Proyek Kilang Pertamina Senilai US$40 Miliar Dipacu Hingga 2027

Proyek-proyek kilang Pertamina rencananya akan meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi 1,5 juta barel per hari dari kapasitas saat ini satu juta barel per hari.

Muhammad Ridwan

16 Nov 2021 - 18.02
A-
A+
Proyek Kilang Pertamina Senilai US$40 Miliar Dipacu Hingga 2027

Depo PT Pertamina terlihat dari udara di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/12/2020). PT Pertamina (Persero) terus berupaya melakukan berbagai cara untuk menarik minat investor dalam proyek pengembangan dan pembangunan kilang bahan bakar minyak (BBM). Rendahnya permintaan produk BBM menyebabkan terjadinya penurunan utilisasi kilang dan menurunkan crude runs. Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis, JAKARTA — Penyelesaian proyek-proyek kilang oleh PT Pertamina (Persero) tetap berlanjut hingga 2027 mendatang, sejalan dengan peningkatan kebutuhan bahan bakar yang berkualitas.

Dalam portofolio bisnisnya, terdapat 14 proyek kilang yang ditargetkan rampung hingga 2027 mendatang, dengan dana investasi senilai US$40 miliar.

Direktur Pengembangan Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional Joko Widi Wijayanto mengatakan proyek-proyek kilang Pertamina rencananya akan meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi 1,5 juta barel per hari dari kapasitas saat ini satu juta barel per hari.

Proyek-proyek tersebut juga akan meningkatkan kapasitas produksi Pertamina dari kemampuan saat ini yang hanya 729.000 barel per hari menjadi 1,5 juta barel per hari.

Menurut dia, dengan peningkatan kualitas kilang, nantinya produk yang dihasilkan akan menjadi lebih baik dengan berstandar Euro V dari kualitas saat ini Euro II.

Selain itu, imbuhnya, akan meningkatkan kemampuan Pertamina mengolah jenis minyak mentah dengan kandungan sulfur 2% dari kemampuan saat ini yang hanya mampu mengolah minyak mentah dengan kandungan sulfur 0,2%.

Tidak hanya itu, proyek tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi petrokimia Pertamina dari 1.6 juta ton per tahun menjadi 7,6 juta ton per tahun. "Total investasi di atas US$40 miliar," katanya dalam webinar yang digelar pada Selasa (16/11/2021).

Adapun, dalam portofolio bisnis kilang Pertamina, proyek-proyek tersebut terbagi atas proyek pembangunan kilang baru, proyek peningkatan kualitas kilang, pembangungan kilang petrokimia, proyek kilang hijau, dan proyek growth engine.

Untuk proyek pembangunan kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR) dilakukan di kilang Tuban dengan estimasi produksi sebesar 300.000 barel per hari. Proyek itu direncanakan selesai pada 2026.

Sementara itu, untuk proyek peningkatan kualitas kilang atau refiner development master plan (RDMP) terdapat enam proyek yakni RDMP Dumai, RDMP Plaju, RDMP Balongan, RDMP Cilacap, RDMP Balikpapan, dan revamp TPPI.

Saat ini, Pertamina tengah mengerjakan empat proyek kilang petrokimia yakni Olefin TPPI, petroleum to pharmaceutical, petrochemical Jabar, dan New PP balongan.

Untuk kilang hijau, seluruh proyek dilakukan di kilang Cilacap dengan pengerjaan proyek yang terbagi menjadi dua fase, yakni fase pertama yang akan onstream 2021 untuk mengolah 3.000 barel per hari dan fase 2 yang akan selesai pada 2022 yang akan mengolah 6.000 barel minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

"Konsep pengembangan peremajaan, pembangunan kilang baru, serta hilirisasi, maka kami meng-capture ada 14 proyek utama yang kami kelola saat ini," kata Joko.

Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tutuka Ariadji sebelumnya memaparkan bahwa terdapat 42 proyek hulu migas di Indonesia untuk kurun waktu 2021—2027, dengan perincian 23 proyek offshore dan 19 proyek onshore.

Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat menghasilkan 1,1 juta barel setara minyak per hari dengan investasi sekitar US$43,3 miliar, sehingga ditargetkan dapat menghasilkan pendapatan bagi pemerintah dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) sebesar US$203 miliar.

Di sisi hilir, pemerintah melalui Pertamina juga akan membangun kilang minyak baru dan peningkatan kapasitas pengolahan dari 1 juta barel per hari menjadi 1,4 juta barel per hari, serta peningkatan kapasitas produksi BBM dari 600.000 barel per hari menjadi 1,2 juta barel per hari.

Dia menuturkan, produksi minyak Indonesia yang menurun dari tahun ke tahun, disebabkan banyaknya lapangan migas yang berusia tua. Sementara gas bumi, kondisinya masih bagus. Kalaupun terjadi penurunan produksi gas, hal itu lebih disebabkan terkendalanya sejumlah proyek.

“Kalau tidak dilakukan upaya-upaya agar produksi tidak turun, 2030 bisa jadi produksi minyak hanya sekitar 300.000 barel per hari. Di migas, kita selalu mengupayakan agar produksi meningkat. Strategi perlu dilakukan secara serius,” kata Tutuka.

Pemerintah menargetkan produksi minyak sebanyak 1 juta barel per hari dan gas bumi 12 Bscfd pada 2030. Untuk mencapai produksi tersebut, berbagai upaya yang dilakukan antara lain peningkatan eksplorasi untuk penemuan besar, mempercepat chemical EOR, optimalisasi lapangan produksi eksisting, serta transformasi sumber daya kontijen ke produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.