Naik 37 Persen

Selandia  Baru adalah mitra penting Indonesia di kawasan Pasifik. Kedua negara telah menjalin Kemitraan Komprehensif sejak 2018. Setiap tahun kedua belah pihak melakukan pertemuan tingkat pejabat tinggi (senior official meeting) untuk membahas sejumlah isu terkait hubungan kedua negara dan isu lainn

Saeno

15 Nov 2021 - 13.23
A-
A+
 Perdagangan Bilateral Indonesia - Selandia Baru Naik 37 Persen

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi/Antara-Muhammad Adimaja

Bisnis, JAKARTA - Tren perdagangan bilateral Indonesia - Selandia Baru mengalami kenaikan 37% year-on-year  mencapai US$1,25 miliar. Kerja sama perdagangan tersebut ditargetkan mencapai US$2,8 miliar USD di tahun 2024.

Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Retno L.P Marsudi dalam pernyataan pers bersama Menteri Luar Negeri Selandia Baru  Nanaia Mahuta, Senin (15/11/2021).

Selandia  Baru adalah mitra penting Indonesia di kawasan Pasifik. Kedua negara telah menjalin Kemitraan Komprehensif sejak 2018. Setiap tahun kedua belah pihak melakukan pertemuan tingkat pejabat tinggi (senior official meeting) untuk membahas sejumlah isu terkait hubungan kedua negara dan isu lainnya.

Pertemuan juga digunakan untuk mengevaluasi implementasi Plan of Action for the Indonesia – New Zealand Comprehensive Partnership.

“Kemitraan ini telah menjadi fondasi kuat dalam upaya kedua negara untuk terus meningkatkan kerja sama, termasuk di masa sulit di tengah pandemi Covid-19,” ujar Menlu Retno.

Ditambahkan Menlu Retno bahwa kemitraan ini didasarkan pada azas saling menguntungkan, saling menghormati dan menghormati kedaulatan serta integritas wilayah.

Pertemuan Kesepuluh 

Pertemuan 10th Joint Ministerial Commission antara kedua negara  dipimpin Menlu Retno dan Menlu Mahuta. Pada kesempatan itu Menlu Retno menyampaikan selamat atas keketuaan Selandia Baru pada APEC.

Selama keketuaan tersebut, Indonesia terus aktif berpartisipasi dan menyampaikan masukan.

Menlu Retno juga menekankan pentingnya kedua negara berkolaborasi memajukan kerja sama di Pasifik.

“Saya sampaikan apresiasi atas dukungan Selandia Baru terhadap pelaksanaan Pacific Exposition ke-2 yang berlangsung 27-30 Oktober 2021 yang lalu dan telah dikunjungi oleh 11 ribu orang (kenaikan 50% dibanding Expo pertama di Auckland), dengan transaksi bisnis mencapai US$ 104 juta (kenaikan 48% dari Expo pertama),” ujar Menlu Retno.

Menlu Selandia Baru Nanaia Mahuta./beehive.govt.nz

Terkait kerja sama Pasifik, Menlu Retno menjelaskan bahwa Indonesia memiliki perhatian besar terhadap Pasifik dan negara kepulauan kecil selama keketuaan Indonesia di G20. “Wakil dari Pasifik akan diundang dalam Presidensi G20 Indonesia,” ujarnya.

Selain itu, Menlu Retno menyambut baik peningkatan kerja sama kesehatan yang telah dilakukan selama pandemi. “Sejauh ini, Selandia Baru telah memberikan dukungan pada Indonesia, baik berupa vaksin, ventilator, rapid test, juga dukungan untuk Eijkman Institute,” ujar Menlu Retno.

Dalam konteks kesehatan, Menlu Retno menyampaikan bahwa isu tersebut akan menjadi salah satu prioritas presidensi Indonesia di G20. Dia menyebutkan bahwa kedua negara memiliki posisi yang sama mengenai pentinginya keseteraan akses terhadap vaksin bagi semua negara.

Kerja Sama Perdagangan

Terkait kerja sama percepatan pemulihan ekonomi, Menlu Retno menyebutkan bahwa perdagangan dan investasi selalu menjadi kunci dalam ekonomi.

