Prospek Produksi: Keramik Moncer, Pupuk Stagnan

Rata-rata utilisasi kapasitas produksi sepanjang tahun lalu telah pulih ke angka 75 persen, tertinggi sejak 2015.

Reni Lestari

2 Jan 2022 - 16.30
A-
A+
Prospek Produksi: Keramik Moncer, Pupuk Stagnan

Bisnis, JAKARTA — Pertumbuhan produksi industri keramik pada 2022 diproyeksi mencapai 15 persen dari tahun lalu menjadi sekitar 460 juta—470 juta meter persegi. 

Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan produksi keramik pada 2021 mengalami pertumbuhan sekitar 35 persen menjadi 400 juta hingga 410 juta m2 dari angka 2020 yang berkisar 304 juta m2.

"Target 2022 sekitar 15 persen dari angka 410 juta meter persegi ke 460 juta higga 470 juta meter persegi," kata Edy saat dihubungi, akhir pekan. 

Adapun, rata-rata utilisasi kapasitas produksi sepanjang tahun lalu telah pulih ke angka 75 persen. Edy mengatakan angka utilisasi tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2015.

Hal itu salah satunya ditopang oleh kebijakan harga gas bumi tertentu US$6 per MMbTU yang salah satunya dinikmati oleh industri keramik. Edy menyebut daya saing dan optimisme industri keramik domestik menjadi terangkat sehingga terjadi perluasan kapasitas produksi.  

Terdapat penambahan kapasitas produksi sekitar 13 juta m2 dari kapasitas terpasang 538 juta meter persegi per tahun menjadi sekitar 551 juta meter persegi per tahun. Pada 2022 pihaknya menargetkan tingkat utilisasi dapat kembali naik ke angka 85 persen.

"Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pengendalian pandemi Covid-19 dan target pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5 persen sampai 5,2 persen pada 2022," ujarnya.

Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia, kapasitas produksi terpakai atau utilisasi industri pada triwulan III/2021 sebesar 73,30 persen, turun dibandingkan kuartal sebelumnya 75,33 persen. 

Meski demikian, utilisasi pada kuartal III/2021 masih lebih tinggi dari periode yang salam 2020 yakni 71,77 persen.

Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia kuartal IV/2021 diperkirakan meningkat dan berada pada fase ekspansi sebesar 51,75 persen dari triwulan sebelumnya 48,75 persen. 

Peningkatan terjadi pada mayoritas subsektor, tertinggi pada subsektor kertas dan barang cetakan (54,17 persen), diikuti subsektor semen dan barang galian non logam (53,48 persen). 

Gudang Pupuk. /Pupuk Indonesia

PRODUKSI PUPUK

Di sektor lain,  Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) mencatat produksi PT Pupuk Indonesia (Persero) diperkirakan sebesar 12,24 juta ton sepanjang 2021, turun sangat tipis dibandingkan dengan realisasi 2020 sebesar 12,26 juta ton.

Sekretaris Jenderal APPI Achmad Tossin Sutawikara mengatakan realisasi sampai dengan November 2021 tercatat 11,23 juta ton. Realisasi produksi tersebut terdiri atas urea 7,33 juta ton, NPK 2,89 juta ton, SP-36 300 ribu ton, ZA 700 ribu ton, dan ZK 13.000 ton.  

"Produksi 2021 relatif konstan baik  dibandingkan dengan anggarannya maupun dibandingkan dengan realisasi 2020," kata Tossin kepada Bisnis.

Tossin yang juga menjabat Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia mengatakan, faktor yang mempengaruhi tak menurunnya volume produksi yakni keberhasilan dalam menjaga keandalan pabrik sehingga tidak sampai menyebabkan adanya penyetopan operasi pabrik yang menurunkan produktivitas. 

Proyeksi produksi untuk sepanjang tahun ini masih dalam pembahasan.

Sementara itu, Tossin mengatakan sejauh ini APPI baru beranggotakan Pupuk Indonesia dan lima anak usahanya, antara lain, PT Pupuk Kaltim, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang, PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), PT Pupuk Kujang. Tahun ini pihaknya membidik produsen pupuk swasta dan distributor untuk menjadi anggota asosiasi.

Sebelumnya diketahui, Pupuk Indonesia melalui sejumlah anak usahanya merencanakan ekspansi pabrik untuk meningkatkan efisiensi produksi pada tahun ini.

Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia Nugroho Christijanto menjelaskan sejumlah rencana ekspansi tersebut antara lain, pembangunan pabrik Pupuk Sriwijaya 3B di Palembang, pabrik urea, amoniak, dan metanol di Papua Barat. 

Selain itu, di Papua Barat juga akan dibangun pabrik pupuk untuk memanfaatkan potensi gas alamnya.

Pembangunan pabrik Pusri 3B merupakan pergantian dari pabrik Pusri 3 dan 4 yang kondisinya sudah tua dan tidak efisien. Revitalisasi ini, lanjut Nugroho, juga telah dilakukan oleh anak usaha lain seperti Petrokimia Gresik dan Pupuk Kaltim.

Inefisiensi pabrik diakui Nugroho menjadi faktor yang menghambat produktivitas perseroan sehingga langkah revitalisasi perlu dilakukan.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike Dita Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.