“Bulan September lalu, tren perdagangan bilateral naik 37 persen year-on-year dan mencapai 1,25 miliar USD. Kerja keras masih diperlukan untuk mencapai target 2,8 miliar USD di tahun 2024,” ujarnya.

Menlu Retno menegaskan pentingnya perdagangan bilateral yang lebih seimbang. Oleh karena itu, Indonesia meminta kepada Selandia Baru untuk dapat membuka akses pasar bagi produk buah-buah tropis Indonesia dan penguatan investasi dan program peningkatan kapasitas di bidang pertanian dan peternakan di Indonesia.

“Saya berharap kerja sama perdagangan seperti ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement dan RCEP dapat dimanfaatkan untuk mendorong perdagangan dan investasi,” ujarnya.

Terkait investasi di bidang energy, Menlu Retno menyebutkan Selandia Baru dapat menjadi mitra di bidang transisi energi. Salah satu kerja sama yang dapat terus dikembangkan adalah di bidang geothermal.

Geothermal/ebtke.esdm.go.id

“Kemitraan di bidang energi telah ditunjukkan antara lain melalui pembangunan Flores Geothermal Island di Nusa Tenggara Timur dan pembangunan pipeline di Maluku dalam kerangka the New Zealand-Maluku Access to Renewable Energy Support (NZMATES),” ujar Menlu Retno.

Indo-Pasifik dan Rohingya

Terkait isu kawasan dan dunia, Menlu Retno menekankan posisi Indonesia yang ingin melihat kawasan Indo-Pasifik sebagai kawasan damai dan sejahtera dengan cara membangun kerja sama yang inklusif.

“Dalam konteks inilah Indonesia menginisiasi Asean Outlook on the IndoPacific [AOIP], dan Indonesia mengajak Selandia Baru untuk bermitra dengan Asean dalam memajukan implementasi 4 prioritas kerja sama, yaitu di bidang maritim, konektivitas, SDGs dan perdagangan-investasi dalam konteks AOIP.”

Kedua pihak juga membahas situasi Myanmar. Menlu Retno kembali menekankan posisi konsisten Indonesia yang memandang penting 5 poin konsensus diimplementasikan.

“Penting demokrasi dikembalikan dalam kehidupan politik Myanmar melalui dialog yang inklusif. Penting pula dunia untuk tetap memperhatikan isu Rohingya yang menjadi semakin sulit diselesaikan didtengah krisis politik Myanmar saat ini,” ujar Menlu.

Pertemuan Sebelumnya

Pertemuan Menlu Retno dan Menlu Mahuta merupakan yang pertama sejak Nanaia Mahuta menjadi menteri luar negeri Selandia Baru. Ini juga menandai kunjungan pertama Mahuta ke luar negeri sebagai Menteri Luar Negeri.

Pada tahun sebelumnya, counterpart Menlu Retno Marsudi adalah Menlu Winston Peters. Keduanya memimpin 9th Joint Ministerial Commission RI – New Zealand pada Rabu (29/7/2020).

Dalam pertemuan tersebut , Menlu Retno menyampaikan apresiasi kepada Selandia Baru sebagai salah satu negara pertama yang telah bekerja sama dengan Indonesia selama pandemi Covid-19, dalam bentuk komitmen senilai NZD 6,12 juta (Rp. 59,4 M), berupa

  1. Peningkatan kualitas layanan tes Covid-19 dengan Eijkman Institute senilai Rp. 6,3 M,
  2. Rp. 48,6 M melalui UNICEF untuk peningkatan layanan komunikasi risiko terhadap komunitas, penyediaan dan distribusi APD dan pencegahan infeksi serta peningkatan kesiapan layanan penting, dan (3) Rp 4.5 M untuk hal lain.

Kedua pihak juga membahas berbagai isu bilateral, seperti komitmen dalam mitigasi pandemi dan pemulihan ekonomi pasca pandemi, pencapaian target perdagangan bilateral sebesar NZD4 miliar (Rp 40 triliun) di tahun 2024, peningkatan akses pasar produk Indonesia, dan penguatan kerja sama dalam kerangka Asean – Australia – New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).

Menlu RI juga menekankan kembali perlunya kerja keras kedua negara untuk mencapai target tersebut dan menciptakan perdagangan yang lebih seimbang.

Selain itu, Menlu Retno menyaampaikan apresiasi atas peningkatan investasi Selandia Baru di Indonesia yang mencapai US$9 juta, di paruh pertama 2020.

Di bidang politik, Indonesia menyampaikan apresiasi atas posisi Selandia Baru yang menghormati integritas wilayah dan kedaulatan Indonesia.

Selain isu bilateral, kedua pihak juga membahas berbagai isu regional dan global yang menjadi kepentingan kedua negara, yaitu situasi di Laut China Selatan, kerja sama di kawasan Pasifik, dukungan Indonesia atas Keketuaan Selandia Baru pada APEC 2021, dan penandatanganan RCEP oleh kedua negara. ​

Pertemuan tersebut menghasilkan Joint Statement yang ditandatangani kedua Menlu, serta Rencana Aksi (Plan of Action) untuk Kemitraan Komprehensif Indonesia – Selandia Baru periode 2020 – 2024. Rencana Aksi akan memetakan berbagai komitmen maupun peluang kerja sama yang dapat memberikan manfaat bagi rakyat kedua negara.

Pertemuan Presiden Jokowi - PM Jacinda Ardern

Presiden Jokowi dan PM Jacinda Ardern/twitter.com @jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern telah membicarakan isu peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara pada pertemuan di Gedung Parlemen, Wellington, Senin (19/3/2018). 

"Hubungan perdagangan bukanlah zero-sum game. Oleh karena itu, mari kita berusaha menyelesaikan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)," kata Presiden Jokowi, seperti dikutip situs Kementerian Keuangan, 21 Maret 2018.

Kedua negara pun telah menargetkan perdagangan sebesar NZD4 miliar di tahun 2024 mendatang. 

Presiden secara khusus mengapresiasi pasar Selandia Baru yang telah menerima komoditas unggulan Indonesia seperti kopi, manggis, dan salak. Indonesia berharap agar komoditas lain seperti mangga, pisang, dan nanas juga dapat diterima di sana. 

Selain itu, Presiden meminta perhatian terhadap ekspor pakan hewan yang berasal dari ampas kelapa sawit agar tidak diganggu dengan hambatan nontarif.

Di sektor pariwisata, Presiden mendorong kerja sama dengan cara meningkatkan konektivitas udara bagi kedua negara. "Saya ingin mendorong peningkatan konektivitas udara untuk meningkatkan jumlah wisatawan dengan penambahan jalur penerbangan Auckland-Bali tahun ini dari 3 kali menjadi 5 kali," ujarnya.

Untuk pengembangan geothermal, Presiden menginginkan kerja sama dapat ditingkatkan menjadi kerja sama investasi.

“Saya harap kerja sama geothermal dapat ditingkatkan menjadi kerja sama investasi dan bukan hanya pelatihan,” ucap Presiden. 

Sementara itu, PM Ardern menyampaikan komitmen kerja sama di bidang disaster response untuk Palang Merah Indonesia senilai NZD4,5 juta untuk masa 3 tahun dan proyek pengembangan kepemimpinan bagi anak muda Indonesia, terutama di wilayah Timur senilai NZD3,5 juta.

Di awal pertemuan, PM Ardern menyampaikan apresiasi kepada Indonesia atas kemitraan  yang dibangun selama ini, baik kemitraan bilateral maupun dalam konteks Asean. Kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Selandia Baru bertepatan dengan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara. 

Dikutip dari situs Sekretariat Kabinet (Setkab), kunjungan tersebut juga untuk membalas kunjungan PM Selandia Baru ke Indonesia. “Sudah 13 tahun Presiden RI tidak berkunjung ke Selandia Baru, dan sudah saatnya Presiden RI berkunjung dan membalas kunjungan PM Selandia Baru sebelumnya,” kata Presiden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.